Nelayan Berlatih Mendata dan Mengidentifikasi Spesies Ikan Raja Ampat

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 14 September 2024 | 08:00 WIB
Pendataan ikan di Raja Ampat melalui metode CODRS. (Nugroho Arif Prabowo/YKAN)

Nationalgeographic.co.id—Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Badan Layanan Umum Daerah Unit Pengelola Teknis Daerah Kawasan Konservasi Perairan (BLUD UPTD KKP) Kabupaten Raja Ampat, menggelar pelatihan metode Crew-Operated Data Recording System (CODRS), Frame Survey, dan identifikasi jenis-jenis ikan di Indonesia.

Pelatihan yang digelar pada 9-12 September 2024 di Kota Sorong ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pendataan hasil tangkapan dan kemampuan nelayan dalam memasukkan data dan mengidentifikasi spesies ikan.

Upaya ini akan meningkatan pemahaman pemerintah mengenai kondisi stok ikan di perairan Raja Ampat.

“Pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama antara BLUD UPTD KKP Raja Ampat dengan YKAN yang meliputi kegiatan identifikasi dan survei hasil tangkapan nelayan, survei kondisi ekosistem laut, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan pemberdayaan masyarakat,” ujar Kepala BLUD UPTD KKP Raja Ampat, Syafri, seperti dikutip dari keterangan tertulis YKAN.

Syafri juga menjelaskan, program pendataan hasil tangkapan ini akan melibatkan komunitas nelayan lokal di Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampar Area V Kofiau-Boo.

“Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan pengatahuan bagi staf BLUD UPTD KKP Raja Ampat dan para nelayan yang terlibat, sehingga proses pendataan hasil tangkapan nelayan di Kawasan Konservasi Perairan dapat lebih akurat dan dapat menghasilkan rekomendasi pengelolaan kawasan secara lebih maksimal,” papar Syafri.

Proses pelatihan metode Crew-Operated Data Recording System (CODRS) di Kantor YKAN, Sorong, Papua Barat Daya, Senin, 9 September 2024. (YKAN)

Hal senada disampaikan oleh Senior Manager Program Bentang Laut Kepala Burung YKAN, Awaludinnoer Ahmad. Ia menjelaskan, sebagai mitra Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia, YKAN telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk melindungi pengelolaan perikanan yang berkelanjutan sejak 2014. Salah satunya di wilayah Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Area V Kofiau-Boo seluas 148.979 hektare.

Menurutnya, Kawasan Konservasi Perairan yang berada di bawah pengelolaan BLUD UPTD KKP Raja Ampat ini merupakan kawasan dengan potensi sumber daya kelautan dan perikanan serta memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Kekayaan alam ini sudah menjadi penopang kehidupan masyarakat Kofiau secara turun-temurun.

“Selain meningkatkan kapasitas para staf dan nelayan lokal, kerja sama seperti ini dapat mempererat kemitraan antara BLUD UPTD KKP Raja Ampat dengan YKAN,” ujar Awaludinnoer.

"Program pendataan yang didukung oleh Blue Action Fund (BAF) ini juga diharapkan akan berkontribusi pada penyusunan Harvest Strategy yang merupakan gabungan proses dan aktvitas dari pemantuan, pengkajian, kaidah pengendalian pemanfaatan, dan tindakan pengelolaan yang dirancang untuk memenuhi tujuan perikanan yang berkelanjutan," katanya lagi.

Baca Juga: Ini Wilayah Terpenting untuk Selamatkan Sepertiga Spesies Paling Unik dan Terancam

Metode CORDS untuk Identifikasi Kondisi Perikanan

Sejak 2022, YKAN telah bekerja sama dengan sejumlah nelayan pesisir di Bentang Laut Kepala Burung, Papua Barat Daya, untuk melakukan pendataan hasil tangkapan dengan metode CODRS. CODRS adalah sistem pendataan yang dioperasikan oleh para nelayan mitra YKAN.

Pendataan dengan metode CODRS merupakan cara yang efektif untuk melihat dan menilai kondisi perikanan di suatu daerah, dalam hal ini adalah Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Area V Kofiau-Boo.

“Kegiatan penerapan pendataan hasil tangkapan dengan metode CODRS merupakan upaya untuk mengatasi salah satu hambatan pengelolaan perikanan di Indonesia, yaitu minimnya data perikanan. Pengalaman YKAN selama lebih dari tujuh tahun dalam melakukan pendataan perikanan dengan pendekatan CODRS, diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengelolaan kawasan konservasi, khususnya di KKP Raja Ampat Area V Kofiau-Boo,” ungkap Fisheries Conservation Strategic Lead YKAN, Glaudy Perdanahardja.

Maka dari itu, Glaudy berharap, dengan adanya pelatihan ini, para staf BLUD UPTD KKP Raja Ampat dapat lebih menguasai cara identifikasi 120 jenis perikanan kakap-kerapu laut dalam, tuna, dan pelagis kecil.

Seorang nelayan menyusun ikan hasil tangkapan di Raja Ampat. (YKAN)

Selain itu, peserta pelatihan pun diharapkan dapat melakukan Frame Survey untuk identifikasi kapal-kapal perikanan tangkap di wilayah kerja BLUD UPTD KKP Raja Ampat.

“Pencatatan kapal nelayan yang aktif melakukan kegiatan penangkapan di wilayah KKP Area V Kofiau-Boo juga merupakan salah satu target yang ingin dicapai oleh BLUD UPTD KKP Raja Ampat. Data-data tersebut dapat dipergunakan untuk pengelolaan berkesinambungan di wilayah kerja BLUD UPTD KKP Kep. Raja Ampat secara umum dan KKP Area V Kofiau-Boo secara khusus,” pungkasnya.