Nationalgeograpic.co.id–Para arkeolog menemukan desain swastika pada artefak dari India, Eropa, Afrika, Tiongkok, dan Amerika. Ketika Adolf Hitler mengadopsi simbol itu, maknanya pun berubah selamanya.
Seorang arkeolog Jerman Heinrich Schliemann melakukan perjalanan ke Ithaca, Yunani, pada tahun 1868. Tujuannya yang paling utama dalam benaknya adalah menemukan kota kuno Troya. Kota itu muncul dalam Iliad karya Homer.
Banyak sejarawan percaya bahwa Iliad tidak lebih dari sekadar mitos. Namun Schliemann yakin sebaliknya. Baginya, Troya adalah peta ke lokasi tersembunyi kota-kota yang telah lama hilang dari dunia kuno.
Selama beberapa tahun berikutnya, pengusaha Jerman itu menjelajahi Mediterania. Dia mengikuti saran Homer dalam segala hal mulai dari memahami adat istiadat setempat hingga mengobati penyakit fisik. Schliemann juga menggunakan syair-syair Homer untuk mengidentifikasi apa yang menurutnya merupakan lokasi dunia nyata dari epik tersebut.
“Salah satu kekuatan terbesarnya adalah ia memiliki minat sejarah yang tulus,” tulis sarjana klasik D.F. Easton dalam jurnal The Classical World pada tahun 1998.
“Yang ia inginkan adalah mengungkap dunia Homer, untuk mengetahui apakah dunia itu ada, apakah Perang Troya pernah terjadi.”
Schliemann baru mencapai mimpinya pada tahun 1870-an. Penemuan itu melambungkan namanya ke puncak ketenaran, memicu ledakan minat terhadap semua yang ia temukan. Arkeolog pemberani itu menemukan kota yang disebut-sebut oleh Homer.
Tidak hanya itu, ia juga menemukan sesuatu yang lain: swastika, simbol yang kemudian dimanipulasi untuk membentuk sejarah dunia.
Schliemann menemukan kota epiknya—dan swastika—di pantai Aegea Turki. Di sana, ia melanjutkan penggalian yang dimulai oleh arkeolog Inggris Frank Calvert di gundukan Hisarlik. Metode Schliemann brutal. Ia menggunakan linggis dan pendobrak untuk menggali. Meski begitu, metodenya cukup efektif. Ia segera menyadari bahwa situs itu menyimpan banyak lapisan masyarakat yang berbeda dari ribuan tahun yang lalu.
Schliemann telah menemukan Troya dan sisa-sisa peradaban yang ada sebelum dan sesudahnya. Dan pada pecahan tembikar dan artefak lainnya, ia menemukan sedikitnya 1.800 variasi simbol yang sama: kumparan poros atau swastika.
Schliemann terus menemukan swastika di tempat lain dalam perjalanannya. “Mulai dari Tibet ke Paraguay hingga Gold Coast di Afrika,” tulis Lorraine Boissoneault di laman Smithsonian Magazine.
Baca Juga: Mein Kampf: Buku Otobiografi Hitler Sebagai Sumber Kekayaannya