Perjalanan Sutomo yang 'Buang Muka' Terhadap Ottoman, Pilih Hiraukan Ataturk

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 20 September 2024 | 18:00 WIB
Sutomo menyebut Mustafa Kemal Ataturk telah membuat banyak kemajuan dan perbaikan pada Turki modern dan 'mengecam' Ottoman . (wikipedia)

Dalam memoarnya, Sutomo ingin menunjukkan bahwa perempuan pada masa itu tertindas secara sosial, politik, dan ekonomi. Ia menulis bahwa perempuan "dibuang, tidak diizinkan bertemu dengan laki-laki di rumah mereka kecuali suami, ayah, dan saudara laki-laki mereka, tidak diizinkan keluar sendirian tanpa mengenakan burqa (kerudung) dan menutupi wajah mereka."

Pandangan negatif Sutomo tentang perempuan pada masa Kesultanan Ottoman sangat kontras dengan pandangannya tentang perempuan pada Zaman Hittite. Sutomo mengatakan bahwa "pada zaman Hittite, perempuan diperlakukan setara dengan laki-laki."

Pada masa itu, perempuan memainkan peran penting, seperti menjadi prajurit. Berdasarkan memoar-memoar tersebut, jelas bahwa Sutomo tidak menganggap masa Kesultanan Ottoman, yang didasarkan pada legitimasi Islam, sebagai masa keemasan bagi perempuan Turki.

Sutomo beranggapan bahwa Kesultanan Ottoman tidak menghargai posisi dan peran perempuan. Pandangan Sutomo tentang perempuan pada masa Kesultanan Ottoman tidak didasarkan pada penelitian sejarah yang memadai. Sebaliknya, pandangan tersebut tampaknya didasarkan pada prasangka yang berlaku saat itu.

Secara historis, banyak perempuan kaya dan taat pada masa Ottoman di Turki yang memainkan peran penting dalam kehidupan publik. Mereka berkontribusi besar dalam pembangunan institusi yang mengelola wakaf, seperti membangun masjid dan madrasah (sekolah Islam).

Jelas bahwa Sutomo mengabaikan fakta-fakta ini. Tampaknya keyakinannya yang kuat terhadap modernisme telah memengaruhi pandangannya tentang Turki pra-modern, khususnya pada masa Kekaisaran Ottoman yang memerintah negara tersebut selama lebih dari 600 tahun.

Selain itu, Sutomo mengkritik sistem kekaisaran yang diadopsi oleh Kekaisaran Ottoman. Zaman Kekaisaran adalah masa di mana rakyat Turki harus tunduk sepenuhnya dan mengorbankan jiwa serta harta mereka untuk kepentingan Sultan.

Sutomo melanjutkan pembahasannya tentang status kepemilikan properti di Turki pada masa Ottoman. Dia menulis, "Pada masa pemerintahan sebelumnya, kepemilikan pribadi tidak jelas karena segalanya milik raja."

"Bahkan, Sultan dan para ulama (pendeta) mengambil keuntungan dari karya-karya yang seharusnya didedikasikan untuk kepentingan rakyat, kemajuan negara, dan agama yang mereka anut. Mereka menyalahgunakannya dan membuat rakyatnya bodoh dan rendah."

Sutomo melanjutkan bahwa penindasan yang dilakukan oleh para sultan Ottoman telah membuat rakyat bangkit melawan. Misalnya, pada awal abad ke-20, rakyat memberontak karena para siswa diberikan buku teks bergambar.

Faktanya, sejak abad ke-18, sekolah-sekolah yang berorientasi Barat mendidik para perwira militer dan bahkan sekolah-sekolah kedokteran telah didirikan. Namun, Sutomo tidak dapat menjelaskan dengan tepat dan rinci di mana pemberontakan itu terjadi.

Baca Juga: Peran Ottoman 'Menyemai' Organisasi Islam Awal di Indonesia