Nationalgeographic.co.id—Dalam mitologi Tiongkok, Sun Gokong atau Sun Wukong dikenal sebagai Raja Kera. Kisahnya dikenal berkat novel klasik Tiongkok Journey to the West dari abad ke-16. Mitos mengenai Kera Sakti ini konon telah beredar di Asia Tenggara selama hampir 3.000 tahun.
Sun Gokong dikenal sebagai kera penipu yang menyebabkan banyak masalah di alam surgawi. Namun pada akhirnya, Sun Gokong mencapai pencerahan dengan mengabdi pada Tang Sanzang.
Kekuatan Sun Gokong
Mengutip dari laman Timeless Myth, “Sun Gokong adalah musuh yang tangguh dalam mitologi Tiongkok.” Diberkahi dengan kekuatan yang luar biasa, ia dapat berlari secepat bintang jatuh sambil menahan beban gunung. Sang Raja Kera juga dapat melakukan salto dengan kecepatan 54.000 kilometer (108.000 li).
Bakat hebat lainnya dari Raja Kera adalah kemampuannya untuk membekukan orang dan hewan di tempat serta mengendalikan cuaca.
Kemampuannya untuk berubah wujud sesuka hati menjadi 72 wujud membuat musuhnya takut. Ia mampu berubah wujud menjadi berbagai hewan dan objek.
Sun Gokong adalah ahli dalam berbagai gaya bertarung dan ia dapat mengalahkan prajurit terbaik dari pasukan surgawi. Bahkan bulunya saja memiliki atribut magis.
Sang Kera Sakti dapat membuat duplikat dirinya sendiri untuk membantunya dalam pertempuran. Ia juga dapat menggunakan bulunya untuk berubah menjadi senjata dan hewan.
Benarkah kisah Kera Sakti terinspirasi dari dewa kera Hanoman?
Para sejarawan percaya bahwa inspirasi Kera Sakti Sun Gokong berasal dari kombinasi mitos budaya Asia Tenggara kuno. Terutama India dan Tiongkok. Pengaruh pertama karakter Raja Kera berasal dari dewa kera Hindu Hanoman. Kisah Hanoman ditemukan dalam tulisan-tulisan Sansekerta Ramayana.
Baca Juga: Mitologi Tiongkok: Kisah Keabadian Ibu Ratu dari Barat dan Sun Gokong
Ketika umat Buddha India melakukan perjalanan ke Tiongkok kuno, cerita-cerita rakyat mereka pun ikut serta. Cerita rakyat yang dibawa dari India berevolusi secara sinkretis dengan cerita rakyat Tiongkok kuno.
Misalnya, dalam Perjalanan ke Barat (Journey to The West), sebelum menjadi Raja Kera, Sun Gokong awalnya adalah sebuah batu yang menjadi hidup ketika angin bertiup di atasnya. Ia dikisahkan lahir dari sebuah batu. Dewa kera India Hanoman adalah putra dewa angin.
Legenda dari Kerajaan Chu tahun 700 SM juga memengaruhi karakter Raja Kera. Dinasti Han juga menyumbangkan sejumlah legenda tentang dewa kera. Semua legenda tersebut kemudian memengaruhi kepribadian si Kera Sakti Sun Gokong.
Sun Gokong dipuja oleh masyarakat dan diakui sebagai ikon budaya. Namun, para biksu Buddha tidak memujanya sebagai tokoh agama dan memandang Raja Kera lebih sebagai tokoh seni dan sastra.
Kisah bahwa dia berasal dari batu, membuat Sun Gokong tidak memiliki saudara atau anak. Oleh karena itu ia tidak dihormati sebagai leluhur dalam agama dan kepercayaan Tiongkok.
Sebelum Sun Gokong bergabung dengan istana surgawi Kaisar Giok, ia memerintah sekelompok kera yang berkeliaran di hutan.
Penampilan si Kera Sakti
Sun Gokong adalah salah satu karakter yang paling mudah dibedakan dalam karya seni Tiongkok. Pasalnya Kera Sakti adalah satu-satunya dewa dalam budaya Tiongkok yang memiliki wujud kera.
Dalam penggambaran Raja Kera sebelum ia mencapai pencerahan, Sun Gokong sering ditampilkan sebagai kera telanjang.
Setelah dibebaskan dari kurungan gunung, Sun Gokong menjadi murid Tang Sanzang. Setelah itu, Sun Gokong digambarkan mengenakan mahkota Raja Kera (topi dengan bulu burung phoenix).
Ia juga mengenakan baju rantai emas, sepatu bot untuk berjalan di atas awan, dan tongkat Raja Kera. Tongkat seberat 8 ton itu dapat disusutkan hingga seukuran jarum pentul kecil.
Baca Juga: Sun Wukong, Kera Sakti yang Menantang Surga dalam Mitologi Tiongkok
Kera Sakti Sun Gokong memimpin pemberontakan terhadap Surga
Nama Sun Gokong terdiri dari karakter untuk ruang, terbangun, dan cucu. Namun, karakter matahari, dalam konteksnya, berarti kera. Oleh karena itu, nama Sun Gokong sebenarnya berarti kera yang tercipta dari kekosongan.
Namanya itu dikaitkan dengan kisah Journey to the West, Kera Sakti berubah dari ketidaktahuan menuju pencerahan. Dalam hal ini, kera penipu yang suka berkelahi dan tukang buah onar berubah kera yang mencapai pencerahan.
Legenda Raja Kera pertama kali muncul dalam novel Journey to the West, sebuah cerita dari Dinasti Song.
Dalam novel tersebut, Raja Kera penipu menganggap dirinya setara dengan para dewa di Surga. Ia dipenjara selama 500 tahun di bawah gunung suci karena mencuri dan memakan buah Persik Keabadian. Si Kera Sakti pun memimpin pemberontakan terhadap Surga.
Setelah 500 tahun ditawan, Sun Gokong pun dibebaskan dan melayani Xuangzang yang melakukan perjalanan ke barat.
Legenda Raja Kera lebih dari sekadar mitos yang penuh aksi. Kisah Sun Gokong pada dasarnya adalah tentang kemungkinan yang tidak terbatas. Seekor kera yang berasal dari batu akhirnya dapat mencapai pencerahan.
Maka, jika seekor kera batu dapat mengguncang gerbang Surga, mengapa manusia tidak bisa melakukannya? Kemungkinannya tidak terbatas.