Kala Selembar Sampah Sudah Dianggap Sebagai 'Bencana' Bagi Tempat Wisata

By Ade S, Sabtu, 21 September 2024 | 08:03 WIB
Kepadatan pendaki di Gunung Merbabu. Satu bungkus sampah ternyata bisa merusak ekosistem yang rapuh. Temukan fakta mengejutkan tentang dampak sampah terhadap lingkungan di tempat wisata. (Dokumentasi pribadi Ryan Hidayat via Kompas.com)

Jangan keluar dari jalur

Jalur pendakian di taman nasional bukanlah sekadar garis-garis di peta. Jalur ini dirancang dengan sangat hati-hati untuk menghindari area sensitif dan melindungi habitat satwa liar. Namun, godaan untuk keluar dari jalur demi mendapatkan foto yang sempurna seringkali sulit ditolak.

Keluar dari jalur, sekilas terlihat sepele, namun dampaknya sangat besar bagi satwa liar. Ketika kita keluar dari jalur, hewan-hewan akan berhenti mencari makan, meninggalkan sarang mereka, dan bersembunyi di tempat yang kurang aman.

Jika banyak pengunjung melakukan hal yang sama, kerusakan yang terjadi akan semakin parah dan berdampak jangka panjang pada ekosistem. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari hal ini karena fokus mereka hanya pada momen saat itu. "Sangat sulit untuk menolaknya," kata Blye.

Salah satu contoh ekosistem yang sangat rentan adalah kerak gurun. Kerak gurun ini mungkin terlihat seperti sekumpulan lumut atau kerak yang tidak menarik, namun di dalamnya terdapat jutaan organisme mikroskopis yang sangat penting bagi kehidupan di gurun. Kerak gurun membantu mencegah erosi tanah, menyerap air hujan, dan menjaga keseimbangan ekosistem.

"Kita mungkin berpikir bahwa menginjak bunga liar saja sudah mengganggu, namun kerak gurun yang jauh lebih kecil ini jauh lebih rentan terhadap kerusakan," kata Blye. Perlu berabad-abad bagi kerak gurun untuk pulih setelah rusak.

Berwisata sambil menjaga lingkungan

Saat kita memutuskan untuk berlibur ke pantai atau snorkeling di terumbu karang, seringkali kita hanya memikirkan keindahan alam yang akan kita nikmati. Namun, kita perlu menyadari bahwa setiap aktivitas kita di lingkungan laut dapat meninggalkan jejak yang signifikan.

Duarte mengingatkan kita untuk memperhatikan cara kita mencapai tujuan wisata kita. "Saat mengunjungi lingkungan laut, penting untuk mempertimbangkan 'bagaimana kita sampai ke sana? Bagaimana kita pergi?'" kata Duarte.

Perahu misalnya, dapat mencemari laut dengan minyak dan bahan kimia berbahaya. Selain itu, jangkar yang diturunkan dapat merusak terumbu karang.

Tidak hanya perahu, kita sebagai wisatawan pun dapat menjadi sumber pencemaran. "Losion tabir surya yang kita gunakan ternyata mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat merusak karang dan bahkan membahayakan kesehatan kita sendiri," ungkap Duarte.

Selain itu, kebiasaan buruk seperti menendang atau menyentuh karang dapat menyebabkan kerusakan yang sangat lama untuk diperbaiki. Tidak sengaja memecahkan sepotong kecil karang, "mungkin menyebabkan kerusakan yang akan bertahan selama beberapa dekade," katanya.

Watts menambahkan bahwa salah satu tantangan terbesar bagi wisatawan adalah meninggalkan apa yang mereka temukan. Banyak orang tergoda untuk membawa pulang kenang-kenangan dari pantai, seperti kerang atau batu-batu kecil. Padahal, tindakan ini dapat merusak ekosistem.

Pariwisata massal telah menyebabkan penurunan populasi beberapa jenis makhluk laut, seperti kerang. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas wisata yang tidak bertanggung jawab dapat mengancam kelestarian alam.

Bagi Watts, insiden Cheetos "menunjukkan perlunya orang untuk memahami dampak mereka sendiri."