Mengenal (Ulang) Blue Carbon, Benteng Tersembunyi Melawan Perubahan Iklim

By Ade S, Sabtu, 31 Agustus 2024 | 12:03 WIB
Mangrove di Raja Ampat. Hutan hijau yang tumbuh di air ini berkontribusi menjaga Bumi tetap dingin. (Ricky Martin/National Geographic Indonesia)

Mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur, adalah pemain kunci dalam siklus karbon, terutama di ekosistem lahan basah pesisir.

"Mikroorganisme mengendalikan semua siklus karbon di planet Bumi," kata Cameron Thrash, seorang ahli biologi di USC Dornsife dan co-investigator pada proyek tersebut.

"Ketika manusia memasukkan CO2 ke atmosfer, mikroba mengendalikan seperti apa nasib akhir CO2 tersebut - apakah itu diubah menjadi karbon organik tetap, menyimpan karbon tersebut di lautan atau tanah kita, atau mengubahnya kembali menjadi CO2."

Dengan kata lain, lahan basah pesisir, seperti rawa garam dan hutan bakau, adalah gudang karbon alami. Prosesnya dimulai ketika mikroorganisme mengurai sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mati.

Hasil penguraian ini kemudian menjadi makanan bagi organisme lain, seperti fitoplankton dan zooplankton. Rantai makanan pun berputar, dan karbon tersimpan dalam sedimen.

Namun, keindahan alam ini terancam oleh perubahan iklim. Kenaikan permukaan laut mengubah komposisi mikroorganisme di lahan basah. Perubahan ini berdampak pada cara bahan organik diproses dan didaur ulang. Akibatnya, nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan rawa garam menjadi terbatas.

Tumbuhan rawa garam memiliki peran krusial dalam menangkap karbon dioksida langsung dari atmosfer. Mikroorganisme kemudian membantu mengunci karbon ini dalam sedimen. Seiring waktu, lapisan karbon ini menumpuk dan membentuk simpanan karbon jangka panjang.

Baca Juga: Kunci Pengurangan Karbon Pesisir Ada di Tangan Masyarakat dan Mangrove

"Kami tahu bahwa dalam 50 hingga 100 tahun, sebagian besar rawa garam akan berubah menjadi hamparan lumpur, yang sebenarnya merupakan sumber emisi karbon. Tanpa vegetasi, banyak karbon yang seharusnya disimpan akan dilepaskan kembali ke atmosfer," kata Bañuelas.

Mengungkap rahasia lahan basah

Di ekosistem akuatik, mikroorganisme sangat beragam, dengan antara 100.000 hingga 10 juta sel dalam setiap tetes air. Mikroba ini sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, seperti kenaikan permukaan laut dan intrusi air asin.

Menurut Trash, "Memahami bagaimana mereka merespons perubahan lingkungan sangat penting untuk memprediksi masa depan penyimpanan karbon di lahan basah."