Kekaisaran Ottoman Menjangkau Indonesia Sejak Abad ke-16, untuk Apa?

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 16 Agustus 2024 | 16:00 WIB
(Ilustrasi) Sultan Mehmed II dari Kekaisaran Ottoman (Jean-Joseph Benjamin-Constant (Public Domain))

Sejak itu, hubungan antara Aceh dan Turki Utsmaniyah terjalin dengan baik. “Selain Turki, Aceh juga menjalin kerja sama dalam bidang perdagangan dan militer dengan Kerajaan Islam di India, negara-negara Arab, dan beberapa kerajaan di Jawa,” ungkap Meirison dkk.

"Snouck Hurgronje, penasehat Urusan Pribumi untuk pemerintah Kolonial Belanda mendengar berbagai cerita yang beredar di masyarakat bahwa orang Aceh adalah campuran keturunan Arab, Persia, dan Turki," lanjutnya.

Asumsi ini, menurut Denys Lombard, seorang orientalis Prancis, tampaknya tidak terbentuk lama pada waktu itu. Munculnya gagasan semacam itu mungkin dipicu oleh semangat untuk terus melawan penjajah dari Eropa Kristen.

Kesultanan Aceh adalah salah satu kerajaan Islam di Nusantara, mereka berperan dalam perlawanan terhadap Portugis.

Sultan Ali Mughayat Syah pernah menaklukkan armada Portugis yang dipimpin oleh Jorge de Brito di laut lepas pada Mei 1521. Putra sulungnya, Salahuddin, yang menggantikannya, juga menyerang Malaka pada tahun 1537, namun tidak berhasil.

Putra bungsu Mughayat Shah bernama 'Alauddin al-Kahhar Ri'ayat Shah menggantikan saudaranya pada tahun 1539 dan memperkuat Kesultanan Aceh.

Sultan Alauddin memiliki pasukan yang terdiri dari orang Turki, Kamboja, dan Malabar. Sultan Alauddin sendiri dua kali menyerang Malaka (1547-1568).

Pada tahun 1562, seorang utusan dari Aceh meminta meriam kepada Sultan Turki untuk melawan Portugis.

Juga diceritakan bahwa beberapa kerajaan Hindu-Buddha di Asia Tenggara bersedia masuk Islam jika Turki Utsmaniyah bersedia memberikan bantuan. Turki sendiri siap membantu dengan senjata dan ahli. Beberapa kapal disediakan untuk berangkat dengan utusan dari Aceh.

Meskipun menunggu beberapa saat, meriam akhirnya tiba di Aceh. Dari beberapa kapal yang dikirim, hanya dua yang langsung menuju Aceh karena yang lainnya terpaksa berbelok untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Yaman. 

Bantuan dari Turki tiba di Aceh berupa senjata, dan 300 ahli profesional dalam bidang teknik, militer, ekonomi, dan hukum konstitusi. Di antara senjata yang dikirim adalah sebuah meriam besar yang dikenal sebagai Meriam Lada Secupak.

Kesimpulan

Jangkauan Kekaisaran Ottoman ke Indonesia pada abad ke-16 merupakan contoh menarik tentang bagaimana faktor politik, agama, dan ekonomi dapat saling terkait untuk menciptakan aliansi yang tak terduga.

Aliansi antara Ottoman dan Kesultanan Aceh, meskipun bersifat sementara, berfungsi sebagai pengingat akan jangkauan global Kekaisaran Ottoman dan kompleksitas hubungan historis.