Kekaisaran Ottoman Menjangkau Indonesia Sejak Abad ke-16, untuk Apa?

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 16 Agustus 2024 | 16:00 WIB
(Ilustrasi) Sultan Mehmed II dari Kekaisaran Ottoman (Jean-Joseph Benjamin-Constant (Public Domain))

Nenek moyang Osman I, pendiri dinasti tersebut, adalah anggota suku Kayı yang telah memasuki Anatolia bersama dengan sejumlah besar orang Turkmenistan.

Pengembara Oguz, yang bermigrasi dari Asia Tengah, menetapkan diri mereka sebagai dinasti Seljuk di Iran dan Mesopotamia pada pertengahan abad ke-11, menguasai Bizantium setelah Pertempuran Manzikert (1071), dan menduduki Anatolia timur dan tengah selama abad ke-12.

Para Ghazi berperang melawan Bizantium dan kemudian bangsa Mongol, yang menyerbu Anatolia setelah berdirinya Kekaisaran Il-Khanid (Ilhanid) di Iran dan Mesopotamia pada paruh terakhir abad ke-13.

Dengan hancurnya kekuasaan Seljuk dan digantikannya dengan kedaulatan Mongol, yang ditegakkan oleh pendudukan militer langsung di sebagian besar Anatolia timur, kerajaan-kerajaan Turkmenistan yang merdeka, muncul di sisa wilayah Anatolia.

Aliansi yang jauh

Dalam perjalanan dan perkembangannya, pengaruh Kekaisaran Ottoman bahkan menjangkau sampai ke Indonesia melalui serangkaian faktor yang saling terkait.

Pertama, Kekaisaran Ottoman terlibat dalam persaingan sengit dengan Portugis, yang telah mendirikan pos dagang di Asia Tenggara.

Portugis, yang ingin menguasai perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan, menjadi ancaman bagi kepentingan Utsmaniyah di Samudra Hindia.

Kesultanan Aceh, yang juga menghadapi agresi Portugis, melihat Utsmaniyah sebagai sekutu potensial.

Kedua, Kekaisaran Ottoman merupakan pusat utama pembelajaran Islam. Kesultanan Aceh, negara Muslim yang taat, mengandalkan bimbingan dan dukungan agama Ottoman.

Kepercayaan bersama ini menjadi dasar bagi aliansi, karena kedua negara memandang diri mereka sebagai bagian dari komunitas Islam yang lebih luas.

Baca Juga: Para Pujangga Kerajaan Jawa Meromantisasi Kekaisaran Ottoman