Mungkinkah Cleopatra Benar-benar Pernah Meminum Mutiara? Ini Penjelasan Ilmiahnya

By Sysilia Tanhati, Jumat, 11 Oktober 2024 | 16:00 WIB
Penulis Romawi Pliny the Elder menuturkan kisah tentang Cleopatra yang minum larutan mutiara. Apakah kisah ini nyata atau sindiran belaka? (Jan de Bray)

Nationalgeographic.co.id—Mutiara Cleopatra” adalah sebuah kisah yang diceritakan oleh penulis Romawi Pliny the Elder dalam Natural History.

Menurut kisah ini, Cleopatra VII meminum segelas cuka setelah mutiara yang tak ternilai harganya larut di dalamnya. Pliny mengeklaim bahwa hal tersebut dilakukan untuk memenangkan taruhan yang dibuatnya Mark Antony dari Romawi.

Namun apakah kisah ini nyata? Atau hanya sindiran dari sang penulis Romawi?

Para ahli tidak yakin apakah kisah tentang mutiara Cleopatra benar-benar terjadi. Namun, telah dibuktikan bahwa mutiara bisa larut dalam cuka. Selain itu, mutiara, atau lebih tepatnya, bubuk mutiara, telah dikonsumsi dalam budaya kuno lainnya.

Kisah mutiara Cleopatra dalam buku Natural History karya Pliny

Kisah tentang mutiara Cleopatra ditemukan dalam Natural History karya Pliny the Elder. Pliny menceritakan kisah mutiara Cleopatra. Menurut Pliny, ratu terakhir dari Ptolemaik Mesir, Cleopatra VII, pernah memiliki sepasang mutiara.

“Mutiara tersebut adalah yang terbesar yang pernah terlihat di seluruh dunia,” tulis Pliny. Konon mutiara itu menjadi milik Cleopatra melalui keturunan raja-raja Timur.

Pliny kemudian mengisahkan bahwa Mark Antony dijamu dengan jamuan makan mewah setiap hari oleh sang ratu. Hal ini mungkin dilakukan untuk menonjolkan diri.

Mark Antony merasa tersindir dan memberanikan diri untuk bertanya apakah mungkin perjamuan ini dibuat lebih mewah. Cleopatra melihat ini sebagai tantangan dan menerimanya. Ia menjawab bahwa untuk satu hiburan ia akan menghabiskan sepuluh juta sesterces (koin Romawi Kuno).

Mark Antony, meskipun tidak percaya, pada saat yang sama sangat ingin tahu bagaimana ratu dapat mengatur hal ini. Oleh karena itu, sebuah taruhan dibuat dengan Cleopatra.

Pada hari berikutnya, Cleopatra menyiapkan jamuan makan di hadapan Mark Antony. Jamuan itu luar biasa dalam segala hal, meskipun tidak lebih baik dari jamuan makannya yang biasa.

Baca Juga: Sejarah Dunia Kuno: Rival Cleopatra dalam Merebut Cinta Mark Antony

Tidak diragukan lagi, hal ini sama sekali tidak membuat Mark Antony terkesan. Sambil bergurau, ia bertanya kepada ratu tentang jumlah yang dihabiskan untuk jamuan makan ini.

Menurut Pliny, Cleopatra meminum larutan mutiara dalam rangka menjawab tantangan Mark Antony. (Giambattista Pittoni )

Cleopatra menjawab, “Itu hanya tambahan kecil dari jamuan makan yang sebenarnya.” Ratu menambahkan bahwa dia sendiri akan menghabiskan makanan sebanyak yang telah ditentukan jumlahnya.

Ia sendiri yang akan menelan sepuluh juta sesterces. Setelah mengatakan itu, Cleopatra memerintahkan para pelayannya untuk membawa hidangan kedua.

Para pelayan mematuhi Cleopatra. Mereka membawakannya bejana yang diisi dengan cuka yang ketajaman dan kekuatannya mampu melarutkan mutiara.

Tak perlu dikatakan lagi, Mark Antony pasti sangat bingung dengan semua ini. Ia pun menunggu dengan sabar untuk melihat apa yang akan dilakukan Cleopatra.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Cleopatra memiliki sepasang mutiara terbesar di dunia. Dikisahkan bahwa ia mengenakan mutiara itu di telinganya pada jamuan makan tersebut.

Setelah bejana cuka diletakkan di hadapannya, Cleopatra mengambil salah satu mutiara. Ia menjatuhkan mutiara itu ke dalam cuka. Cuka langsung melarutkan benda berharga itu. Kemudian, ia meminum campuran mewah itu.

Cleopatra hendak melakukan hal yang sama dengan mutiara lainnya, ketika ia dihentikan oleh Lucius Munatius Plancus. Pada saat itu, Plancus adalah sekutu Mark Antony. Ia berada di jamuan makan dan turut menyaksikan taruhan tersebut.

Sebelum Cleopatra dapat melarutkan mutiara kedua, Plancus menyatakan bahwa Mark Antony telah kalah.

Pliny menyatakan bahwa ini adalah pertanda yang, sebagai hasilnya, sepenuhnya terbukti. Hal ini adalah referensi yang jelas tentang kekalahan Mark Antony oleh Octavianus dalam perang saudara terakhir Republik Romawi.

Baca Juga: Para Wanita yang Memimpin dengan Gagah Berani dalam Sejarah Dunia Kuno

Mark Antony dikalahkan oleh Octavianus dalam Pertempuran Actium, pertempuran laut yang terjadi pada tahun 31 SM. Pada tahun berikutnya, Octavianus mengepung Aleksandria dan Antony serta Cleopatra terpaksa bunuh diri. Peristiwa ini menandai berakhirnya Dinasti Ptolemaik, karena Mesir kuno menjadi provinsi Romawi.

Menurut Pliny, mutiara Cleopatra yang lain diambil sebagai hadiah perang dan dipotong menjadi dua. Dua "mutiara setengah" itu kemudian diubah menjadi anting untuk telinga Venus di Pantheon di Roma. Dengan demikian, kisah mutiara Cleopatra berakhir.

Apakah kisah mutiara Cleopatra ini benar-benar terjadi?

Pertanyaan besar seputar kisah mutiara Cleopatra adalah apakah hal itu benar-benar terjadi. Hal ini pasti terkait dengan pertanyaan apakah mutiara memang dapat dilarutkan dalam cuka. Banyak sarjana klasik berpendapat bahwa cuka tidak dapat melarutkan mutiara.

Di sisi lain, eksperimen ilmiah telah menemukan bahwa hal ini sepenuhnya mungkin. Mutiara, sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat, akan bereaksi secara kimia dengan asam asetat dalam cuka. Reaksi tersebut menghasilkan kalsium asetat, air, dan karbon dioksida.

Meskipun mutiara dapat dilarutkan dalam cuka, kisah mutiara Cleopatra mungkin tidak terjadi seperti yang dijelaskan Pliny. Prudence Jones dari Universitas Negeri Montclair melakukan percobaan ini pada tahun 2010.

Jones menemukan bahwa mutiara dengan berat sekitar 1 gram membutuhkan waktu antara 24 dan 36 jam untuk larut dalam larutan asam asetat 5%. Oleh karena itu, sangat tidak mungkin Cleopatra dapat menghabiskan campuran mutiara dan cuka dalam beberapa saat.

Jika cuka dipanaskan, mutiara akan larut lebih cepat, yaitu dalam hitungan jam (atau menit, menurut beberapa orang). Pliny, tentu saja, tidak menyebutkan apa pun tentang cuka yang dipanaskan.

Ada juga yang berpendapat bahwa mutiara mungkin telah digiling terlebih dahulu menjadi bubuk dan ditaburkan ke dalam cuka. Namun, Pliny juga tidak menyebutkan apa pun tentang menggiling mutiara.

Kebetulan, bubuk mutiara digunakan dalam budaya kuno lainnya, meskipun untuk tujuan pengobatan. Di India kuno, misalnya, bubuk mutiara sangat dicari karena dianggap memiliki kualitas afrodisiak.

Dalam teks pengobatan Tiongkok kuno, bubuk mutiara sering muncul sebagai salah satu bahan. Meskipun demikian, dalam hal percobaan ilmiah, hanya sedikit yang mendukung manfaat kesehatan dari bubuk mutiara.

Kisah lain tentang meminum mutiara yang dilarutkan dalam cuka diceritakan oleh Suetonius tentang kehidupan Caligula. Dalam berbagai kisah ini, melarutkan mutiara dalam cuka dikaitkan dengan dekadensi.

Konon Pliny memandang rendah gaya hidup mewah Mark Antony dan Cleopatra. Maka kisah tentang melarutkan mutiara dalam cuka, entah itu terjadi atau tidak, mungkin bertujuan untuk merendahkan pasangan tersebut.