Saat Kelompok Utusan Ottoman Dianggap 'Hama' di Hindia Belanda

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 19 Agustus 2024 | 17:24 WIB
Munculnya kelompok Hadhrami sebagai agen modernisasi berbasis Pan-Islamisme menimbulkan kritik dari Belanda. (educationcity.qa)

Dalam komentarnya, terlihat bahwa Snouck Hurgronje masih mencurigai Pan-Islamisme Ottoman, terutama pada periode Abdulhamid II.

Oleh karena itu, Snouck masih menganggap bahwa Pan-Islamisme di Indonesia dapat memicu anti-kolonialisme yang dapat menggulingkan kekuasaan Belanda. Ia tidak melihat bahwa Pan-Islamisme Ottoman juga berusaha membawa modernitas melalui proyek pendidikan dan infrastruktur.

Untuk mengatasi Pan-Islamisme dari Ottoman, Snouck mengkritik pemerintah kolonial karena mengirim terlalu banyak misionaris ke Indonesia. Ia tidak setuju dengan strategi mengkristenkan orang Indonesia.

Snouck menekankan bahwa pendidikan modern adalah cara yang tepat untuk menjajah penduduk asli di Indonesia dan mengatasi ancaman Pan-Islamisme. Pendidikan harus menjadi agenda utama untuk mencapai stabilitas dan modernitas.

Ia mengkritik bahwa pendidikan harus diberikan kepada semua orang Indonesia, bukan hanya kelas bangsawan. Rakyat jelata juga harus menjadi prioritas dalam kebijakan pendidikan.

Dengan pendidikan, Belanda bisa mendapatkan 'pegawai' yang baik untuk mengatur negara jajahan yang patuh pada peraturan pemerintah kolonial. Menurut Snouck, pendidikan adalah cara terbaik untuk mengawasi pemisahan antara agama dan kehidupan publik, terutama politik.

"Mereka (misionaris) harus dikurangi karena saat ini, penduduk pribumi di Jawa dan wilayah Islam lainnya di Nusantara memiliki keinginan untuk bergabung dengan budaya kita dalam semua bidang, di mana agama tidak termasuk."

"Orang-orang kelas atas dan terpelajar tampak senang menyambut pengawasan kita dalam bidang pendidikan bagi generasi muda mereka. Jika mereka memiliki keluhan, itu disebabkan oleh kita yang memberi mereka sedikit kesempatan di bidang pendidikan karena mereka merasa bahwa kita lebih memprioritaskan pendidikan untuk orang Eropa dan Cina daripada pribumi."

Snouck tanpa lelah berkampanye untuk 'Penghapusan Pan-Islamisme'. Ia bahkan membandingkan Pan-Islamisme dengan 'hama'.

Dia mengatakan bahwa penghapusan Pan-Islamisme adalah salah satu hal yang bermanfaat bagi 'saudara-saudara kita di Timur'. Oleh karena itu, Snouck menekankan kepada pemerintah kolonial untuk membentuk 'kesatuan nasional yang lebih besar di mana baik pribumi di Nusantara maupun Belanda di Belanda merasa bahagia di dalamnya'.

Singkatnya, Snouck Hurgronje menyarankan pemerintah kolonial untuk membentuk negara modern yang diawasi oleh Belanda. Tanpa diragukan lagi, Snouck menekankan pendidikan sekuler untuk menyatukan Belanda dan pribumi di Indonesia:

Baca Juga: Kekaisaran Ottoman Menjangkau Indonesia Sejak Abad ke-16, untuk Apa?