Paus Menjadi Santo: Dulu Hal yang Biasa, Mengapa Kini Sangat Jarang?

By Ade S, Senin, 2 September 2024 | 11:03 WIB
Paus Yohanes Paulus II. Mengapa gelar Santo bagi Paus dulu umum, namun kini sangat jarang diberikan? Jelajahi sejarah dan perubahan dalam proses kanonisasi di Gereja Katolik. (Gregorini Demetrio)

Namun, persyaratan untuk para pengaku iman jauh lebih ketat. Sebelum tahun 1983, seorang pengaku iman harus membuktikan empat mukjizat untuk dapat dikanonisasi.

Angka ini kemudian direvisi menjadi dua mukjizat. Kasus Paus Yohanes XXIII bahkan lebih istimewa, di mana Paus Fransiskus memutuskan untuk menghapuskan persyaratan mukjizat kedua.

Mukjizat memang selalu menjadi bagian penting dalam proses kanonisasi. Mukjizat dianggap sebagai tanda nyata dari campur tangan ilahi dan bukti bahwa orang yang bersangkutan telah mencapai kesucian dan dapat menjadi perantara doa bagi umat beriman. Hanya saja, apa yang dianggap sebagai mukjizat telah mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.

Meski demikian, keyakinan akan adanya mukjizat masih sangat kuat di kalangan umat beriman. Sebuah survei yang dilakukan oleh Pew Research pada tahun 2007 menunjukkan bahwa sebagian besar orang Amerika percaya bahwa mukjizat masih terjadi hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa konsep mukjizat masih relevan dan memiliki makna yang mendalam bagi banyak orang.

Paus Yohanes Paulus II, yang dikanonisasi dengan proses yang sangat cepat, juga harus memenuhi persyaratan mukjizat. Dua mukjizat yang diakui dalam kasusnya adalah pemulihan seorang biarawati Prancis dari penyakit Parkinson dan kesembuhan seorang wanita Kosta Rika dari aneurisma otak.

Kedua mukjizat ini dianggap sebagai bukti nyata dari kuasa doa Paus Yohanes Paulus II dan menjadi salah satu alasan utama mengapa beliau dinyatakan sebagai santo.

Momentum mendadak dan bayang-bayang skandal

Salah satu faktor yang berkontribusi pada lonjakan jumlah kanonisasi adalah perubahan sikap para Paus. Beberapa Paus terakhir, seperti Yohanes Paulus II, sangat aktif dalam mempromosikan proses kanonisasi. Mereka melihat kanonisasi sebagai cara untuk menghormati para hamba Tuhan yang telah memberikan kontribusi besar bagi Gereja dan dunia.

Selain itu, adanya dokumen-dokumen sejarah yang lebih lengkap dan mudah diakses juga memudahkan para ahli untuk menyelidiki kehidupan calon santo. Dengan demikian, proses kanonisasi dapat berjalan lebih cepat dan efisien.

Fenomena menarik lainnya adalah semakin banyaknya Paus yang menjadi calon santo. Tren ini menunjukkan bahwa Gereja semakin menghargai peran para pemimpinnya dan ingin memberikan pengakuan resmi atas jasa-jasa mereka.

Meski demikian, proses kanonisasi tetap panjang dan kompleks. Termasuk melibatkan penyelidikan mendalam terhadap kehidupan dan karya individu tersebut.

Para calon santo akan melalui proses penyelidikan yang ketat oleh otoritas gereja, di mana berbagai dokumen dan wawancara dikumpulkan sebagai bahan pertimbangan bagi Paus dalam mengambil keputusan akhir.

Namun, proses kanonisasi Paus Yohanes Paulus II tidak lepas dari kontroversi. Mengingat skandal pelecehan seksual oleh klerus yang terjadi selama masa kepausannya, muncul pertanyaan mengenai apakah penyelidik Vatikan telah memberikan perlakuan khusus atau kelonggaran tertentu kepada Paus yang sangat populer ini.

Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa mayoritas umat Katolik di Amerika Serikat menginginkan Paus Fransiskus untuk memprioritaskan penanganan skandal pelecehan seksual oleh klerus. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini sangat sensitif dan menjadi perhatian utama bagi banyak umat.

Sebaliknya, survei-survei yang dilakukan pada tahun 1980-an dan 1990-an menunjukkan tingkat popularitas Paus Yohanes Paulus II yang sangat tinggi di kalangan umat Katolik Amerika Serikat. Selama periode tersebut, hampir seluruh umat Katolik di Amerika Serikat memandang Paus Yohanes Paulus II secara positif.

Jika dibandingkan dengan Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus, popularitas Paus Yohanes Paulus II memang sangat menonjol. Meskipun Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus juga memiliki tingkat popularitas yang tinggi, namun tidak setinggi Paus Yohanes Paulus II.