Sebagian Orang Tidak Alami Stres, Tapi Apakah Mereka Lebih Bahagia?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 10 September 2024 | 10:00 WIB
Penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemicu stres dan cara kita bereaksi sebenarnya dapat bermanfaat. (Pexelx/Julia Avamotive)

Sementara itu, respons stres memungkinkan kita untuk mengalami spektrum penuh kehidupan dan memfasilitasi pembelajaran. Hipokampus—bagian otak yang membantu mendorong pembelajaran melalui ingatan—menyukai hal-hal baru.

Berhasil mengatasi stresor kehidupan sehari-hari yang kecil menghadirkan banyak hal baru. Juga kesempatan untuk berkembang.

Tanpa tantangan yang tidak mengancam jiwa ini, otak mulai menderita. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab rendahnya daya ingat dan keterampilan memecahkan masalah.

Charles tidak akan pernah bisa sepenuhnya menjawab pertanyaan tentang siapa orang-orang yang bebas stres ini. Identitas mereka dijaga ketat oleh Carol Ryff, seorang psikolog di University of Wisconsin–Madison yang menjalankan studi MIDUS.

Namun, Charles mengetahui profil umum orang yang bebas stres. Kelompok itu biasanya adalah pria yang lebih tua, belum menikah dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Mereka yang tidak stres juga melaporkan aktivitas harian yang jauh lebih sedikit daripada kelompok lainnya. Namun, mereka menonton TV dengan frekuensi lebih tinggi daripada mereka yang melaporkan mengalami stres harian.

Hal yang paling menarik adalah banyak yang menyangka bila memiliki lebih sedikit interaksi sosial menurunkan stres harian seseorang. Dari aktivitas harian yang ditangkap data MIDUS, mereka yang tidak stres melaporkan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk berinteraksi dengan orang lain.

Tetapi Charles mencatat paradoks di sini. Memiliki lebih banyak dukungan sosial juga merupakan penyangga yang efektif terhadap stres.

“Kita tahu bahwa orang-orang sering kali menjadi sumber stres kita dalam hidup,” kata Charles sambil tertawa hangat. Ia jua menambahkan, “Namun, orang lain juga benar-benar penting bagi kita; kita adalah makhluk sosial.”

Jumlah dukungan sosial yang ideal yang membuat kita berkembang secara kognitif. Namun, terlalu banyak menghabiskan waktu dengan orang lain juga bisa menjadi sumber stresnya sendiri. Peran jaringan sosial, seperti banyak aspek pengalaman stres, adalah sesuatu yang terus-menerus dieksplorasi oleh para peneliti.