Angkat Besi: Dari Palestina Hingga Jadi Cabang Olahraga Olimpiade

By Ade S, Jumat, 9 Agustus 2024 | 16:03 WIB
Sejarah panjang dan menarik tentang angkat besi atau angkat beban, dari tradisi kuno di Palestina hingga menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade. (Pexels)

Nationalgeographic.co.id—Jauh sebelum sorak sorai penonton memenuhi stadion megah Olimpiade dan para atlet berlomba meraih medali emas, olahraga angkat besi atau angkat beban telah mengakar kuat dalam sejarah peradaban manusia.

Dari peradaban kuno di Palestina, di mana para pemuda melatih kekuatannya dengan mengangkat batu-batu besar, hingga ke panggung dunia yang penuh gemerlap, angkat beban telah mengalami transformasi yang luar biasa.

Olahraga yang awalnya dianggap sebagai bentuk latihan fisik sederhana ini kini telah menjelma menjadi disiplin olahraga yang kompleks dan penuh presisi, menuntut kekuatan fisik, teknik yang sempurna, dan mental baja dari para atletnya.

Artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi perjalanan panjang dan menarik dari angkat beban dari zaman kuno hingga menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade.

Dari Mesir Kuno hingga Palestina

Olahraga angkat beban yang kita kenal sekarang ternyata memiliki akar sejarah yang sangat panjang dan mendunia. Jauh sebelum ada kompetisi resmi atau peralatan canggih, manusia telah berlatih mengangkat beban sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan ritual keagamaan.

Bukti paling awal tentang latihan angkat beban ditemukan di Mesir Kuno. Dalam makam Pangeran Baghti, yang diperkirakan hidup sekitar tahun 2040 SM, terdapat gambar-gambar yang menggambarkan gerakan mengangkat beban. Hal ini menunjukkan bahwa orang Mesir telah mengenal dan mengapresiasi kekuatan fisik sejak ribuan tahun lalu.

Tidak hanya di Mesir, tradisi mengangkat beban juga ditemukan di peradaban kuno lainnya, seperti Yunani dan Palestina. Santo Jerome, seorang tokoh agama yang hidup pada akhir abad ke-4, dalam tulisannya menyebutkan kebiasaan unik di Palestina.

“Di kota-kota Palestina terdapat kebiasaan kuno yang bertahan hingga hari ini di seluruh tanah Yuda, yaitu para pemuda menggunakan batu bulat untuk berlatih," papar Jerome seperti dikutip oleh Nenad Stojiljkovic dan kawan-kawan dalam History of Resistance Training (2013).

Menurut Jerome, batu-batu itu diangkat sesuai kemampuan masing-masing, beberapa sampai lutut, yang lain sampai pinggul, dan beberapa individu mengangkatnya setinggi bahu atau kepala.

"Angkatan overhead ini memperkuat tangan mereka sehingga mereka dapat menunjukkan kekuatan luar biasa mereka," ungkap Jerome.

Baca Juga: Panjat Tebing: Aktivitas Purba yang Menembus Panggung Olimpiade