Nemrut Dağ, Situs Suci Warisan Turki Kuno yang Sempat Terlupakan

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 17 Agustus 2024 | 16:00 WIB
Pada abad pertama SM, Raja Antiokhus I dari Commagene membangun tempat suci yang berbeda dengan pendahulunya. Makamnya yang belum dijelajahi di Nemrut Dağ mungkin menunjukkan kepada kita lebih banyak tentang kematian dan pemujaan di Turki kuno. (Klearchos Kapoutsis/CC BY 2.0)

Hal ini mencegah para arkeolog menembus gundukan dan mencapai ruang pemakaman. Jenazah Antiokhus I kemungkinan berada di tempat yang sama dengan saat ia dimakamkan lebih dari 2.000 tahun yang lalu.

Makam dan tempat suci

Monumen Antiokhus I tak tertandingi dalam sejarah Commagene. Ayah Antiokhus, Mithridates I, dimakamkan di Arsameia, sebuah kota di kaki Gunung Nemrut.

Makamnya berada di jaringan terowongan yang dipahat di batu, bukan di bawah gundukan tanah. Ada makam kerajaan lain di Commagene—di Karakuş, Üçgöz (sebelumnya Sofraz), dan Sesönk. Namun ukurannya jauh lebih kecil.

Secara eksternal, konstruksi monumen Antiokhus lebih mirip dengan makam-makam besar yang dibangun oleh raja-raja Anatolia lainnya.

Untuk makamnya sendiri, Antiokhus I menggunakan model dengan akar Anatolia yang jelas. Namun, ia melampaui pendahulunya. Makamnya memiliki dekorasi pahatan makamnya yang mewah, pemandangan puncak gunung yang tak tertandingi, dan visibilitasnya.

Tidak diragukan lagi bahwa Nemrut Dağ dibangun untuk kemuliaan raja Commagene yang lebih besar. Dalam prasasti panjang lebih dari 200 baris yang terukir di bagian belakang patung-patung kolosal tersebut, Antiokhus I menyatakan:

“Saya telah mendirikan patung-patung dewa Zeus-Oromasdes dan Apollo-Mithras-Helios-Hermes dan Artagnes-Herakles-Ares. Dan juga kampung halaman saya, Commagene. Dari tambang yang sama, yang juga bertakhta di antara para dewa yang mendengarkan doa-doa kita, saya telah menguduskan diri.”

Dia bahkan menyebut dirinya Theos Dikaios Epiphanes, yang berarti "Tuhan yang adil yang terwujud". Semua ini merupakan ciri khas monarki teokratis yang berkembang di Timur pada era Helenistik.

Nemrut Dağ lebih seperti kuil suci daripada sekadar makam. Di bagian lain dari prasasti yang dikutip di atas, terdapat monumen hierothesion. Dalam bahasa Yunani kuno, hierothesion menunjukkan fungsi pemakaman dan pemujaan. Konfigurasi situs tersebut menunjukkan bahwa upacara keagamaan berlangsung di sana.

Tiga jalur yang mengarah ke dasar gundukan itu akan menjadi rute prosesi selama upacara, yang juga dirinci dalam prasasti tersebut. Seorang pendeta, berpakaian sesuai adat Persia, memimpin upacara ini.

Pertama-tama, dia menyentuh patung-patung itu dengan mahkota emas. Kemudian, setelah menerima upeti dari orang-orang, mempersembahkan parfum dan dupa di altar.

Akhirnya, ia melakukan pengurbanan hewan. Dagingnya kemudian disajikan untuk jamuan makan bersama. Anggur disajikan, dan para musisi menyediakan hiburan.

Ujian waktu

Nemrut Dağ berdiri di persimpangan jalan tempat Persia bertemu Yunani di dunia kuno. Lokasinya yang terpencil berarti tempat itu tidak diteliti oleh para penulis Yunani dan Latin.

Namun, kejayaan situs itu ditemukan kembali oleh dunia yang lebih luas pada tahun 1881. Saat itu insinyur Jerman Karl Sester mendaki Gunung Nemrut. Ia terpesona oleh keindahan patung-patung yang ia temukan di sana.

Dalam beberapa milenium setelah pemerintahan Antiokhus I, situs itu telah rusak oleh gempa bumi dan beberapa vandalisme. Namun patung-patung dan altarnya tetap mengagumkan.

Sejak abad ke-19, Nemrut Dağ telah dikenal sebagai salah satu situs paling terkenal di Timur Dekat kuno. Situs ini juga telah diakui sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1987.