Gaia: Dewi Bumi Mitologi Yunani yang Mendorong Gerakan Ekofeminisme

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 15 September 2024 | 08:00 WIB
Orang Yunani memanggilnya Gaia, nama yang berasal dari kata bumi itu sendiri. Menjadikannya sebagai sosok perempuan, mendorong gerakan ekofeminisme Barat untuk melestarikan alam. (Mythology Source)

Meski memandang Bumi sebagai sosok perempuan tersebar di penjuru dunia, sepertinya tidak semua peradaban punya pandangan misognis dan androsentris seperti Eropa. Sejarawan Peter Carey, dalam laporan sebelumnya tentang tradisi Nusantara memiliki perspektif Polinesia yang secara tradisional kesetaraan gender.

Karen J. Warren, filsuf ekofeminisme AS, menyebut kerangka konsep antara perempuan dan alam dengan menjadikan alam sebagai feminin merupakan bentuk subordinasi. Ia menjelaskan dalam makalah pada 1988, subordinasi perempuan dan alam berarti menjadikan keduanya sebagai posisi yang lebih rendah.

Pandangan seperti inilah yang diyakini menjadi latar belakang mengapa perspektif pengelolaan alam peradaban Barat cenderung antroposentris. Antroposentrisme adalah pandangan yang memosisikan manusia sebagai pusat dunia, sementara alam dapat dieksploitasi.

Ada banyak pandangan misoginis patriarki Barat memandang alam, menurut ekofeminisme. Misalnya, alam yang lestari kerap disebut sebagai "hutan perawan". Bahkan, dalam pandangan kesadaran lingkungan, alam yang dieksploitasi lebih kerap disebut sebagai "alam yang terperkosa".

Menjaga Gaia

Karena keduanya kerap dipandang sama dalam peradaban Barat, ekofeminisme muncul sebagai paham gerakan pelestarian alam yang selama ini dirusak. Istilah ini dikemukakan aktivis feminisme Françoise d'Eaubonne yang menginginkan gerakan mendorong kepedulian dan keadilan secara ekologis melalui nilai-nilai feminisme.

Nyatanya, praktik ekofeminisme tersebar di seluruh dunia jauh sebelum istilah ini muncul. Di Teluk Youtefa, Papua, terdapat Hutan Adat Perempuan yang dilindungi perempuan setempat

Hanya ibu-ibu yang diperbolehkan masuk ke hutan ini sebagai ruang pertemuan perempuan berbagi kisahnya. Hutan ini dimuliakan, segala aktivitas perusakan akan mendapat ganjaran hukum adat.

"Dalam prinsip hukum adat kami, perempuan mendapatkan regulasi paling tinggi. Hampir 52 prinsip hukum adat memberikan regulasi kepada perempuan," ujar Syony Merauje, Kepala Kampung Enggros yang berada di dekat Hutan Adat Perempuan, dikutip dari laporan National Geographic Indonesia 2021.