Singkap Praktik Sihir di Yunani Kuno dan Romawi, Ada Boneka 'Voodoo'

By Sysilia Tanhati, Jumat, 6 September 2024 | 14:00 WIB
Sihir di Yunani dan Roma kuno melibatkan sejumlah praktik yang bervariasi. Mulai mulai dari penggunaan lempengan kutukan hingga jimat pelindung. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Kepercayaan terhadap adanya sihir telah ada sejak ribuan tahun lalu, termasuk di era Yunani kuno dan Romawi.

Kamus Klasik Oxford mendefinisikan sihir sebagai strategi manipulatif untuk memengaruhi jalannya alam dengan cara supernatural. Kata manipulatif merujuk pada unsur campur tangan manusia yang mengarahkan tindakan magis ke tujuannya.

Sihir, dengan potensinya untuk mengendalikan hal yang tidak dapat dikendalikan, digemari oleh sebagian manusia. Contoh-contoh praktik sihir pun telah ada selama ribuan tahun dalam budaya di seluruh dunia.

Sihir dalam masyarakat kuno ini secara longgar terkait dengan agama dan kemanjurannya sering kali bergantung pada bantuan dewa. Dalam budaya Yunani kuno dan Romawi, praktik sihir tidak sepenuhnya disetujui atau dilarang.

Baik orang Yunani maupun Romawi memiliki hukum yang membatasi praktik ilmu sihir. Namun, secara pribadi, ilmu sihir tampaknya memiliki daya tarik yang kuat dan sangat dihargai di semua lapisan masyarakat.

Penyihir dan ahli sihir juga muncul dalam mitologi Yunani kuno. Contoh yang terkenal adalah penyihir wanita Circe, yang ramuan ajaibnya menahan pahlawan licik Odysseus.

Lempengan kutukan dan mantra pengikat

Contoh-contoh ilmu sihir kuno dapat dikelompokkan secara longgar menjadi dua kategori. Pertama adalah ilmu sihir 'hitam'. Praktik sihir ini sebagian besar dikaitkan dengan tindakan menyakiti. Sedangkan yang kedua adalah ilmu sihir 'putih', yang memberikan manfaat atau perlindungan.

Lempengan kutukan jelas termasuk dalam kategori pertama. Lempengan ini biasanya berupa potongan timah tipis, yang ditulisi dengan kutukan terhadap musuh.

“Lempengan kutukan kemudian dapat dilipat dan sering kali disegel dan ditusuk dengan paku,” tulis Laura Hayward di laman The Collector. Kutukan tersebut kemudian dikubur, biasanya di badan air atau sumur dan juga di kuburan.

Mengapa di badan air, sumur, atau kuburan? Konon lokasi-lokasi ini dianggap menyediakan jalur cepat ke Dunia Bawah. Dewa-dewi Dunia Bawah, seperti Hades, Hekate, dan Hermes, diyakini mampu membantu memenuhi kutukan tersebut. Ribuan tablet semacam itu ditemukan di seluruh dunia Klasik, dari Athena di Yunani hingga Bath di Inggris Barat Daya.

Baca Juga: Politik Identitas Athena Abad ke-5 'Dicampuri' Mitos Prometheus

Lempengan kutukan yang ditemukan di London. Bunyinya: Saya mengutuk Tretia Maria dan hidup, pikiran, ingatan, hati, dan paru-parunya bercampur menjadi satu. Serta kata-kata, pikiran, dan ingatannya. Dengan demikian semoga dia tidak dapat berbicara tentang hal-hal yang tersembunyi. (Marie-Lan Nguyen)

Patung voodoo

Dalam budaya Yunani kuno dan Romawi, praktik sihir juga menggunakan media mirip boneka Voodoo. Patung atau boneka Voodoo terkadang disertai dengan lempengan kutukan.

Orang Mesir diperkirakan pertama kali menggunakan boneka semacam itu, sejak 2.000 SM. Terbuat dari lilin, menyerupai musuh, patung-patung itu dikubur di kuburan. Tujuannya agar korban menerima perlakuan tidak menyenangkan dari dewa akhirat, Osiris.

Di Yunani kuno, contoh-contoh telah ditemukan yang berasal dari abad keempat SM. Boneka-boneka itu sebagian besar terbuat dari lumpur, lilin atau timah. Sebagian besar figur-figur itu memiliki lengan terikat di belakang punggungnya.

“Mungkin untuk menekankan proses pengikatan yang disebutkan dalam banyak lempengan kutukan,” tambah Mayward.

Nama target yang dituju sering kali terukir pada patung tersebut. Jarum kemudian ditempatkan di titik-titik strategis pada tubuh. Dua jenis boneka yang paling umum adalah yang ditujukan untuk orang yang dicintai dan yang ditujukan untuk musuh pribadi.

Bagi mereka yang mengincar calon kekasih, jarum sering kali ditempatkan di mata, mulut, dan organ intim. Alih-alih membahayakan, jarum tersebut bertujuan untuk mendorong gairah. Untuk musuh pribadi, patung-patung tersebut sering kali ditempatkan di dalam peti mati mini.

Jimat kuno

Jimat banyak digunakan dalam budaya Yunani kuno dan Romawi. Objek-objek ini memberikan contoh utama dari sihir 'putih'. Jimat diyakini dapat menyembuhkan penyakit dan memberikan perlindungan kepada pemakainya.

Contoh jimat meliputi tanaman, bunga, gigi dan tulang hewan atau logam mulia (dikenal sebagai lamellae) serta perhiasan dekoratif. Beberapa amulet ditulisi dengan doa atau mantra.

Baca Juga: Mitologi Yunani: Simbolisme dan Ikonografi Zeus Sang Pengendali Alam

Para praktisi ilmu sihir sering kali memberikan mantra lisan dan tulisan untuk digunakan bersama amulet. Plato memberi tahu kita tentang pengobatan yang digunakan oleh Socrates untuk menyembuhkan sakit kepala. Obatnya terdiri jenis daun khusus yang diikuti dengan mantra lisan.

Ephesia Grammata adalah jenis amulet khusus yang digunakan oleh orang Yunani dan Romawi. Jimat ini berasal dari serangkaian huruf misterius.

Orang-orang mengenakan Ephesia Grammata untuk melindungi diri dari roh jahat serta wabah. Beberapa atlet juga menjahit huruf tersebut ke dalam pakaian atau sandal untuk meningkatkan peluang kemenangan mereka.

Tumbuhan, rempah, dan akar suci

Tumbuhan suci juga dapat digolongkan sebagai jenis amulet. Pasalnya, sebagian besar tumbuhan tersebut digunakan dalam ramuan dan resep untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit. Orang yang sakit atau terluka sering kali berdoa kepada Asclepius. Ia adalah dewa Yunani yang dipercaya memahami rahasia pengobatan berbasis tanaman.

Berdasarkan Theophrastus, Papirus Sihir Yunani, ada lebih dari 450 tanaman, herba, dan mineral dalam resep kuno. Semua itu digunakan untuk pengobatan dan ramuan berbasis tanaman.

Kita mungkin tidak akan pernah tahu tentang pentingnya sihir di dunia kuno. Namun dari contoh-contoh yang kita miliki saat ini, yang jelas adalah bahwa ilmu sihir melampaui batas gender dan status sosial.

Ilmu sihir kuno tampaknya merupakan praktik yang sangat pribadi. Temuan tentang ilmu sihir memberikan wawasan menarik tentang ketakutan, cinta, dan harapan masyarakat Yunani dan Romawi kuno.