Tipu Daya Prometheus dan Ritual Pengorbanan Sapi dari Yunani Kuno

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 10 Agustus 2024 | 14:00 WIB
(Ilustrasi) Prometheus menjadi simbol kondisi hidup manusia yang luar biasa seru sekaligus menderita. (Pinterest)

Nationalgeographic.co.id—Yunani Kuno memiliki banyak mitologi yang seru untuk disimak. Salah satunya yakni Prometheus yang menantang dan mencuri api Zeus untuk umat manusia.

Dalam sebuah esai, The Myth of Prometheus in Hesiod, ahli klasik Prancis Jean-Pierre Vernant berargumen bahwa kisah Prometheus "menentukan status manusia, di tengah-tengah binatang dan dewa."

"Ditandai dengan pengorbanan, api untuk memasak dan membuat perkakas, perempuan sebagai istri dengan ‘perut binatang,’ biji-bijian untuk dimakan dan bertani,” jelasnya.  

Selain itu, ia mencatat bahwa tipuan Prometheus dan pencurian api, mengukuhkan pemisahan dunia manusia dan dewa melalui pengorbanan, dan hal itu dilakukan dengan konsekuensi yang tak terhindarkan.

"Api (yang dicuri), perempuan dan pernikahan, pertanian, dan pekerjaan. Akhirnya, semua elemen ini saling terkait erat dengan inti mitos," lanjutnya.

"Dua cerita Prometheus oleh Hesiod memiliki logika komplementer tertentu, dan dapat memberikan wawasan berharga tentang cara-cara di mana Prometheus sang penipu membantu menetapkan kondisi manusia di Yunani kuno," pungkasnya.

Pengorbanan

Selain mengukuhkan posisi Zeus sebagai dewa yang berkuasa di antara para dewa, mitos Prometheus dalam Theogony karya penyair Yunani bernama Hesiod juga membahas hubungan antara dunia ilahi dan dunia manusia.

Secara khusus, pencurian api oleh Prometheus untuk manusia terkait dengan pengorbanan pertama di Mekone, saat yang menandai pemisahan pertama antara dewa dan manusia. Semua itu terjadi, kata Hesiod, ketika "para dewa dan manusia sedang bernegosiasi di Mekone".

Menurut Callimachus dan para penyair Yunani Kuno lainnya, Mekone adalah tempat di mana para dewa mendirikan singgasana mereka dan membagi hak istimewa mereka setelah perang melawan para raksasa.

Sebagai situs bumi dan tempat tinggal dewa, Mekone menjadi tempat di mana manusia dan dewa dapat hidup berdampingan, merayakan pesta di meja yang sama dan makan makanan yang sama.

Baca Juga: Aksi Prometheus 'Menciptakan Kembali' Yunani Kuno Usai Perang Persia

Mekone juga nama kuno untuk kota Sicyon, dan di antara Sicyon dan Korintus terdapat dataran yang sangat subur yang terkenal akan kesuburannya - untuk menjadi kaya, yang harus Anda lakukan adalah memiliki tanah di antara Sicyon dan Korintus!

Jadi selain mengingat kenangan dewa dan manusia hidup berdampingan, Mekone membangkitkan citra kekayaan yang melimpah, dunia zaman keemasan yang kaya raya dan subur.

Mekone menjadi tempat di mana Hesiod mengatakan bahwa dewa dan manusia sedang bernegosiasi ketika Prometheus menyembelih seekor sapi besar dan membaginya dalam upaya untuk menipu Zeus. Dalam Theogony, ia disebutkan membuat dua porsi yang tidak sama:

"Untuk Zeus, dia menyiapkan daging dan isi perut kaya lemak yang diletakkan di kulit sapi dan dibalut dengan bagian perutnya. Tetapi untuk yang lainnya, dia menyiapkan tulang putih yang ditata rapi dan dibalut lemak berkilauan."

Ketika Zeus lebih memilih tulang karena tipuannya yang ditata rapi berkilauan, kisah ini menunjukkan paradoks besar tentang upacara pengorbanan.

Jika membunuh dan memasak hewan untuk pengorbanan adalah persembahan kepada para dewa, mengapa manusia menyimpan bagian terbaik untuk diri mereka sendiri?

Penting dicatat bahwa kisah Prometheus menawarkan solusi secara budaya yang memuaskan untuk dilema ini, karena orang Yunani hanya memakan daging yang disembelih dari ritual.

Adapun kisah Prometheus sendiri, terdapat ringkasan singkat berikut dalam koleksi mitos Yunani Apollodorus (c. 186–120 SM):

"Prometheus membentuk manusia dari air dan tanah dan memberi mereka juga api, menyembunyikannya dari Zeus dalam tangkai adas. Tetapi kemudian Zeus mengetahuinya dan mengutus Hephaestus untuk memaku tubuh Prometheus di Gunung Kaukasus (ini adalah gunung Scythian). Dia dipaku dan diikat selama bertahun-tahun. Setiap hari seekor elang menukik ke arahnya dan memakan hatinya, yang kembali tumbuh dan tumbuh setiap malam. Akibat pencurian api, Prometheus menanggung hukuman ini sampai kelak dibebaskan oleh Hercules."

Kisah dari Apollodorus sangat komprehensif dan mampu menyatukan serta menjelaskan berbagai bagian berbeda dari mitos Prometheus.

Namun, kelengkapan ini bisa menyesatkan, karena tidak ada orang Yunani dari periode kuno atau klasik yang pernah menemukan kisah Prometheus dalam versi yang sangat rasional dan komprehensif seperti ini.

Baca Juga: Mitologi Yunani Kuno Permulaan Sebab 'Kenapa Manusia Menderita?'

Sebaliknya, pembaca Yunani kuno mungkin menemukan alasan hukuman Zeus terhadap Prometheus dari Theogony karya Hesiod:

"Semua berawal ketika para dewa dan manusia bernegosiasi di Mekone, Prometheus dengan riang menyembelih seekor lembu besar dan menyajikannya, mencoba mengacaukan akal Zeus. Khusus untuk Zeus, Prometheus mengeluarkan daging dan jeroan yang kaya lemak. Meletakkannya di atas kulit sapi dan menutupnya dengan bagian perut. Tapi untuk lainnya, Prometheus menyajikan tulang putih dengan rapi dan membalutnya dengan lemak yang mengkilat."

Di sini, Hesiod menekankan peran Prometheus sebagai pelopor pengorbanan, sebuah pranata kunci yang mendominasi kehidupan keagamaan dan publik Yunani, sebagai momen yang menentukan dalam cerita Prometheus.

Bekerja

Meskipun Theogony merupakan syair mengenai asal-usul, namun tidak membahas penciptaan manusia secara aktual. Tindakan Prometheus dalam syair tersebut bukan menciptakan manusia, namun menekankan kondisi manusia yang kontras dengan kehidupan para dewa yang kekal dalam kebahagiaan.

Dalam Works and Days, Hesiod menggabungkan cerita Prometheus dengan kisah lima zaman manusia – kisah kejatuhan moral manusia dari zaman keemasan hingga zaman besi. Dalam konteks ini, tipu daya Prometheus sekaligus menjelaskan mengapa setelah kejadian Mekone, manusia harus bekerja keras hanya untuk sesuap nasi. 

Menurut Hesiod, ulah Prometheus memicu serangkaian masalah bagi umat manusia.

Dalam Works and Days, Hesiod bahkan menggambarkan kisah Prometheus bukan untuk menekankan kecerdasan Zeus, ataupun asal-usul ritual pengorbanan, melainkan untuk menjelaskan fakta yang tak terhindarkan bahwa manusia harus bekerja - semua itu gara-gara Prometheus:

"Ketahuilah, para dewa merahasiakan bagaimana cara manusia memenuhi nafkahnya. Jika tidak begitu, manusia bisa menyelesaikan banyak pekerjaan dalam sehari. Lalu menghabiskan sisa hari dalam setahun tanpa bekerja lantaran nafkahnya sudah terpenuhi Jika demikian, kerja keras para sapi dan keledai di ladang menjadi sia-sia. Tetapi Zeus yang marah, merahasiakan bagaimana caranya mencari nafkah, gara-gara tipuan licik Prometheus. Zeus menghukum umat manusia untuk hidup susah."

Zeus mengirim Pandora, sebuah “kejahatan sebagai pengganti api abadi, kejahatan yang melekat dalam pelukan kehidupan manusia”.

Hesiod sendiri, dalam Works and Days, menjelaskan kepada saudaranya Perses, bahwa dulunya manusia hidup tanpa adanya kesulitan, namun semua berubah setelah kedatangan Pandora.  

"Karena sebelum itu, ras manusia telah hidup dari bumi tanpa masalah, tanpa kerja keras, tanpa sakit atau rasa sakit yang diberikan Takdir pada manusia (dan ketika manusia dalam kesengsaraan, mereka cepat menua). Tetapi wanita itu membuka guci keramat dengan tangannya dan menyebarkan semua kesengsaraan yang menyebabkan kesedihan bagi manusia."

Work and Days mendefinisikan keberadaan manusia di Yunani Arkaik dengan segala kera kerasnya yang berbanding terbalik dengan kehidupan para dewa.

Kisah Prometheus dari Yunani Kuno menjadi sumber asal muasal tidak hanya ritual pengorbanan namun juga alasan mengapa manusia harus bekerja untuk hidup, namun tidak dengan para dewa.