Mengapa Napoleon Begitu Terkenal dan Membuat Banyak Orang Terobsesi?

By Ade S, Jumat, 30 Agustus 2024 | 07:00 WIB
Lebih dari sekadar seorang pemimpin militer, kisah Napoleon penuh dengan misteri dan kontroversi. Temukan mengapa sosoknya begitu memikat hingga kini. ( Édouard Detaille)

Cinta segitiga di tengah gemuruh perang

Di balik sosok Napoleon Bonaparte, sang kaisar ambisius yang mengguncang Eropa, tersimpan kisah cinta yang rumit dan penuh gairah. Film terbaru tentang Napoleon telah berhasil menghadirkan potret sang kaisar yang lebih kompleks, tidak hanya sebagai seorang panglima perang ulung, tetapi juga sebagai manusia yang dilanda asmara.

Ketika Napoleon menginjak usia 26 tahun, saat di mana ambisinya mulai menjulang tinggi, ia telah memiliki tunangan. Namun, pertemuannya dengan Josephine de Beauharnais, seorang janda menawan enam tahun lebih tua, mengubah segalanya.

Pesona Josephine yang memikat berhasil mencuri hati Napoleon. Dalam sekejap, hati sang jenderal muda luluh lantak. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk memutuskan menikah.

Hubungan mereka bagaikan roller coaster. Di satu sisi, mereka saling mencintai dengan begitu dalam. Surat-surat cinta Napoleon kepada Josephine menjadi saksi bisu akan ketulusan perasaannya.

"Manis dan tak terbandingkan Josephine," tulisnya penuh semangat, "apa pengaruh aneh yang Anda berikan pada hati saya! […] Saya mengambil dari bibir Anda, dari hati Anda, nyala api yang membakar saya." Namun di sisi lain, hubungan mereka diwarnai oleh perselingkuhan yang dilakukan oleh keduanya.

Ironisnya, di tengah gemerlap kekaisaran yang dibangunnya, Napoleon tidak berhasil mendapatkan keturunan dari Josephine. Ketidakmampuan Josephine untuk memberikan seorang pewaris tahta menjadi alasan utama perceraian mereka pada tahun 1809.

Meski demikian, cinta Napoleon kepada Josephine tidak pernah benar-benar padam. Kematian Josephine beberapa tahun kemudian meninggalkan luka mendalam di hati sang kaisar.

Dengan menyoroti kisah cinta sebagai motivasi utama di balik tindakan-tindakan besar Napoleon, film ini seolah-olah menyederhanakan sosok kompleks seorang pemimpin militer dan politikus.

Padahal, keputusan Napoleon untuk meninggalkan Mesir dan kembali ke Prancis pada tahun 1799, serta pelariannya dari pengasingan pada tahun 1815, merupakan hasil dari pertimbangan yang sangat matang dan melibatkan berbagai faktor, termasuk ambisi politik, kondisi internal Prancis, dan dinamika kekuatan di Eropa.

"Perubahan tanggal kematian Josephine (dari Mei 1814 ke Maret 1815), meskipun terkesan sepele, menunjukkan bahwa film ini lebih tertarik pada pembentukan sebuah kisah yang romantis dan menyentuh hati daripada pada penyajian sejarah yang akurat," ungkap Bell.

Baca Juga: Kisah Kelinci yang Membuat Napoleon Bonaparte Lari Terbirit-birit