Lahan Gambut Makin Menyempit, Paru-paru Asia Tenggara Kian Terjepit

By Ade S, Rabu, 25 September 2024 | 16:03 WIB
Asia Tenggara, paru-paru dunia yang terancam. Seberapa besar peran kawasan ini dalam menyerap karbon global? Temukan jawabannya di sini! (Ruanda Agung Sugardiman/AusAID)

Harus sampai pada tingkat internasional

Untuk itulah, upaya untuk menyelamatkan hutan gambut memerlukan kerja sama yang lebih kuat di tingkat internasional.

Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan membuat perjanjian yang mengikat secara hukum antara negara-negara ASEAN. Perjanjian ini akan menjadi seperti sebuah kontrak yang harus ditaati oleh semua negara anggota.

Di dalam perjanjian ini, akan tercantum tujuan yang jelas, rencana aksi yang harus dilakukan oleh setiap negara, dan cara untuk memantau kemajuan yang sudah dicapai.

Selain itu, kita juga perlu melibatkan negara-negara maju dan lembaga keuangan internasional. Mereka bisa membantu dengan memberikan dana, teknologi, dan keahlian yang dibutuhkan untuk melindungi hutan gambut.

Misalnya, negara-negara maju bisa memberikan pinjaman dengan bunga rendah atau bahkan menghapus utang negara-negara berkembang yang bersedia melindungi hutan gambut.

Untuk memastikan bahwa perjanjian ini berjalan dengan baik, kita perlu membentuk sebuah badan khusus yang bernama Otoritas Pengelolaan Gambut ASEAN (APMA).

"Badan ini akan bertugas mengawasi pelaksanaan perjanjian, membantu negara-negara anggota yang mengalami kesulitan, dan berbagi informasi serta pengetahuan tentang pengelolaan hutan gambut," terang Yunus.

Terakhir, kita perlu memiliki sistem pemantauan yang transparan dan independen. Dengan menggunakan teknologi satelit, data lapangan, dan laporan dari masyarakat, kita bisa memantau kondisi hutan gambut secara berkala. Jika ada masalah, kita bisa segera mengatasinya.

Cara lain yang dinilai paling efektif adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat. Ketika masyarakat memahami betapa pentingnya hutan gambut bagi kehidupan kita, mereka akan lebih peduli dan mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih serius dalam melindungi hutan gambut.

Selain itu, kita juga perlu mengajak perusahaan-perusahaan besar, terutama perusahaan perkebunan kelapa sawit, untuk ikut serta dalam upaya pelestarian hutan gambut.

Perusahaan-perusahaan ini bisa mengubah cara mereka berproduksi menjadi lebih ramah lingkungan. Misalnya, mereka bisa menanam kelapa sawit tanpa merusak hutan gambut atau bahkan ikut serta dalam kegiatan rehabilitasi hutan gambut.

Masalah kerusakan hutan gambut ini sangat serius dan membutuhkan perhatian dari seluruh dunia. Kita tidak bisa lagi hanya memikirkan kepentingan masing-masing negara. Kita harus bekerja sama untuk mencari solusi bersama.