Whittier, Kota yang Hampir Semua Warganya Tinggal Bersama di Satu Atap

By Sysilia Tanhati, Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:00 WIB
Di Whittier, Alaska, 85% dari penduduknya (272 orang) tinggal di satu bangunan apartemen. Di bangunan itu juga terdapat sekolah hingga rumah sakit. (Barbara Ann Spengler/CC BY 2.0)

Salah satu dari sedikit cara untuk mencapai Kota Whittier yang sepi adalah dengan berkendara melalui terowongan satu arah Anton Anderson Memorial. (Enrico Blasutto/CC BY-SA 4.0)

Keterbatasan lainnya adalah gerbong kereta dan Alaska Railroad Corporation harus bergantian. Sakelar rel kereta digunakan untuk mengarahkan kereta menjauh dari terowongan sebelum terowongan dapat dibuka untuk lalu lintas jalan raya.

Whittier sendiri merupakan satu-satunya titik pertukaran barang yang layak bagi layanan tongkang milik Alaska Railroad. Tongkang tersebut menghubungkan Alaska dengan wilayah lain di Amerika Serikat dan Kanada. Titik ini sangat penting bagi negara bagian tersebut karena pelabuhan air dalamnya bebas es sepanjang tahun. 

Segala sesuatu di bawah satu atap

Sebagian besar penduduknya tinggal di bekas barak tentara 14 lantai, menyerupai hotel tua. Begich Towers terletak di pinggir kota dan dideskripsikan dalam California Sunday Magazine seperti “lorong sekolah menengah”.

Selesai dibangun pada tahun 1957, bangunan ini memiliki 150 apartemen dengan dua dan tiga kamar tidur. Bangunan ini dirancang untuk menjadi markas besar Korps Zeni Angkatan Darat Amerika Serikat.

“Ada papan pengumuman di sepanjang pintu masuk lorong,” kata Erin Sheehy, seorang penulis yang mengunjungi kota itu. “Papan pengumuman itu terbuat dari balok beton dan semuanya dicat kuning pucat.”

Awalnya bernama Gedung Hodge, nama gedung ini kemudian diubah menjadi Kondominium Begich Towers pada tahun 1972. Nama tersebut dipakai untuk mengenang Nick Begich, seorang anggota Kongres Alaska yang menghilang di daerah itu. Ia diduga tewas dalam kecelakaan pesawat.

Cuaca di desa tersebut menjadi faktor penting mengapa penduduknya memiliki semua yang mereka butuhkan di bawah satu atap. Di musim dingin, Whittier dapat dilanda angin kencang berkecepatan 96 km per jam.

Suhu rata-rata tahunannya hanya 5,1 derajat Celsius, dengan bulan terpanas adalah Juli yang "hanya" mencapai 14 derajat Celsius. Pada bulan Januari, suhu rata-rata mencapai -2,1 derajat Celsius. Namun, pada bulan Desember 1942, Whittier mencapai rekor terendah -34 derajat Celsius.

Di Begich Towers, semua fasilitas, termasuk kantor polisi, toko kelontong, binatu, gereja, dan rumah sakit, berada di bawah satu atap.

Untuk mencegah siswa berjalan di luar saat musim dingin, Whittier School bahkan terhubung ke terowongan di lantai dasar menara barat. Lantai pertama gedung ini memiliki hampir semua yang dibutuhkan agar kota dapat berjalan lancar.