Nationalgeographic.co.id—Dalam hidup manusia, darah masa muda akan selalu mengalir dalam dirinya gejolak merah muda. Cinta yang membara di antara sepasang sejoli. Hal ini tak luput jua dari sang revolusioner muda Prancis, Napoleon Bonaparte.
Meski besar namanya, tak semua orang di zamannya memahami tentang perasaan cinta yang tumbuh dari seorang Napoleon. Ia pernah mencinta seorang gadis Prancis bernama Désirée Eugénie Clary.
Sejarawan telah berupaya menguak dan menyusun kembali tulisan cerpen otobiografi yang ditulis sendiri oleh Napoleon semasa mudanya. Penemuan, penyusunan dan penyuntingan cerita pendek roman itu terjadi jauh selepas kematian Napoleon.
Setelah para sejarawan beserta dengan filolog melakukan pekerjaan detektif sastra yang cermat di masa setelah kematian Napoleon, para editor menjadi yang pertama menerbitkan novel tersebut secara keseluruhan pada 1795.
Novel ini dialihbahasakan dari bahasa Prancis ke bahasa Inggris oleh Dr. Peter Hicks dan Emilie Barthet dari Napoléon Foundation di Paris.
Peter Hicks adalah seorang sejarawan yang mengkhususkan diri pada Napoleon. Dia adalah Manajer Hubungan Internasional di Fondation Napoléon dan profesor tamu di Universitas Bath.
"A Love Story," genre yang terbaca dari sampul bukunya. Menjadi hal yang menggugah, sesaat setelah pembaca mengetahui dari sampul itu bahwa seorang Napoleon Bonaparte yang menulis romannya. Romannya berjudul "Clisson and Eugénie: A Love Story."
Lantas, muncul pertanyaan, bagaimana Napoleon muda yang sibuk di masa krisis Eropa, penuh dengan kekacauan perang, sempat untuk meluangkan waktunya menulis romantika cintanya dengan seorang gadis?
"Tentu bisa, tapi ia tidak bisa mendapatkan banyak (halaman), karena Clisson dan Eugénie hanya memiliki 17 halaman," ulas Helen Zaltzman kepada The Guardian dalam artikel berjudul Clisson dan Eugénie oleh Napoleon Bonaparte, terbitan 29 November 2009.
Helen meneruskan bahwa tulisan Napoleon merupakan kisah melankolis tentang seorang tentara yang tergila-gila dan wanita pujaannya.
"Penerbitan Clisson dan Eugénie sendiri merupakan suatu sensasi," sambung Berthold Gambrel kepada Ruined Chapel dalam resensi berjudul “Clisson and Eugénie: A Love Story” by Napoleon Bonaparte, translated by Peter Hicks, terbitan 1 Desember 2023.
Selain ditulis oleh orang besar, buku ini menyiratkan sisi lain dari seorang pemimpin perang dan negeri Prancis. Ia menunjukkan cerita yang bernuansa khas karya seorang pemuda. Penuh dengan gairah, romansa, dan petualangan, dan sedikit kurang realisme.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | people,The Guardian |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR