Nationalgeographic.co.id—Sepanjang sejarah dunia kuno, sebagian besar pemerintahan kerajaan dan negara dipegang oleh pria. Namun, dalam wilayah yang didominasi pria ini, ada banyak wanita yang naik ke tampuk kekuasaan.
Para penguasa wanita ini dipilih berdasarkan pengaruh politik, pengaruh budaya, dan pencapaian mereka yang terdokumentasi.
Dari Cleopatra Mesir yang ikonis hingga Boudica yang gagah berani, para pemimpin wanita ini menunjukkan kualitas kepemimpinan yang langka pada masanya. Hingga kini, mereka dikenang sebagai simbol kekuatan dan perlawanan.
Cleopatra VII (Mesir)
Lahir pada tahun 69 SM, Cleopatra naik takhta pada usia 18 tahun. Ia dengan cepat menunjukkan ketajaman politiknya dengan menavigasi pergolakan politik Romawi dan Mesir.
Pemerintahannya ditandai oleh serangkaian aliansi dan percintaan dengan para pemimpin Romawi yang paling berkuasa. Ia menggunakan taktik asmara untuk memperkuat posisinya dan menjaga kepentingan Mesir.
“Cleopatra melakukan lebih dari sekadar menjalin hubungan politik dan pribadi dengan Julius Caesar dan Mark Antony,” tulis Carl Seaver di laman History Defined. Dia memprakarsai proyek pembangunan penting dan merevitalisasi budaya tradisional Mesir di tengah pendudukan Romawi.
Aliansi politik strategisnya sangat penting, khususnya hubungannya dengan Julius Caesar, yang membantunya merebut kembali takhta dari kakaknya. Kemudian, aliansinya dengan Mark Antony bertujuan untuk menciptakan kerajaan Timur untuk menyaingi Kekaisaran Romawi.
Terlepas dari usahanya, pemerintahan Cleopatra berakhir secara tragis dengan bunuh diri pada tahun 30 SM. Hal itu dilakukan setelah kekalahan pasukannya melawan Oktavianus, calon Kaisar Augustus.
Kematiannya menandai dimulainya dominasi Romawi di Mesir. Kehidupan dan kematian Cleopatra telah menginspirasi banyak sekali karya seni, sastra, dan film.
Baca Juga: Nasib Pilu Perempuan Tiongkok di Balik Lukisan Cantik Dinasti Ming
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR