Didukung Ottoman, Perompak Barbary Corsair Berjaya di Laut Mediterania

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 7 September 2024 | 15:00 WIB
Barbary Corsair merupakan kelompok perompak sohor nan kejam di Laut Mediterania. Mereka didukung oleh banyak kerajaan, termasuk Kekaisaran Ottoman. (Willem van de Velde the Younger)

Efek menurunnya Kekaisaran Ottoman

Aktivitas para pelaut juga memacu kekuatan Eropa untuk membentuk aliansi dan koalisi guna memerangi ancaman tersebut. Liga Suci dibentuk pada akhir abad ke-16 untuk menghadapi kekuatan angkatan laut Ottoman dan sekutu pelautnya. Kemenangan liga dalam Pertempuran Lepanto pada tahun 1571 menandai titik balik yang signifikan. Kemenangan itu mengekang ekspansi Ottoman di Mediterania. Meski demikian, tidak banyak membantu menghilangkan ancaman para pelaut.

Kemunduran Kekaisaran Ottoman turut berkontribusi terhadap memudarnya pengaruh Barbary Corsair. Ketika kendali Ottoman atas Afrika Utara melemah, pangkalan-pangkalan Barbary Corsair kehilangan sumber dukungan dan legitimasi utamanya. Ekspansi kolonial Eropa ke Afrika Utara pada abad ke-19 menandai berakhirnya kekuatan perompak kesohor ini. Penaklukan Aljazair oleh Prancis pada tahun 1830 merupakan pukulan telak, yang secara efektif mengakhiri pembajakan di wilayah tersebut.

Musuh yang licik di lautan

Respons Eropa terhadap ancaman bajak laut dan perompak mencakup kemajuan dalam desain dan persenjataan angkatan laut. Pengembangan kapal perang yang lebih besar dan lebih bersenjata merupakan respons langsung terhadap kebutuhan akan perlindungan yang lebih baik terhadap serangan perompak dan bajak laut. Inovasi ini berkontribusi pada munculnya angkatan laut yang kuat di negara-negara seperti Spanyol, Prancis, dan Inggris. Pada akhirnya, angkatan laut menantang dan menekan aktivitas bajak laut.

Salah satu aspek paling tragis dari aktivitas bajak laut Barbary adalah korban manusia, khususnya praktik perbudakan yang meluas. Para bajak laut menangkap ribuan orang dari kapal-kapal Eropa dan kota-kota pesisir. Mereka menjual korban di pasar budak di seluruh Afrika Utara. Tawanan tersebut meliputi pria, wanita, dan anak-anak, yang menghadapi kondisi brutal dan masa depan yang tidak pasti.

Perdagangan budak merupakan sumber pendapatan yang signifikan bagi para bajak laut dan pelindung mereka. Orang-orang kaya dan pemerintah membayar uang tebusan yang besar untuk mengamankan pembebasan tawanan. Sedangkan mereka yang tidak mampu membayar sering kali dipaksa bekerja atau dijual sebagai budak di wilayah lain.

Permintaan budak memicu serangan para pelaut, menciptakan siklus kekerasan dan penderitaan yang berlangsung selama berabad-abad. Dampak perbudakan meluas melampaui korban langsung, memengaruhi keluarga dan masyarakat di seluruh Eropa. Ketakutan akan serangan pelaut dan ancaman perbudakan membayangi pikiran penduduk pesisir. Hal ini pun memengaruhi ekonomi dan cara hidup setempat. Kenangan akan serangan ini tetap menjadi bagian dari kesadaran sejarah di banyak bagian Eropa. Juga membentuk persepsi tentang Mediterania dan sejarah konflik dan pertukarannya yang rumit.

Perompak Mediterania

Kisah pelaut Barbary tidak diragukan lagi merupakan kisah petualangan, konflik, dan pertukaran budaya. Beroperasi di persimpangan Eropa, Afrika, dan Kekaisaran Ottoman, Barbary Corsair memainkan peran penting dalam sejarah Mediterania. Mereka membentuk arah perdagangan maritim dan hubungan internasional selama berabad-abad. Aktivitas mereka berdampak besar pada lanskap politik dan ekonomi saat itu. Serta memengaruhi perkembangan kekuatan angkatan laut, hukum internasional, dan hubungan diplomatik.

Dan meskipun sering digambarkan sebagai perompak yang kejam, Barbary Corsairs juga merupakan produk dari lingkungan mereka. Mereka adalah hasil dari interaksi rumit antara agama, politik, dan perdagangan di era yang penuh gejolak.

Warisan Barbary Corsair adalah bukti kekuatan laut yang abadi untuk menghubungkan dan memisahkan masyarakat. Juga sebagai pengingat sejarah rumit yang telah membentuk dunia tempat kita hidup saat ini.