Selidik Moai, Patung-Patung Batu Unik yang Menjaga Pulau Paskah

By Sysilia Tanhati, Rabu, 25 September 2024 | 12:00 WIB
Patung kepala Pulau Paskah, yang disebut Moai (artinya patung) dalam bahasa aslinya, adalah patung monolitik. (Ian Sewell/CC BY 2.)

Banyak Moai yang memiliki ukiran detail pada bagian wajah, belakang kepala, atau badan. Namun besar telah terkikis karena karakteristik bahan tufa.

Ukiran Moai mungkin mencerminkan tradisi praktik tato Polinesia. Namun makna sebenarnya dari ukiran tersebut tidak diketahui oleh para sarjana Barat. Seperti banyak budaya Oseanik lainnya, masyarakat Rapa Nui menganut politeisme.

Salah satu dewa paling terkenal dalam budaya Rapa Nui adalah Make-make, manusia burung, sebagai dewa utama pemujaan manusia burung. Dalam ritual kompetisi tahunan, penduduk pulau berlomba untuk mengumpulkan telur burung laut jelaga pertama tahun ini.

Setelah perburuan yang berbahaya, pemenangnya dinyatakan sebagai tangata manu (manusia burung). Ia diberikan status suci selama 5 bulan dan diberi hasil panen pertama pada tahun tersebut.

Jumlah Moai yang ada di Pulau Paskah

Ada sekitar 800 hingga 1.000 Moai yang dibuat di Rapa Nui, meskipun 397 di antaranya masih berada di tambang batu utama yang disebut Rano Raraku.

Jumlah pastinya tidak diketahui karena adanya sisa-sisa patung yang hancur atau terkikis. Moai juga diletakkan bertumpuk-tumpuk, sehingga sulit dibedakan satu sama lain.

Dua belas di antaranya telah dipindahkan dari pulau itu. Enam di antaranya ada di museum-museum di Eropa. Dua dapat ditemukan di British Museum, dua di Amerika Serikat di Smithsonian Institution, satu di Selandia Baru, dan tiga di daratan Chili.

Sebagian besar patung-patung tersebut dipindahkan secara paksa melalui ekspedisi para sarjana Barat. Juga dicuri dari pulau tersebut atas nama upaya konservasi atau pendidikan.

Apakah Moai memiliki tubuh?

Meski patung-patung ini biasa disebut sebagai patung kepala Pulau Paskah, banyak juga yang dibuat dengan tubuh utuh. Bentuk tubuh sama seperti wajah. Mereka memanjang, biasanya dengan lengan berlekuk rendah terukir di sisi batang tubuh.

Sebagian besar patung dikuburkan dan digali pada awal tahun 1900-an oleh para arkeolog Chili. Satu platform, yang disebut Ahu Nau Nau, menampung lima Moai dengan tubuh.

Sosok-sosok ini memiliki lengan yang lebih menonjol, bersama dengan pahatan dada dan ukiran tulang selangka. Ahu lainnya, yang dikenal sebagai Ahu Tongariki, adalah platform terbesar di Rapa Nui, berisi 15 Moai berdiri, semuanya dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah Moai mulai berkurang. Ada beragam penyebab, seperti kontak dengan Eropa, perang saudara, dan bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami.

Moai dibuat untuk bertindak sebagai pelindung. Ironisnya, ketika orang-orang asing datang, patung penjaga ini dianggap membawa penyakit dan kehancuran.

Saat ini, Taman Nasional Rapa Nui adalah Situs Warisan UNESCO. Oleh karena itu banyak upaya pelestarian yang dilakukan. Penelitian lebih lanjut sedang dilakukan mengenai sejarah Moai dan cara melestarikan serta memulihkan patung-patung tersebut.