Nationalgeographic.co.id—Mpox, penyakit yang seakan-akan terlupakan di balik bayang-bayang pandemi, kini kembali menghantui dunia.
Bagaimana bisa sebuah virus yang sudah dikenal sejak setengah abad lalu masih mampu menciptakan wabah global yang begitu dahsyat?
Di balik angka-angka kasus yang terus meningkat dan nyawa yang melayang, tersimpan kisah kelalaian global yang memilukan.
Artikel ini akan menguak fakta-fakta mengejutkan tentang mpox, mulai dari mutasi virus yang semakin ganas hingga kegagalan sistem kesehatan dunia dalam merespons ancaman ini.
Korban kelalaian global
Wabah mpox yang semakin meluas di benua Afrika telah menyoroti kegagalan global dalam mengatasi penyakit menular. Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa wabah ini bukanlah sekadar kejadian kebetulan, melainkan akibat dari dekade-dekade kelalaian dalam menghadapi penyakit ini.
Menurut Dr. Dimie Ogoina, pemimpin komite darurat mpox WHO, ketidakmampuan komunitas internasional untuk menghentikan penyebaran sporadis mpox di masa lalu telah menciptakan kondisi ideal bagi virus ini untuk berevolusi menjadi bentuk yang lebih menular. Negara-negara dengan sumber daya terbatas menjadi sasaran utama, semakin memperparah situasi.
"Apa yang kita lihat di Afrika sekarang sangat berbeda dari wabah global tahun 2022," tegas Dr. Ogoina dalam konferensi pers virtual, seperti dilansir dari ABC News.
Jika sebelumnya mpox lebih banyak ditemukan pada pria gay dan biseksual, kini virus ini telah menyebar lebih luas melalui kontak seksual dan kontak dekat di antara berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak, wanita hamil, dan kelompok rentan lainnya.
Salah satu faktor utama yang memperburuk situasi adalah rendahnya tingkat kekebalan terhadap mpox di kalangan penduduk Afrika. Sebagian besar orang di atas usia 50 tahun di benua ini pernah divaksinasi cacar, yang memberikan perlindungan parsial terhadap mpox. Namun, populasi muda di Afrika, yang sebagian besar belum pernah divaksinasi, sangat rentan terhadap infeksi.
Mpox sendiri termasuk dalam keluarga virus yang sama dengan cacar tetapi menyebabkan gejala yang lebih ringan seperti demam dan nyeri tubuh.
Baca Juga: Sudah Masuk ke Indonesia, Bagaimana Cara Mengobati Cacar Monyet?