Untuk di lapangan, tahap produksi, pengambilan visual tidak jauh berbeda dengan fotografi. Termasuk di antaranya adalah penerapan metode EDFAT (entire, detail, frame, angle, dan time) dalam fotografi yang persis digunakan dalam videografi.
Hanya saja, ada satu hal di luar teknis visual yang perlu diperhatikan dengan sangat baik, yaitu kualitas suara. Bahkan, bisa jadi, jika harus memilih, aspek suara lebih diutamakan dibandingkan dengan aspek visual.
Ricky kemudian membandingkan video yang memiliki kualitas visual baik, tapi dengan kualitas suara yang buruk dengan video yang memiliki kualitas visual buruk, tapi dengan kualitas suara yang baik. Hasilnya, semua peserta sepakat bahwa video terakhirlah yang dianggap lebih baik.
"Meski memiliki kualitas visual mewah, tapi jika kualitas audio sangat buruk, maka pesan yang ingin dipaparkan tidak sampai sama sekali," terang Ricky.
Praktik langsung
Selesai pemaparan dari dua narasumber, para peserta kemudian diminta untuk mempraktikkan ilmu yang didapat. Mereka diminta untuk merekam momen-momen human interest yang ada di sekitar area lokakarya.
Menariknya, para peserta yang telah dibagi ke dalam delapan kelompok tersebut, ternyata sudah berhasil menerapkan beberapa ilmu yang sudah disampaikan.
Baik secara teknis penggunaan kamera, maupun bagaimana membuat foto-foto tersebut bisa menjadi foto yang bercerita.
Terakhir, terpilih dua foto yang bisa mewakili keduanya, yaitu baik secara teknis dan memiliki cerita yang baik untuk disampaikan.
Baca Juga: Tips Fotografi Cahaya Rendah Waktu Malam Menggunakan Ponsel iPhone