Nationalgeographic.co.id—Pada zaman dahulu, kehidupan di laut lepas dan pesisir jauh dari kata damai seperti sekarang. Semua perairan terbuka siap dijarah oleh perompak yang haus akan harta rampasan. Salah satu kelompok perompak yang kesohor adalah Barbary Corsair. Mereka juga dikenal sebagai perompak Barbary atau pelaut Ottoman.
Barbary Corsairs adalah perompak dan penjarah terkenal yang beroperasi dari pantai Afrika Utara. “Mereka beroperasi khususnya dari pelabuhan Aljir, Tunis, Tripoli, dan Salé,” tulis Aleksa Vuckovic di laman Ancient Origins.
Para perompak ini aktif sejak akhir abad ke-15 M hingga abad ke-19. Mereka meneror Laut Mediterania dan bahkan mencapai Samudra Atlantik. Aktivitas perompak ini berdampak signifikan pada kekuatan Eropa dan koloninya, membentuk hukum maritim dan hubungan internasional.
Para pelaut bekerja di bawah naungan Kekaisaran Ottoman, meskipun mereka sering bertindak dengan sangat mandiri. Akhirnya, aktivitas mereka yang terkenal itu dibatasi.
Barbary Corsairs, ancaman besar bagi Laut Mediterania
Kebangkitan Barbary Corsairs berakar pada lanskap politik dan agama yang kompleks di Mediterania. Hal ini terjadi setelah Reconquista, periode di mana kerajaan Kristen di Semenanjung Iberia merebut kembali wilayah itu.
Dengan jatuhnya Granada pada tahun 1492 M, penduduk yang beragama Islam dan Yahudi melarikan diri ke Afrika Utara. “Hal ini berkontribusi pada pertumbuhan bajak laut,” tambah Vuckovic.
Melemahnya pemerintahan yang terpusat di Afrika Utara menciptakan lingkungan yang memungkinkan perompak berkembang pesat. Spanyol dan Portugal mulai memperluas pengaruh mereka ke Maghreb. Penguasa lokal melihat para corsair sebagai sarana untuk mengimbangi kekuatan Kristen dan mempertahankan otonomi daerah.
Selama masa ini, Kekaisaran Ottoman memperluas jangkauannya ke Afrika Utara. Ottoman memberi para corsair perlindungan dan sumber daya sebagai imbalan atas kesetiaan dan upeti. Ottoman memandang para corsair sebagai alat strategis untuk memproyeksikan kekuatan di Mediterania.
Aliansi yang paling terkenal adalah dengan dua bersaudara Aruj dan Hayreddin Barbarossa. Keduanya menjadi tokoh legendaris dalam sejarah pelaut.
Barbarossa bersaudara merebut Aljazair pada tahun 1516, menjadikannya sebagai pangkalan pelaut utama di bawah perlindungan Ottoman.
Baca Juga: Bagaimana Hubungan Politik Komunitas Arab di Batavia dan Ottoman?
Pelaut Barbary beroperasi terutama sebagai perompak. Mereka diberi sanksi oleh pemerintah asal mereka karena menyerang kapal asing dan kota pesisir. Status hukum ini membedakan mereka dari bajak laut, yang dianggap sebagai penjahat.
Barbary Corsair adalah pelaut dan navigator yang terampil. Mereka sering kali menggunakan kapal kecil dan cepat seperti galai dan xebec. Kapal kecil ini memungkinkan mereka untuk mengalahkan kapal yang lebih besar. Kapal mereka dilengkapi dengan dayung dan layar. Dengan keduanya, perompak ini mampu mengejar atau melarikan diri dalam berbagai kondisi angin.
Serigala di permukaan ombak
Serangan Barbary Corsair umum melibatkan kejutan dan kecepatan. Mereka menargetkan kapal dagang yang membawa kargo berharga. Para perompak ini lebih memilih untuk menangkap alih-alih menenggelamkan korbannya. Pendekatan ini memungkinkan pelaut untuk menebus awak dan penumpang yang ditangkap kembali ke negara asal mereka.
Banyak negara Eropa, yang menyadari ancaman tersebut, mulai membayar upeti kepada negara-negara Barbary. Tujuannya untuk memastikan pelayaran yang aman bagi kapal-kapal mereka. Pembayaran ini menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi Barbary Corsair dan sponsor mereka.
Selain penyerbuan maritim, para pelaut Barbary juga melancarkan serangan ke kota-kota pesisir di seluruh Eropa. “Mulai dari Italia dan Spanyol hingga sejauh utara Islandia,” ungkap Vuckovic. Penyerbuan ini ditujukan untuk menangkap budak dan menjarah kekayaan.
Perompak ini kemudian menangkap ribuan tawanan selama berabad-abad, menjualnya di pasar budak yang berkembang pesat di Afrika Utara. Praktik ini berkontribusi pada ekonomi yang kompleks yang berpusat pada perdagangan manusia. Juga pada tebusan tawanan menjadi masalah diplomatik antara negara-negara Eropa dan negara-negara Barbary.
Aktivitas para pelaut Barbary memiliki dampak politik dan ekonomi yang mendalam bagi Eropa dan Afrika Utara. Bagi negara-negara pendukung Barbary, para perompak menyediakan sumber pendapatan dan kekuatan militer yang penting. Kekayaan yang diperoleh melalui pembajakan membantu mempertahankan ekonomi lokal. Juga mendanai pekerjaan umum dan membayar pertahanan militer.
Barbary Corsair juga memainkan peran dalam politik internal negara-negara Barbary. Mereka kerap memegang pengaruh besar atas para penguasa lokal dan terkadang bahkan bertindak sebagai pemimpin de facto sendiri.
Bagi negara-negara Eropa, ancaman Barbary Corsair memaksa perubahan signifikan dalam strategi angkatan laut dan kebijakan luar negeri. Kebutuhan untuk melindungi pengiriman barang dagangan menyebabkan pengembangan teknologi dan taktik angkatan laut yang lebih canggih.
Banyak negara Eropa tidak mampu menekan Barbary Corsair melalui cara militer. Oleh karena itu, mereka menggunakan diplomasi dan pembayaran upeti. Pembayaran ini, meskipun memberatkan, sering kali dianggap sebagai biaya yang diperlukan untuk menjalankan bisnis di Mediterania.
Efek menurunnya Kekaisaran Ottoman
Aktivitas para pelaut juga memacu kekuatan Eropa untuk membentuk aliansi dan koalisi guna memerangi ancaman tersebut. Liga Suci dibentuk pada akhir abad ke-16 untuk menghadapi kekuatan angkatan laut Ottoman dan sekutu pelautnya. Kemenangan liga dalam Pertempuran Lepanto pada tahun 1571 menandai titik balik yang signifikan. Kemenangan itu mengekang ekspansi Ottoman di Mediterania. Meski demikian, tidak banyak membantu menghilangkan ancaman para pelaut.
Kemunduran Kekaisaran Ottoman turut berkontribusi terhadap memudarnya pengaruh Barbary Corsair. Ketika kendali Ottoman atas Afrika Utara melemah, pangkalan-pangkalan Barbary Corsair kehilangan sumber dukungan dan legitimasi utamanya. Ekspansi kolonial Eropa ke Afrika Utara pada abad ke-19 menandai berakhirnya kekuatan perompak kesohor ini. Penaklukan Aljazair oleh Prancis pada tahun 1830 merupakan pukulan telak, yang secara efektif mengakhiri pembajakan di wilayah tersebut.
Musuh yang licik di lautan
Respons Eropa terhadap ancaman bajak laut dan perompak mencakup kemajuan dalam desain dan persenjataan angkatan laut. Pengembangan kapal perang yang lebih besar dan lebih bersenjata merupakan respons langsung terhadap kebutuhan akan perlindungan yang lebih baik terhadap serangan perompak dan bajak laut. Inovasi ini berkontribusi pada munculnya angkatan laut yang kuat di negara-negara seperti Spanyol, Prancis, dan Inggris. Pada akhirnya, angkatan laut menantang dan menekan aktivitas bajak laut.
Salah satu aspek paling tragis dari aktivitas bajak laut Barbary adalah korban manusia, khususnya praktik perbudakan yang meluas. Para bajak laut menangkap ribuan orang dari kapal-kapal Eropa dan kota-kota pesisir. Mereka menjual korban di pasar budak di seluruh Afrika Utara. Tawanan tersebut meliputi pria, wanita, dan anak-anak, yang menghadapi kondisi brutal dan masa depan yang tidak pasti.
Perdagangan budak merupakan sumber pendapatan yang signifikan bagi para bajak laut dan pelindung mereka. Orang-orang kaya dan pemerintah membayar uang tebusan yang besar untuk mengamankan pembebasan tawanan. Sedangkan mereka yang tidak mampu membayar sering kali dipaksa bekerja atau dijual sebagai budak di wilayah lain.
Permintaan budak memicu serangan para pelaut, menciptakan siklus kekerasan dan penderitaan yang berlangsung selama berabad-abad. Dampak perbudakan meluas melampaui korban langsung, memengaruhi keluarga dan masyarakat di seluruh Eropa. Ketakutan akan serangan pelaut dan ancaman perbudakan membayangi pikiran penduduk pesisir. Hal ini pun memengaruhi ekonomi dan cara hidup setempat. Kenangan akan serangan ini tetap menjadi bagian dari kesadaran sejarah di banyak bagian Eropa. Juga membentuk persepsi tentang Mediterania dan sejarah konflik dan pertukarannya yang rumit.
Perompak Mediterania
Kisah pelaut Barbary tidak diragukan lagi merupakan kisah petualangan, konflik, dan pertukaran budaya. Beroperasi di persimpangan Eropa, Afrika, dan Kekaisaran Ottoman, Barbary Corsair memainkan peran penting dalam sejarah Mediterania. Mereka membentuk arah perdagangan maritim dan hubungan internasional selama berabad-abad. Aktivitas mereka berdampak besar pada lanskap politik dan ekonomi saat itu. Serta memengaruhi perkembangan kekuatan angkatan laut, hukum internasional, dan hubungan diplomatik.
Dan meskipun sering digambarkan sebagai perompak yang kejam, Barbary Corsairs juga merupakan produk dari lingkungan mereka. Mereka adalah hasil dari interaksi rumit antara agama, politik, dan perdagangan di era yang penuh gejolak.
Warisan Barbary Corsair adalah bukti kekuatan laut yang abadi untuk menghubungkan dan memisahkan masyarakat. Juga sebagai pengingat sejarah rumit yang telah membentuk dunia tempat kita hidup saat ini.