Mengapa Napoleon Begitu Terkenal dan Membuat Banyak Orang Terobsesi?

By Ade S, Jumat, 30 Agustus 2024 | 07:00 WIB
Lebih dari sekadar seorang pemimpin militer, kisah Napoleon penuh dengan misteri dan kontroversi. Temukan mengapa sosoknya begitu memikat hingga kini. ( Édouard Detaille)

Nationalgeographic.co.id—Siapa yang tak kenal Napoleon Bonaparte? Sosok Kaisar Prancis yang namanya begitu lekat dalam sejarah dunia.

Namun, di balik kemegahan kemenangan militernya dan ambisinya yang tak terbendung, terdapat lapisan demi lapisan misteri yang terus menarik minat para sejarawan dan pecinta sejarah.

Mengapa seorang pemuda dari Corsica mampu menaklukkan hampir seluruh Eropa? Apa yang sebenarnya mendorongnya untuk terus berkuasa? Lalu mengapa, hingga kini, kisah hidupnya masih terus memikat jutaan orang di seluruh dunia?

Artikel ini akan mengajak Anda menyelami lebih dalam ke dalam kehidupan Napoleon, mengungkap fakta-fakta menarik, dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini membayangi sosok kontroversial ini.

Sebuah bisikan dari masa lalu

Katedral Notre Dame, Paris, 2 Desember 1804. Suasana sakral bercampur haru menyelimuti bangunan megah itu. Napoleon Bonaparte, sosok yang tak lama lagi akan menyandang gelar Kaisar Prancis, telah tiba. Di sampingnya, Paus bersiap memberikan berkat ilahi.

Ribuan pasang mata tertuju pada Napoleon yang berdiri gagah di tengah nave (ruang tempat jemaah duduk). Tubuhnya diselimuti mantel tebal berbahan ermine dan beludru merah tua, sebuah simbol kekuasaan yang tak terbantahkan.

Mahkota laurel menghiasi kepalanya, melambangkan kemenangan dan kejayaan. Dalam suasana penuh khidmat itu, musik mengalun merdu, menciptakan harmoni yang memukau.

Di tengah hiruk-pikuk upacara penobatan, Napoleon mencuri sejenak waktu untuk menoleh pada kakak tertuanya, Joseph. Dengan suara lirih, ia berbisik dalam dialek Corsica, "Seandainya Ayah dapat melihat kita sekarang!" Dalam sekejap, wajah sang kaisar yang biasanya tegas tampak luluh, digantikan oleh ekspresi penuh haru.

Momen sederhana itu, sebuah bisikan rahasia di antara dua bersaudara, menyimpan makna mendalam. Napoleon, yang telah mencapai puncak kejayaan, tak lantas melupakan asal-usulnya. Ia masih mengingat sosok sang ayah, yang mungkin tak pernah membayangkan putranya akan menjadi penguasa sebuah kekaisaran besar.

Justru dalam momen-momen seperti inilah, kita dapat melihat sisi lain dari Napoleon. Bukan hanya sebagai seorang jenderal ulung atau pemimpin yang karismatik, tetapi juga sebagai seorang manusia biasa yang menyimpan kerinduan dan nostalgia.

Baca Juga: Kisah Kasih Desiree Clary, sang Mantan Kekasih Napoleon Bonaparte

"Kemampuannya untuk tetap rendah hati di tengah segala kemegahan yang mengelilinginya menjadi salah satu daya tarik yang membuatnya terus memikat imajinasi kita hingga kini," papar David A. Bell di laman Times.

Sang penakluk yang terpesona oleh kisah sendiri

Memang mudah bagi banyak orang untuk terpesona oleh sosok Napoleon Bonaparte. Pesonanya yang kuat membuat kita lebih tertarik pada sisi manusiawi sang kaisar ketimbang catatan kelam politiknya. Film biopik terbaru garapan Ridley Scott semakin memperkuat daya tarik ini dengan menyajikan kisah Napoleon yang lebih personal dan dramatis.

Napoleon, sosok yang meroket dari seorang pemuda biasa menjadi penguasa sebuah imperium besar, adalah sebuah paradoks yang menarik. Ia, yang pernah merasakan pahit getir kehidupan, mendadak mendapati dirinya berdiri di puncak dunia. Kejayaan yang diraihnya begitu cepat dan megah, bagai mimpi yang menjadi kenyataan.

Di tengah segala kemegahan dan kekuasaan yang dimilikinya, Napoleon tetap mampu merenung dan mengakui betapa luar biasanya perjalanan hidupnya," ujar Bell yang merupakan pengajar Sejarah di Princeton University, Amerika Serikat, dan merupakan penulis Napoleon: A Concise Biography.

Karikatur Inggris tahun 1814 yang menggambarkan Napoleon yang diasingkan ke Elba. Mantan kaisar tersebut dilukiskan menunggangi keledai secara terbalik sambil memegang pedang patah. (Unknown author)

Dalam pengasingan terakhirnya di Pulau Saint Helena, ia takjub berujar, "Betapa novelnya hidupku!" Ungkapan ini seakan menjadi cerminan dari jiwa seorang penakluk yang tak pernah berhenti merasa takjub dengan nasibnya sendiri.

Namun, jika hal-hal manusiawi yang intens ini membuat kita terpesona oleh Napoleon lebih dari dua abad setelah kematiannya, maka, seharusnya, begitu pula terhadap hal-hal mengerikan yang telah dilakukannya.

Jika, Anda lupa, berikut ini beberapa contohnya: perang-perang yang dijalaninya menyebabkan jutaan kematian, dia memerintahkan eksekusi para tahanan, pasukannya secara sengaja menargetkan warga sipil yang tidak bersalah, dia memerintah Prancis sebagai diktator, menghancurkan demokrasi dan kebebasan berbicara, serta menangkap lawan politik (meskipun dia jarang membunuh mereka).

Satu hal yang paling buruk adalah dia membalikkan keputusan rezim revolusioner sebelumnya dan mengembalikan perbudakan saat dia bisa menempatkan ratusan ribu orang di koloni-koloni Karibia Prancis kembali dalam perbudakan.

Justru dikotomi inilah—bagaimana dia berhasil tetap berkuasa dan menjalani perang demi perang, sambil juga tetap mudah dihubungkan—yang menjadi pusat obsesi sejarah terhadapnya.

Baca Juga: Cinta Terselubung dari Tokoh Sejarah Dunia: Napoleon dan Désirée

Cinta segitiga di tengah gemuruh perang

Di balik sosok Napoleon Bonaparte, sang kaisar ambisius yang mengguncang Eropa, tersimpan kisah cinta yang rumit dan penuh gairah. Film terbaru tentang Napoleon telah berhasil menghadirkan potret sang kaisar yang lebih kompleks, tidak hanya sebagai seorang panglima perang ulung, tetapi juga sebagai manusia yang dilanda asmara.

Ketika Napoleon menginjak usia 26 tahun, saat di mana ambisinya mulai menjulang tinggi, ia telah memiliki tunangan. Namun, pertemuannya dengan Josephine de Beauharnais, seorang janda menawan enam tahun lebih tua, mengubah segalanya.

Pesona Josephine yang memikat berhasil mencuri hati Napoleon. Dalam sekejap, hati sang jenderal muda luluh lantak. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk memutuskan menikah.

Hubungan mereka bagaikan roller coaster. Di satu sisi, mereka saling mencintai dengan begitu dalam. Surat-surat cinta Napoleon kepada Josephine menjadi saksi bisu akan ketulusan perasaannya.

"Manis dan tak terbandingkan Josephine," tulisnya penuh semangat, "apa pengaruh aneh yang Anda berikan pada hati saya! […] Saya mengambil dari bibir Anda, dari hati Anda, nyala api yang membakar saya." Namun di sisi lain, hubungan mereka diwarnai oleh perselingkuhan yang dilakukan oleh keduanya.

Ironisnya, di tengah gemerlap kekaisaran yang dibangunnya, Napoleon tidak berhasil mendapatkan keturunan dari Josephine. Ketidakmampuan Josephine untuk memberikan seorang pewaris tahta menjadi alasan utama perceraian mereka pada tahun 1809.

Meski demikian, cinta Napoleon kepada Josephine tidak pernah benar-benar padam. Kematian Josephine beberapa tahun kemudian meninggalkan luka mendalam di hati sang kaisar.

Dengan menyoroti kisah cinta sebagai motivasi utama di balik tindakan-tindakan besar Napoleon, film ini seolah-olah menyederhanakan sosok kompleks seorang pemimpin militer dan politikus.

Padahal, keputusan Napoleon untuk meninggalkan Mesir dan kembali ke Prancis pada tahun 1799, serta pelariannya dari pengasingan pada tahun 1815, merupakan hasil dari pertimbangan yang sangat matang dan melibatkan berbagai faktor, termasuk ambisi politik, kondisi internal Prancis, dan dinamika kekuatan di Eropa.

"Perubahan tanggal kematian Josephine (dari Mei 1814 ke Maret 1815), meskipun terkesan sepele, menunjukkan bahwa film ini lebih tertarik pada pembentukan sebuah kisah yang romantis dan menyentuh hati daripada pada penyajian sejarah yang akurat," ungkap Bell.

Baca Juga: Kisah Kelinci yang Membuat Napoleon Bonaparte Lari Terbirit-birit

Lebih dari sekadar cinta

Memang, hubungan emosional ini merupakan bagian penting dalam hidupnya. Namun, untuk memahami sosok Napoleon secara utuh, kita perlu melihat melampaui kisah cintanya.

Ambisi dan kesuksesan Napoleon tidak hanya berakar pada hubungan pribadinya, melainkan juga pada kemampuannya mengelola hubungan dengan orang banyak. Baik di medan perang maupun di panggung politik, ia adalah seorang master manipulator hati.

Kemenangan-kemenangan militer Napoleon bukanlah semata-mata hasil dari strategi brilian. Lebih dari itu, kemenangan-kemenangannya didorong oleh kesetiaan mutlak pasukannya terhadap dirinya.

Napoleon bukan hanya seorang komandan, tetapi juga seorang sahabat bagi para prajuritnya. Ia kerap berbaur dengan mereka, bercanda, bahkan tak segan mencubit telinga mereka. Keakraban ini membuat pasukannya rela berkorban untuknya.

Perbandingan menarik muncul ketika kita melihat lawan bebuyutan Napoleon, Lord Wellington. Wellington sering meremehkan pasukan Prancis, menyebut mereka "sampah bumi".

Sebaliknya, Napoleon berhasil membangkitkan semangat juang yang luar biasa pada pasukannya. Ketika menyeberangi Sungai Lodi pada tahun 1796, Napoleon bahkan ikut mendorong meriam. Aksi heroiknya ini membuatnya mendapat julukan "korporal kecil" yang melegenda.

Di sisi lain, Napoleon juga piawai dalam memanfaatkan propaganda. Ia menyajikan dirinya sebagai sosok penyelamat yang akan membawa Prancis keluar dari kekacauan pasca-Revolusi.

Propaganda yang dilakukan Napoleon begitu efektif sehingga ia berhasil meraih dukungan populer yang sangat kuat, bahkan ketika ia mulai membatasi kebebasan politik.

Bab terakhir dari kejayaan

Kekalahan telak di Rusia pada tahun 1812 menjadi titik balik dalam kisah hidup Napoleon Bonaparte. Setelah serangkaian pertempuran sengit yang mendorongnya mundur melintasi Eropa hingga ke Paris, sang kaisar terpaksa turun tahta.

Sebagai hukuman atas ambisinya, para sekutu mengasingkannya ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di Mediterania yang tak jauh dari Corsica, tanah kelahirannya.

Namun, semangat juang Napoleon belum padam. Kurang dari setahun mendekam di pengasingan, ia nekat melarikan diri dari pengawasan ketat pasukan Inggris.

Dengan seribu prajurit setia di sisinya, Napoleon mendarat di pantai selatan Prancis dan memulai perjalanan menuju Paris. Ambisinya untuk kembali berkuasa begitu besar sehingga ia rela mempertaruhkan segalanya.

Perjalanan Napoleon menuju tahta tidaklah mudah. Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh sebuah resimen yang setia kepada pemerintahan baru Prancis.

Dalam sebuah adegan dramatis, Napoleon melangkah ke depan barisan pasukannya, membuka mantel usangnya, dan memperlihatkan dadanya yang terbuka. Dengan suara lantang, ia menantang para prajurit, "Jika ada di antara kalian yang ingin membunuh kaisarnya, inilah saatnya!"

Hening sejenak menyelimuti medan perang. Namun, tak lama kemudian, para prajurit yang semula menjadi lawannya justru bersorak histeris, "Hidup Kaisar!" Mereka kemudian berhamburan mendekati Napoleon dan pasukannya, seakan menyambut kedatangan seorang pahlawan.

Adegan dramatis tersebut memang telah direncanakan sebelumnya. Para perwira dari kedua belah pihak telah melakukan negosiasi secara diam-diam. Namun, Napoleon tetap mengambil risiko yang sangat besar. "Dengan nekat, ia mempertaruhkan nyawanya demi merebut kembali tahta yang telah hilang," jelas Bell.

Pesona abadi di balik kegelapan

Perjalanan Napoleon Bonaparte ke Paris dan perebutan kekuasaannya yang dramatis adalah sebuah kisah yang penuh liku. Meski menghadapi perlawanan sengit dan membawa Prancis ke dalam perang dahsyat yang menelan jutaan korban jiwa serta mengakibatkan kerusakan ekonomi yang parah, popularitas Napoleon di kalangan rakyat tetap kokoh.

Bahkan setelah kehilangan wilayah-wilayah jajahannya, rakyat Prancis masih terpukau oleh sosok pemimpin karismatik ini.

Periode seratus hari yang penuh gejolak ini akhirnya berakhir dengan kekalahan telak Napoleon di medan perang Waterloo pada Juni 1815.

Namun, mengapa pesona Napoleon tetap abadi hingga kini? Jawabannya terletak pada kemampuannya membangkitkan emosi yang kuat pada setiap orang yang mengenal sosoknya.

Kehidupan Napoleon bagaikan sebuah novel epik yang penuh intrik, petualangan, dan kepahlawanan. Ia menjadi tokoh yang mudah diidentifikasi, diromantisasi, dan bahkan didewakan oleh banyak orang.

Di balik pesona dan kegemilangannya, kisah Napoleon juga menyadarkan kita akan sisi gelap manusia. Ambisi tak terkendali, peperangan yang menghancurkan, dan penderitaan jutaan manusia adalah beberapa contoh kegelapan yang menyertai perjalanan hidupnya.

Oleh karena itu, dalam mengagumi sosok Napoleon, kita perlu melihatnya secara utuh; sebagai seorang pemimpin yang brilian sekaligus sebagai manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Kisah hidup Napoleon adalah sebuah pengingat bahwa sejarah tidak selalu hitam putih. Terkadang, kita perlu melihat melampaui narasi sederhana tentang pahlawan dan penjahat. Napoleon adalah sosok kompleks yang terus menarik perhatian dan menginspirasi perdebatan hingga saat ini.