Pygmy Hippopotamus, Si Kuda Nil Kerdil yang Punya Kebiasaan Kawin Unik

By Ade S, Selasa, 17 September 2024 | 16:03 WIB
Moo Deng, bayi kuda nil kerdil ternyata berbeda dengan kuda nil biasa. Hewan yang terancam punah ini juga punya kebiasaan kawin yang unik. (Instagram: Khaokheow.zoo)

Nationalgeographic.co.id—Moo Deng, bayi kuda nil kerdil yang tinggal di Kebun Binatang Khao Kheow, Pattaya, Thailand ini berhasil mencuri perhatian dunia maya. Dengan wajahnya yang menggemaskan dan tingkah lakunya yang lucu, Moo Deng telah memikat jutaan hati.

Melansir CNN, kepopuleran Moo Deng membuat jumlah pengunjung kebun binatang melonjak hingga 30%. Narongwit Chodchoy, Direktur Kebun Binatang Terbuka Khao Kheow, mengungkapkan, "Kelucuan alaminya, perilakunya yang menarik perhatian wisatawan."

Namun, tahukah Anda, atau lebih tepatnya, sadarkah Anda bahwa Moo Deng memiliki penampakan yang sedikit berbeda dengan kuda nil pada umumnya?

Hal ini disebabkan karena Moo Deng merupakan seekor kuda nil kerdil atau Pygmy Hippopotamus (Choeropsis liberiensis) yang secara sekilas tampak seperti versi mini dari sepupunya yang lebih besar, kuda nil biasa.

Namun, di luar ukurannya, kuda nil memiliki sejumlah perbedaan mencolok, baik dari segi fisik maupun perilaku. Kendati keduanya memiliki adaptasi untuk kehidupan semi-akuatik, kuda nil kerdil jauh lebih jarang menghabiskan waktu di dalam air.

Walaupun hidung dan telinganya juga dapat menutup rapat saat menyelam, seperti kuda nil biasa, bentuk kepalanya lebih bulat dan ramping, lehernya lebih panjang proporsional, dan matanya tidak terletak di bagian atas kepala.

Perbedaan fisik lainnya terlihat pada kaki mereka. Kaki kuda nil kerdil kurang berselaput, jari-jarinya lebih bebas bergerak, dan kakinya secara keseluruhan lebih panjang dibandingkan kuda nil biasa.

Melansir laman animals.sandiegozoo.org, Gigi mereka juga berbeda; kuda nil kerdil hanya memiliki satu pasang gigi seri, sementara kuda nil biasa umumnya memiliki dua atau tiga pasang.

Berkeringat "darah"

Kulit kuda nil kerdil punya rahasia unik untuk bertahan hidup di hutan hujan yang panas dan lembap. Permukaan kulitnya yang halus berwarna hijau-hitam dan sangat tipis, berfungsi seperti pendingin alami untuk menjaga tubuhnya tetap sejuk. Sayangnya, kulit yang tipis ini juga membuatnya rentan terhadap sinar matahari yang terik.

Untuk mengatasi masalah ini, kuda nil kerdil punya cara yang sangat unik: berkeringat darah! Ya, kamu tidak salah baca. Keringat kuda nil kerdil ini bukan darah asli, melainkan cairan berwarna merah muda yang keluar dari pori-pori kulitnya.

Baca Juga: Dunia Hewan: Kuda Nil Milik Pablo Escobar yang Membuat Resah Kolombia

Cairan ini terlihat seperti butiran keringat yang berkilauan, memberikan kesan basah pada kulitnya. Fungsinya mirip seperti tabir surya alami, melindungi kulitnya yang sensitif dari sengatan matahari.

Bayangkan jika kita manusia juga punya kemampuan seperti itu! Kita tidak perlu lagi repot-repot mencari tabir surya untuk melindungi kulit dari sinar UV. Sayangnya, kemampuan unik ini hanya dimiliki oleh kuda nil kerdil.

Cukup "mengambang" untuk takuti predator

Meskipun kita belum banyak tahu tentang kehidupan sehari-hari kuda nil kerdil di habitat aslinya, hewan ini biasanya lebih suka menyendiri atau hidup berpasangan.

Dengan tubuhnya yang kokoh dan mulut yang besar lengkap dengan gigi serta taring tajam, kuda nil kerdil tak perlu banyak usaha untuk menakuti musuh. Cukup dengan "mengambang" santai di air, para predator potensial biasanya sudah langsung mundur.

Namun, jika merasa terancam, kuda nil kerdil punya beberapa trik jitu. Mereka bisa berdiri tegak dengan gagah, menerjang dengan kekuatan penuh, atau menyapu air dengan mulutnya yang lebar sambil menggelengkan kepala.

Meski begitu, berbeda dengan sepupunya yang lebih besar yang terkenal agresif, kuda nil kerdil justru cenderung pemalu. Jika merasa bahaya, mereka lebih memilih untuk melarikan diri daripada melawan.

Satu-satunya predator yang berani menantang kuda nil kerdil adalah leopard. Kucing besar ini dikenal gesit dan licik, sehingga mampu menyerang kuda nil kerdil secara tiba-tiba.

Kuda nil kerdil, dengan ukuran tubuhnya yang jauh lebih mungil dibandingkan sepupunya yang terkenal, adalah salah satu hewan paling langka di dunia. Anda hanya bisa menemukannya di kedalaman hutan-hutan pedalaman di beberapa wilayah Afrika Barat, terutama di Liberia. Beberapa individu juga masih bertahan hidup di negara-negara tetangga seperti Sierra Leone, Guinea, dan Pantai Gading.

Sebagai hewan herbivora yang pemalu dan lebih aktif di malam hari, kuda nil kerdil berhasil menghindar dari perhatian para ilmuwan Barat hingga tahun 1840.

Bahkan hingga kini, misteri seputar kehidupan sehari-harinya di alam liar masih banyak yang belum terpecahkan. Sifatnya yang suka menyendiri dan habitatnya yang terpencil membuat kita sulit untuk mengamati mereka secara langsung.

Baca Juga: Dunia Hewan: Benarkah Kuda Nil Menjadi Hewan Paling Berbahaya di Afrika?

Penyendiri yang masih misterius

Kuda nil kerdil biasanya lebih suka menyendiri, namun terkadang kita bisa menemukan mereka hidup bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari keluarga.

Kuda nil jantan yang biasa disebut banteng memiliki wilayah yang lebih luas dibandingkan betina. Untuk menandai wilayah kekuasaannya, baik banteng maupun betina akan meninggalkan kotoran di sekitar area tersebut.

Sebagai hewan yang aktif di malam hari, kuda nil kerdil lebih suka beristirahat di tempat-tempat yang tersembunyi seperti rawa, kubangan, atau sungai selama siang hari yang panas. Menjelang malam hari, saat suhu mulai turun, mereka akan keluar dari air untuk mencari makan di darat.

Meskipun kita sudah banyak mengetahui tentang kuda nil kerdil, masih banyak misteri yang belum terpecahkan, terutama mengenai menu makanannya.

Para ahli memperkirakan bahwa makanan utama kuda nil kerdil adalah berbagai jenis tumbuhan hijau seperti daun, akar, pakis, dan buah-buahan yang tumbuh di sekitar sungai dan aliran air.

Kuda nil kerdil biasanya mencari makan di lantai hutan atau di rawa-rawa. Namun, jika ada makanan lezat yang tumbuh di pohon, mereka tidak segan-segan berdiri dengan kedua kaki belakangnya untuk meraihnya.

Punya kebiasaan kawin yang unik

Kuda nil kerdil memiliki kebiasaan kawin yang unik. Biasanya, seekor jantan akan siap sedia menunggu betina yang sedang birahi di dekatnya. Pasangan ini bisa memilih untuk kawin di dalam air yang sejuk atau di daratan yang lebih kering.

Kita belum tahu pasti kapan musim kawin mereka, tapi setelah masa kehamilan sekitar enam hingga tujuh bulan, biasanya akan lahir seekor anak. Berbeda dengan sepupunya yang lebih besar yang melahirkan di dalam air, bayi kuda nil kerdil justru dilahirkan di darat.

Bayangkanlah, bayi kuda nil kerdil yang baru lahir itu terlihat seperti celengan besar! Selama beberapa minggu pertama, sang induk akan menyembunyikan anaknya di semak-semak yang rimbun saat ia mencari makan.

Hal ini dilakukan karena bayi kuda nil kerdil belum bisa berjalan dengan baik. Namun, mereka tumbuh sangat cepat. Dalam waktu lima bulan saja, berat badan mereka bisa bertambah hingga sepuluh kali lipat!

Meskipun mereka bisa mengeluarkan berbagai macam suara, mulai dari geraman rendah hingga kicauan yang tinggi, kuda nil kerdil lebih sering memilih untuk diam. Bagi mereka, bahasa tubuh jauh lebih penting.

Misalnya, jika ingin menunjukkan ketundukan, mereka akan berbaring telentang sambil buang air kecil dan menggoyangkan ekor perlahan-lahan. Tapi jika merasa terkejut atau terancam, mereka akan mengeluarkan napas dengan suara desisan yang keras.

Si kerdil yang terancam punah

Kuda nil kerdil, hewan unik yang hanya bisa ditemukan di empat negara di Afrika Barat, kini menghadapi ancaman kepunahan yang serius. Populasi mereka diperkirakan tinggal kurang dari 3.000 individu di alam liar.

Habitat hutan mereka terus menyusut akibat penebangan dan pembakaran, sementara sungai-sungai yang menjadi tempat mereka berendam tercemar oleh aktivitas manusia. Di beberapa daerah, kuda nil kerdil bahkan diburu untuk diambil dagingnya.

Meski begitu, ada kabar baik. Kuda nil kerdil ternyata bisa berkembang biak dengan baik saat dirawat di kebun binatang. Namun, upaya pelestarian di kebun binatang saja tidak cukup.

Kita perlu melakukan lebih banyak lagi untuk melindungi mereka di habitat aslinya. Jika tidak, kita berisiko kehilangan salah satu spesies unik di dunia untuk selamanya.