Mengapa Napoleon Begitu Terkenal dan Membuat Banyak Orang Terobsesi?

By Ade S, Jumat, 30 Agustus 2024 | 07:00 WIB
Lebih dari sekadar seorang pemimpin militer, kisah Napoleon penuh dengan misteri dan kontroversi. Temukan mengapa sosoknya begitu memikat hingga kini. ( Édouard Detaille)

Lebih dari sekadar cinta

Memang, hubungan emosional ini merupakan bagian penting dalam hidupnya. Namun, untuk memahami sosok Napoleon secara utuh, kita perlu melihat melampaui kisah cintanya.

Ambisi dan kesuksesan Napoleon tidak hanya berakar pada hubungan pribadinya, melainkan juga pada kemampuannya mengelola hubungan dengan orang banyak. Baik di medan perang maupun di panggung politik, ia adalah seorang master manipulator hati.

Kemenangan-kemenangan militer Napoleon bukanlah semata-mata hasil dari strategi brilian. Lebih dari itu, kemenangan-kemenangannya didorong oleh kesetiaan mutlak pasukannya terhadap dirinya.

Napoleon bukan hanya seorang komandan, tetapi juga seorang sahabat bagi para prajuritnya. Ia kerap berbaur dengan mereka, bercanda, bahkan tak segan mencubit telinga mereka. Keakraban ini membuat pasukannya rela berkorban untuknya.

Perbandingan menarik muncul ketika kita melihat lawan bebuyutan Napoleon, Lord Wellington. Wellington sering meremehkan pasukan Prancis, menyebut mereka "sampah bumi".

Sebaliknya, Napoleon berhasil membangkitkan semangat juang yang luar biasa pada pasukannya. Ketika menyeberangi Sungai Lodi pada tahun 1796, Napoleon bahkan ikut mendorong meriam. Aksi heroiknya ini membuatnya mendapat julukan "korporal kecil" yang melegenda.

Di sisi lain, Napoleon juga piawai dalam memanfaatkan propaganda. Ia menyajikan dirinya sebagai sosok penyelamat yang akan membawa Prancis keluar dari kekacauan pasca-Revolusi.

Propaganda yang dilakukan Napoleon begitu efektif sehingga ia berhasil meraih dukungan populer yang sangat kuat, bahkan ketika ia mulai membatasi kebebasan politik.

Bab terakhir dari kejayaan

Kekalahan telak di Rusia pada tahun 1812 menjadi titik balik dalam kisah hidup Napoleon Bonaparte. Setelah serangkaian pertempuran sengit yang mendorongnya mundur melintasi Eropa hingga ke Paris, sang kaisar terpaksa turun tahta.

Sebagai hukuman atas ambisinya, para sekutu mengasingkannya ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di Mediterania yang tak jauh dari Corsica, tanah kelahirannya.