Dunia Hewan: Benarkah Landak Bukan Hewan yang Aman untuk Dipelihara?

By Ade S, Rabu, 11 September 2024 | 10:03 WIB
Ingin memelihara landak? Yuk, simak dulu fakta-fakta unik dan potensi risiko yang perlu kamu ketahui sebelum memutuskan. (Gibe)

Nationalgeographic.co.id—Sebelum memutuskan untuk memelihara hewan eksotis seperti landak, ada baiknya Anda mengetahui segala aspek, selain aspek hukum, yang terkait dengan perawatannya.

Dunia hewan landak menyimpan banyak kejutan yang mungkin belum Anda ketahui. Di balik penampilannya yang menggemaskan dengan duri-duri tajam, landak memiliki karakteristik unik, kebutuhan khusus, dan potensi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan.

Dari kebiasaan makannya yang unik, siklus tidur yang berbeda dari kebanyakan hewan, hingga risiko penyakit yang dapat ditularkan, memelihara landak bukanlah sekadar memelihara hewan peliharaan biasa.

Artikel ini akan membahas secara mendalam dunia hewan landak, mulai dari sejarah hidupnya di alam liar, adaptasi fisiknya yang menakjubkan, hingga tantangan yang mungkin Anda hadapi sebagai pemilik landak.

Si kecil berduri yang unik

Salah satu ciri khas landak adalah duri-durinya yang tajam dan rapat menutupi punggungnya. Duri-duri ini terbuat dari keratin, sama seperti rambut dan kuku kita. Jumlahnya pun sangat banyak, bisa mencapai ribuan buah!

Fungsi utama duri yang berjumlah 3.000 hingga 5.000 ini adalah sebagai pertahanan diri. Saat merasa terancam, landak akan menggulungkan tubuhnya menjadi bola duri yang padat. Posisi ini sangat efektif untuk menghalau predator yang ingin memangsa.

Selain duri, landak juga memiliki beberapa ciri fisik yang menarik. Moncongnya yang panjang dan basah memungkinkannya memiliki penciuman yang tajam. Telinga besarnya pun memberikan kemampuan pendengaran yang baik.

Kaki landak kecil namun kuat, dilengkapi dengan cakar yang tajam untuk menggali. Dengan kaki ini, seperti dilansir dari laman sandiegozoo.org, landak dapat dengan mudah membuat liang sebagai tempat tinggal.

Warna tubuh landak cukup bervariasi, mulai dari putih, cokelat muda, hingga hitam. Beberapa jenis landak bahkan memiliki pola garis-garis atau bintik-bintik pada durinya. Perut, wajah, dan leher landak biasanya ditutupi oleh bulu yang lebih lembut dibandingkan dengan duri di punggungnya.

Banyak orang seringkali salah mengira landak dengan landak babi. Padahal, keduanya adalah hewan yang berbeda. Meskipun sama-sama memiliki duri, landak dan landak babi memiliki ciri fisik dan perilaku yang berbeda. Landak memiliki tubuh yang lebih kecil dan ramping dibandingkan dengan landak babi.

Baca Juga: Dunia Hewan: Landak Eropa Tertua di Dunia Ditemukan di Denmark

Mitos seputar landak

Salah satu mitos paling populer tentang landak adalah kemampuannya untuk menembakkan duri. Bayangkan saja, seekor hewan kecil yang bisa meluncurkan senjata biologisnya kapan pun dia mau!

Namun, kenyataannya tidak seseram itu. Duri landak memang bisa lepas atau patah, tetapi tidak bisa ditembakkan secara sengaja. Sama seperti rambut kita yang bisa rontok, duri landak pun demikian.

Mitos lain yang tak kalah menarik adalah tentang landak yang membawa buah-buahan di punggungnya. Kisah ini banyak muncul dalam cerita rakyat Romawi dan Tiongkok kuno.

Meskipun terkadang ada buah, daun, atau ranting yang menempel pada duri landak, hewan ini tidak sengaja ataupun sengaja menggunakan durinya untuk mengangkut makanan. Duri mereka lebih berfungsi sebagai pertahanan diri daripada alat angkut.

Di banyak negara di Eropa, landak seringkali dianggap sebagai tamu yang ramah di kebun. Mereka sering terlihat berkeliaran di antara tanaman, mencari serangga kecil seperti siput dan slug yang menjadi hama bagi tanaman

Karena perannya yang menguntungkan ini, banyak orang sengaja membuat tempat bersembunyi untuk landak di kebun mereka, seperti tumpukan kayu atau kotak berisi jerami.

Si pemakan serangga yang misterius

Landak memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap berbagai lingkungan. Kita bisa menemukan mereka di gurun yang panas dan kering, hutan yang lebat, hingga di sekitar pemukiman manusia.

Landak yang hidup di gurun, misalnya, telah mengembangkan cara-cara unik untuk bertahan hidup di lingkungan yang ekstrim, seperti bersembunyi di bawah batu atau menggali liang dalam-dalam. Sementara itu, landak yang hidup di daerah berhutan seringkali memanfaatkan liang bekas hewan lain sebagai tempat tinggal.

Meskipun dikenal sebagai pemakan serangga, diet landak sebenarnya cukup bervariasi. Selain serangga, mereka juga menyukai siput, bekicot, cacing tanah, dan bahkan hewan-hewan kecil seperti tikus.

Baca Juga: Dunia Hewan: Kerentanan Landak Laut Merah Terhadap Perubahan Iklim

Beberapa spesies landak yang hidup di daerah tropis bahkan tidak segan-segan memakan buah-buahan, akar, dan daun. Dengan gigi yang tajam dan kuat, landak mampu mengunyah berbagai jenis makanan.

Landak adalah hewan nokturnal, artinya mereka lebih aktif pada malam hari. Saat matahari terbenam, landak akan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dengan indra penciuman yang tajam, mereka mampu mendeteksi keberadaan mangsa dari jarak jauh.

Hoglet: Si kecil berduri yang menggemaskan

Tahukah kamu bagaimana seekor landak memulai hidupnya? Anak landak, yang dikenal sebagai hoglet, adalah makhluk kecil yang menggemaskan dengan duri-duri lembut yang berjumlah sekitar 150 menutupi tubuhnya.

Saat baru lahir, hoglet terlihat seperti ulat putih yang gemuk. Meskipun begitu, mereka sudah memiliki duri. Namun, duri-duri ini masih sangat lembut dan terbungkus dalam kulit yang berisi cairan.

Hal ini bertujuan untuk melindungi induknya dari luka saat proses kelahiran. Dalam waktu singkat, kulit ini akan menyusut dan duri-duri hoglet akan mengeras dan berwarna lebih gelap.

Pertumbuhan yang PesatHoglet tumbuh dengan sangat cepat. Pada usia seminggu, mereka sudah mulai aktif bergerak dan mencari susu dari induknya. Saat memasuki usia satu bulan, mata mereka sudah terbuka lebar dan duri-durinya pun semakin tebal dan tajam. Induk landak akan mengajarkan anak-anaknya cara mencari makanan dan bertahan hidup di alam liar.

Hubungan antara induk landak dan hoglet-nya sangat erat. Jika seekor hoglet terpisah dari induknya, ia akan mengeluarkan suara kicauan kecil untuk memanggil induknya. Induk landak pun akan berusaha mencari anaknya dengan suara mendengkur khasnya.

Setelah 6 hingga 13 minggu, hoglet akan mulai mandiri dan meninggalkan induknya. Mereka akan memulai kehidupan baru sebagai landak dewasa. Meskipun begitu, naluri untuk hidup soliter sudah tertanam dalam diri mereka sejak kecil.

Ancaman terhadap kelangsungan hidup landak

Meskipun sering kita lihat sebagai hewan yang tangguh dengan duri tajam, landak ternyata juga menghadapi berbagai ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup mereka. Beberapa spesies landak di berbagai belahan dunia mengalami penurunan populasi yang cukup signifikan.

Salah satu ancaman terbesar bagi landak adalah perburuan. Beberapa spesies landak, seperti landak Shaanxi, menjadi target perburuan karena dianggap memiliki khasiat obat tertentu. Padahal, belum tentu klaim tersebut benar dan tindakan perburuan ini sangat merugikan kelestarian mereka.

Perubahan tata guna lahan juga menjadi ancaman serius bagi habitat landak. Aktivitas manusia seperti pertambangan, pertanian, dan urbanisasi menyebabkan hilangnya tempat tinggal bagi landak. Misalnya, landak Daurian kehilangan habitatnya karena perluasan area pertambangan dan penggembalaan ternak.

Selain itu, landak juga seringkali menjadi korban konflik dengan manusia. Penggunaan pestisida dan perangkap tikus dapat membahayakan landak yang tidak sengaja terpapar.

Meskipun beberapa spesies landak menghadapi ancaman serius, sebagian besar populasi landak masih stabil. Namun, kita perlu tetap waspada dan melakukan upaya pelestarian untuk memastikan kelangsungan hidup mereka di masa depan.

Di Indonesia, landak Jawa (Hystrix javanica) termasuk hewan yang secara resmi termasuk ke dalam jenis hewan yang dilindungi. 

Landak sebagai hewan peliharaan

Landak adalah hewan peliharaan yang unik dan belakang semakin populer. Namun, melansir WebMD, terdapat beberapa tantangan yang terkadang membuat mereka dianggap tidak bisa dijadikan hewan peliharaan, yaitu:

1) Nokturnal

Landak adalah hewan nokturnal dan paling aktif pada malam hari. Berinteraksi dengan mereka bisa memakan waktu karena sifat mereka yang soliter. Bermain dengan mereka dan membiarkan mereka berkeliaran sebelum tidur akan membantu mereka terbiasa dengan sentuhan dan perawatan Anda.

2) Aktif

Landak adalah hewan yang sangat aktif. Mereka dapat berlari bermil-mil! Mereka menikmati memanjat, menggali, dan berenang. Mereka nokturnal, jadi mereka akan melakukan sebagian besar penggalian dan berlari-lari saat Anda sedang mencoba tidur.

Anda harus menyediakan kandang yang besar yang diletakan jauh dari kamar tidur Anda agar dapat membantu mereka melepaskan energi sementara Anda beristirahat.

3) Dapat membawa penyakit

Ini adalah faktor yang wajib mendapatkan perhatian utama. Meski landak mungkin tampak sehat, tetapi mereka dapat saja menularkan bakteri seperti Salmonella atau Mycobacteria kepada pemiliknya. Sebuah wabah Salomnella besar diketahui dipicu oleh seekor landak pigmi Afrika peliharaan.

Jika pun tetap ingin memeliharanya, sebaiknya Anda perlu memastikan bahwa di rumah Anda tidak ada anak-anak di bawah 5 tahun atau orang dewasa di atas 65 tahun.

Sebab, fakta bahwa landak bisa membawa bakteri Salmonella dalam kotorannya bisa membuat kelompok rentan tersebut terinfeksi penyakit dari apapun yang disentuh oleh landak.

Masih terkait penyakit, perlu Anda ketahui juga bahwa landak juga dapat membawa parasit pada duri mereka. 

4) Aturan hukum

Beberapa jenis landak tergolong ke dalam hewan-hewan yang dilindungi. Oleh karena itu, memeliharanya bisa saja termasuk ke dalam sebuah tindakan ilegal alias melanggar hukum.