Minyak Mikroba, Calon Penantang Minyak Sawit yang Diklaim Lebih Ramah Lingkungan

By Ade S, Kamis, 10 Oktober 2024 | 08:03 WIB
Beberapa contoh produk turunan minyak sawit yang ditampilkan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan Sumatera Utara. (National Geographic Indonesia / Ade S)

Dengan segala keunggulannya, mencari pengganti minyak kelapa sawit yang memiliki kinerja yang sama bukanlah hal yang mudah. Meskipun minyak mikroba dianggap sebagai salah satu kandidat yang potensial, namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan bahwa minyak mikroba memiliki profil lipid yang sama dengan minyak kelapa sawit dan dapat memenuhi semua kebutuhan industri.

Para ilmuwan menyebut beberapa mikroorganisme (yang terdiri dari 40 jenis alga dan 70 strain ragi) sebagai "oleaginous", yang berarti kaya akan minyak.

Untuk mendapatkan minyak dari mikroorganisme ini, para ilmuwan melakukan proses yang mirip dengan membuat roti. Pertama, mikroorganisme ditumbuhkan di lingkungan yang sesuai, seperti dalam cawan petri atau tangki fermentasi. Mereka diberi makan gula, seperti gula tebu atau molase, sebagai sumber energi. Seiring waktu, mikroorganisme akan berkembang biak dan menghasilkan minyak.

Namun, proses produksi minyak dari mikroorganisme ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Para peneliti masih mengalami kesulitan untuk membuat proses ekstraksi minyak dapat optimal sehingga dapat memberikan hasil yang sebanyak-banyaknya.

Seraphim Papanikolaou di Universitas Pertanian Athena, pemimpin dalam bidang penelitian ragi oleaginous menegaskan bahwa ada banyak faktor yang perlu diperhatikan untuk mencapai hasil yang optimal.

Beberapa di antaranya adalah jenis mikroorganisme yang digunakan, suhu lingkungan, kecepatan pengadukan, dan jumlah oksigen yang diberikan. Semua faktor ini akan mempengaruhi jumlah minyak yang dihasilkan.

Para ilmuwan terus melakukan penelitian untuk menemukan kondisi optimal dalam produksi minyak mikroba. Tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu menghasilkan minyak sebanyak-banyaknya dari jumlah mikroorganisme yang sama.

Beberapa penelitian telah berhasil menghasilkan minyak hingga 83% (sekitar 8,3 gram minyak untuk setiap 10 gram ragi) dari berat kering mikroorganisme! Ini adalah hasil yang sangat mengesankan dan menunjukkan potensi besar dari minyak mikroba sebagai sumber minyak nabati masa depan.

Minyak mikroba demi masa depan yang lebih hijau

Salah satu alasan mengapa minyak mikroba begitu menarik adalah potensi produksinya yang sangat tinggi. Bayangkan, dari sedikit mikroorganisme, kita bisa menghasilkan minyak dalam jumlah yang cukup banyak. Ini tentu saja menjadikannya alternatif yang sangat menjanjikan untuk menggantikan minyak kelapa sawit.

Selain itu, produksi minyak mikroba juga lebih ramah lingkungan. Tidak seperti tanaman kelapa sawit yang membutuhkan lahan yang luas dan kondisi iklim tertentu, mikroorganisme bisa dibudidayakan di dalam ruangan dalam wadah khusus yang disebut bioreaktor. Ini artinya, kita tidak perlu lagi mengalihfungsikan lahan hutan untuk perkebunan.

Baca Juga: Untuk Keberlanjutan Lingkungan, Pola Makan Vegan Bukanlah yang Terbaik