Mengapa Gereja Ortodoks Koptik Alexandria Memiliki Paus Sendiri?

By Ade S, Rabu, 28 Agustus 2024 | 12:03 WIB
Paus Tawadros II. Gereja Ortodoks Koptik Alexandria, gereja Kristen tertua di Mesir, memiliki paus sendiri. Temukan sejarah unik dan alasan di balik hal tersebut. (OSCE Parliamentary Assembly)

* Ortodoks Timur: Mayoritas penganut Ortodoks Timur di wilayah ini adalah orang-orang Yunani yang berada di bawah naungan Patriarkat Ortodoks Yunani Alexandria.

Dengan demikian, sebutan "Ortodoks Koptik" tidak hanya mengacu pada keyakinan teologis mereka yang sejalan dengan Gereja Ortodoks Oriental, tetapi juga menjadi penanda sejarah panjang dan identitas unik komunitas Kristen Koptik di Mesir.

Perpecahan teologis

Melansir dari Britannica, pada masa awal perkembangan Kekristenan, perbedaan pandangan teologis sering kali memicu perdebatan sengit yang berujung pada perpecahan.

Salah satu peristiwa paling signifikan yang membentuk identitas Gereja Koptik adalah perselisihan teologis dengan umat Kristen berbahasa Yunani, atau yang sering disebut Melkit, yang terjadi pada abad ke-4 dan ke-5 di Mesir.

Pusat perdebatan terletak pada pemahaman mengenai hakekat Yesus Kristus. Konsili Chalcedon pada tahun 451 menjadi tonggak penting dalam sejarah Gereja karena menghasilkan keputusan yang menyatakan bahwa Yesus Kristus memiliki dua sifat yang sempurna, yaitu ilahi dan manusiawi, yang bersatu dalam satu pribadi. Keputusan ini ditolak oleh Gereja Koptik dan beberapa gereja Timur lainnya.

Gereja Koptik menganut pandangan yang dikenal sebagai monofisitisme, yang menekankan pada satu sifat, yaitu sifat ilahi, dalam diri Yesus Kristus.

Mereka berpendapat bahwa inkarnasi Firman Allah menyatukan kemanusiaan dan ketuhanan sedemikian rupa sehingga menghasilkan satu sifat tunggal. Pandangan ini berbeda dengan pandangan Miafisitisme yang kemudian diadopsi oleh Gereja Koptik dan gereja-gereja Ortodoks Oriental lainnya.

Miafisitisme, yang berasal dari kata Yunani "mia" yang berarti "satu", menegaskan bahwa dalam diri Kristus terdapat satu sifat yang utuh, yaitu sifat ilahi yang telah mengambil alih kemanusiaan.

Penganut Miafisitisme, termasuk Gereja Koptik, sangat mengacu pada ajaran Santo Cyrilus dari Alexandria yang menyatakan bahwa ada "satu sifat inkarnasi Firman" Allah. Dengan kata lain, kemanusiaan dan ketuhanan Kristus bersatu secara sempurna dalam satu pribadi, sehingga tidak ada pemisahan antara keduanya.

Penting untuk ditekankan bahwa Gereja Koptik dan gereja-gereja Miafisitis lainnya tidak menyangkal keberadaan kemanusiaan Kristus. Mereka justru menegaskan bahwa kemanusiaan dan ketuhanan Kristus memiliki keberadaan yang sama dalam pribadi Kristus. Perbedaan utama terletak pada cara memahami persatuan antara keduanya.

Baca Juga: Pasang Surut Paus dalam Sejarah Kristen Eropa Abad Pertengahan