Dikenal sebagai "kota emas yang hilang", bekas ibu kota ini dinamai menurut dewa matahari Mesir, Aten. Berusia lebih dari 3.000 tahun, kota ini dianggap sebagai salah satu penemuan arkeologi terbesar sejak makam Tutankhamun yang terkenal.
Seperti banyak penemuan arkeologi penting lainnya, Aten ditemukan secara tidak sengaja saat para peneliti. Saat itu mereka sedang mencari mencari kuil pemakaman untuk Tutankhamun. Setelah menemukan kota yang hilang tersebut, penggalian dimulai pada bulan September 2020 di dekat Luxor.
Terletak di dekat ibu kota kuno Thebes, kota ini berasal dari dinasti ke-18 dan pemerintahan firaun Amenhotep III. Infomasi itu diperoleh dari bejana-bejana bertulis dan batu bata yang dicap dengan segel firaun. Sebagai firaun Kerajaan Baru, Amenhotep III memerintah selama masa kemakmuran dan kekuasaan. Aten merupakan pusat administrasi dan aktivitas industri selama apa yang dianggap sebagai zaman keemasan Mesir kuno.
Lingkungan yang digali di Aten menunjukkan bukti bagaimana kehidupan ketika kekaisaran berada pada puncak keemasannya. Kota itu sendiri terpelihara dengan sangat baik. Tembok-tembok lengkap dan rumah-rumah penuh dengan relik dan peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Arkeolog juga menemukan toko roti, peralatan yang digunakan untuk pengerjaan logam dan produksi kaca, dan distrik administratif.
Apa yang terjadi dengan Aten?
Putra Amenhotep III, Amenhotep IV, membuat banyak perubahan pada politik dan agama Mesir kuno. Dikenal sebagai raja pemberontak atau sesat, Akhenaten merestrukturisasi jajaran dewa Mesir demi satu dewa – dewa matahari Aten. Akhenaten kemudian meninggalkan kursi kerajaan tradisional di Thebes dan kompleks administrasi di Aten demi kota Amarna yang baru dibangun.
Penemuan-penemuan kota kuno di atas mengungkap rahasia baru tentang peradaban Mesir.