Lamun dan Rawa Garam Serap Karbon Lebih Banyak dari Pohon, Tapi...

By Ade S, Jumat, 20 September 2024 | 14:03 WIB
Ternyata lamun dan rawa garam menyimpan karbon jauh lebih banyak daripada hutan. Namun, ada tantangan tersendiri di balik fakta tersebut. (John Brew)

Tahun ini, tim penyelam punya misi khusus. Mereka ingin mengetahui lebih dalam tentang eelgrass, si penyerap karbon dioksida di New England. Mereka akan menyelidiki kondisi apa saja yang membuat eelgrass bisa bekerja optimal dalam menyerap karbon.

"Ada potensi untuk menyimpan karbon di sistem pesisir ini karena mereka sangat baik dalam hal itu, terutama mangrove dan seagrass," kata Matthew Long, seorang ilmuwan di Woods Hole Oceanographic Institution dan kapten kapal penelitian kecil pada hari itu.

Sama seperti menanam pohon untuk menghijaukan bumi dan menyerap polusi udara, ternyata menanam alang-alang pesisir, rumput laut, dan tanaman bakau di daerah pantai juga memiliki manfaat yang luar biasa.

Bahkan, tanaman-tanaman pesisir ini jauh lebih baik dalam menyerap karbon dibandingkan pohon-pohon di daratan. Bayangkan, mereka seperti paru-paru raksasa yang membersihkan udara laut kita.

Membuka peluang besar blue carbon

Penelitian ini membuka peluang besar bagi masa depan dengan mengukur blue carbon atau karbon biru, yaitu jumlah karbon yang diserap oleh ekosistem pesisir. Melalui penelitian ini juga para peneliti bisa membantu pemerintah daerah menentukan area mana yang paling penting untuk dilindungi.

Ini tidak hanya akan membantu Massachusetts mencapai target iklimnya, tapi juga bisa menciptakan peluang bisnis baru dalam bentuk perdagangan karbon laut.

Namun, memverifikasi berapa banyak karbon yang tersimpan di ekosistem alami ini sangat kompleks, bahkan lebih sulit dilakukan di bawah air.

"Ini seperti mencoba mengukur pohon yang mengambang di atmosfe," kata Long. "Anda harus menemukan pohon itu lagi dalam 20 tahun dan mengukurnya."

Di bawah, Colarusso menandai 15 tanaman dengan tali. Kadang-kadang beberapa tali terlepas sehingga dia tidak dapat menemukan semua tanaman ketika dia kembali beberapa minggu kemudian.

Colarusso sendiri kembali setidaknya enam kali per musim, menandai tanaman untuk pengukuran dan mengumpulkan sedimen untuk tes karbon di laboratorium MIT.

Baca Juga: Mengenal (Ulang) Blue Carbon, Benteng Tersembunyi Melawan Perubahan Iklim