Kala Selembar Sampah Sudah Dianggap Sebagai 'Bencana' Bagi Tempat Wisata

By Ade S, Sabtu, 21 September 2024 | 08:03 WIB
Kepadatan pendaki di Gunung Merbabu. Satu bungkus sampah ternyata bisa merusak ekosistem yang rapuh. Temukan fakta mengejutkan tentang dampak sampah terhadap lingkungan di tempat wisata. (Dokumentasi pribadi Ryan Hidayat via Kompas.com)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah bungkus keripik yang terjatuh di kedalaman gua Carlsbad Caverns, New Mexico, nyatanya memicu kekhawatiran global.

Bagaimana mungkin sebuah sampah sekecil itu bisa dianggap sebagai bencana?

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dampak sampah terhadap ekosistem, terutama di area wisata, jauh lebih serius dari yang kita kira.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa sampah, sekecil apapun, bisa menjadi ancaman serius bagi kelestarian alam dan pariwisata.

Bencana dari selembar sampah

Sebuah kejadian sederhana, yakni jatuhnya sebungkus Cheetos di dalam gua Taman Nasional Carlsbad Caverns di New Mexico, Amerika Serikat, telah menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap ekosistem gua yang sangat sensitif. Kejadian ini diungkapkan oleh pihak taman melalui postingan Facebook pada 6 September lalu.

Gua Carlsbad Caverns merupakan salah satu keajaiban alam yang hampir sepenuhnya terisolasi dari dunia luar. Kondisi seperti ini membuat ekosistem di dalam gua menjadi sangat rentan terhadap perubahan, bahkan perubahan sekecil apapun.

“Kelembaban di dalam gua mencapai 90 hingga 100 persen sehingga segala sesuatu akan cepat lembap,” ujar pemandu taman, Ashley Parsons, seperti dilansir dari laman National Geographic.

Makanan ringan yang basah ini kemudian menarik berbagai jenis mikroba dan jamur untuk tumbuh. Kondisi ini selanjutnya menarik perhatian makhluk hidup lain seperti jangkrik, laba-laba, dan kelelawar yang datang untuk mencari makan. Dengan demikian, kontaminasi pun menyebar dengan cepat.

Petugas taman berhasil menemukan bungkus Cheetos yang jatuh tersebut dalam waktu kurang dari lima jam. Namun, waktu sesingkat itu sudah cukup bagi beberapa jangkrik gua untuk menikmati camilan tak terduga tersebut.

Dengan jumlah pengunjung lahan publik Amerika Serikat yang mencapai lebih dari 500 juta orang setiap tahun, tentu saja ada banyak peluang terjadinya kerusakan pada lingkungan alam.

Baca Juga: Bagaimana Barcelona Bisa Nyaris Hancur Lebur Gara-gara Wisata Massal?

Dana Watts, direktur eksekutif Leave No Trace Center di Colorado, mengatakan, “Jika kita melihat skalanya, jumlahnya sangat besar.”

Prinsip “tidak meninggalkan jejak” saat mengunjungi taman nasional bukan hanya sekedar menjaga kebersihan lingkungan, namun juga merupakan ilmu pengetahuan yang mendasari perlindungan terhadap satwa liar.

Sampah makanan, perusak jangka panjang bagi ekosistem

Meskipun sisa-sisa keripik Cheetos yang terjatuh di Carlsbad Caverns telah berhasil dibersihkan, masalah sampah makanan ternyata memiliki dampak yang jauh lebih luas dan jangka panjang. Waktu yang dibutuhkan untuk mengurai sampah sangat bervariasi tergantung pada jenis sampah dan lingkungannya.

Clara-Jane Blye, asisten profesor pariwisata berkelanjutan di University of Utah dan anggota dewan Leave No Trace Canada, menjelaskan bahwa "inti apel atau kulit pisang akan lebih lama terurai di gurun dibandingkan di hutan atau lahan basah."

Sementara itu, "Jika kita membuang barang-barang seperti kantong plastik atau kaleng logam atau sampah lainnya ke laut, waktu peluruhannya bisa mencapai ratusan hingga ribuan tahun," papar Carlos Duarte, profesor ilmu kelautan di King Abdullah University of Science and Technology di Arab Saudi.

Selain memperpanjang waktu penguraian, sampah juga dapat mengubah perilaku hewan dan merusak ekosistem. Hewan-hewan seperti burung dan ikan seringkali salah mengira sampah plastik sebagai makanan, sehingga perut mereka penuh namun mereka tetap kelaparan.

Beruang yang terbiasa mencari makanan di tempat sampah juga menjadi masalah serius karena dapat membahayakan manusia dan akhirnya harus dimusnahkan.

Bahkan sampah organik seperti kotoran hewan pun dapat menimbulkan masalah. Kotoran anjing misalnya, dapat membawa patogen baru yang mengganggu ekosistem dan menganggu pergerakan hewan seperti rusa dan elk.

Kotoran manusia dan kertas toilet juga dapat mencemari sumber air dengan bakteri E.coli yang berbahaya bagi kesehatan manusia. "Hal ini dapat membuat kita sangat, sangat sakit," kata Blye.

Untuk mengatasi masalah ini, para ahli menyarankan agar kita membawa kantong khusus untuk membuang air kecil saat berada di alam bebas. Meskipun terdengar aneh, hal ini lebih baik daripada membuang air kecil sembarangan yang dapat mencemari lingkungan.

Baca Juga: Overtourism: Ketika Tempat yang Dianggap 'Surga' Berubah Jadi 'Neraka'

Jangan keluar dari jalur

Jalur pendakian di taman nasional bukanlah sekadar garis-garis di peta. Jalur ini dirancang dengan sangat hati-hati untuk menghindari area sensitif dan melindungi habitat satwa liar. Namun, godaan untuk keluar dari jalur demi mendapatkan foto yang sempurna seringkali sulit ditolak.

Keluar dari jalur, sekilas terlihat sepele, namun dampaknya sangat besar bagi satwa liar. Ketika kita keluar dari jalur, hewan-hewan akan berhenti mencari makan, meninggalkan sarang mereka, dan bersembunyi di tempat yang kurang aman.

Jika banyak pengunjung melakukan hal yang sama, kerusakan yang terjadi akan semakin parah dan berdampak jangka panjang pada ekosistem. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari hal ini karena fokus mereka hanya pada momen saat itu. "Sangat sulit untuk menolaknya," kata Blye.

Salah satu contoh ekosistem yang sangat rentan adalah kerak gurun. Kerak gurun ini mungkin terlihat seperti sekumpulan lumut atau kerak yang tidak menarik, namun di dalamnya terdapat jutaan organisme mikroskopis yang sangat penting bagi kehidupan di gurun. Kerak gurun membantu mencegah erosi tanah, menyerap air hujan, dan menjaga keseimbangan ekosistem.

"Kita mungkin berpikir bahwa menginjak bunga liar saja sudah mengganggu, namun kerak gurun yang jauh lebih kecil ini jauh lebih rentan terhadap kerusakan," kata Blye. Perlu berabad-abad bagi kerak gurun untuk pulih setelah rusak.

Berwisata sambil menjaga lingkungan

Saat kita memutuskan untuk berlibur ke pantai atau snorkeling di terumbu karang, seringkali kita hanya memikirkan keindahan alam yang akan kita nikmati. Namun, kita perlu menyadari bahwa setiap aktivitas kita di lingkungan laut dapat meninggalkan jejak yang signifikan.

Duarte mengingatkan kita untuk memperhatikan cara kita mencapai tujuan wisata kita. "Saat mengunjungi lingkungan laut, penting untuk mempertimbangkan 'bagaimana kita sampai ke sana? Bagaimana kita pergi?'" kata Duarte.

Perahu misalnya, dapat mencemari laut dengan minyak dan bahan kimia berbahaya. Selain itu, jangkar yang diturunkan dapat merusak terumbu karang.

Tidak hanya perahu, kita sebagai wisatawan pun dapat menjadi sumber pencemaran. "Losion tabir surya yang kita gunakan ternyata mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat merusak karang dan bahkan membahayakan kesehatan kita sendiri," ungkap Duarte.

Selain itu, kebiasaan buruk seperti menendang atau menyentuh karang dapat menyebabkan kerusakan yang sangat lama untuk diperbaiki. Tidak sengaja memecahkan sepotong kecil karang, "mungkin menyebabkan kerusakan yang akan bertahan selama beberapa dekade," katanya.

Watts menambahkan bahwa salah satu tantangan terbesar bagi wisatawan adalah meninggalkan apa yang mereka temukan. Banyak orang tergoda untuk membawa pulang kenang-kenangan dari pantai, seperti kerang atau batu-batu kecil. Padahal, tindakan ini dapat merusak ekosistem.

Pariwisata massal telah menyebabkan penurunan populasi beberapa jenis makhluk laut, seperti kerang. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas wisata yang tidak bertanggung jawab dapat mengancam kelestarian alam.

Bagi Watts, insiden Cheetos "menunjukkan perlunya orang untuk memahami dampak mereka sendiri."