Science Film Festival 2024: 'Terdesak' Kebutuhan untuk Menyelamatkan Bumi

By Ade S, Selasa, 15 Oktober 2024 | 19:03 WIB
Para siswa sedang menonton film 'Nine-and-a-half Hydrogen - The Green Energy of the Future?'. Film ini ditayangkan dalam pembukaan Science Film Festival di Kemendikbudristek, Jakarta, Selasa (15/10/2024). (National Geographic Indonesia/Ade Sulaeman)

Nationalgeographic.co.id—Dalam upaya mendorong kesadaran akan pentingnya aksi lingkungan, Science Film Festival  kembali hadir di Indonesia pada tahun ini.

Acara yang diinisiasi oleh Goethe-Institut ini akan berlangsung secara luring maupun daring mulai tanggal 15 Oktober hingga 30 November 2024. Siswa-siswi dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas di lebih dari 100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia diharapkan dapat terjangkau oleh kegiatan ini.

Beberapa dari kota tersebut antara lain Ambon, Bandung, Buol Toli-Toli, Deli Serdang, Ende, Fakfak, Karo, Matauli Pandan, Poso, Pulau Buru, Surabaya, Waibakul, dan Yogyakarta.

Panggilan untuk tindakan nyata 

Pada edisi ke-15 ini, Science Film Festival mengusung tema "Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular", sebuah panggilan untuk tindakan nyata dalam mengatasi krisis iklim. Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Constanze Michel, bahkan secara khusus menyebut ide dan inspirasi sebagai tujuan dari diadakannya Science Film Festival.

"Kami berharap memberikan ide dan inspirasi kepada generasi muda untuk berkontribusi pada penyelamatan lingkungan," ucap Michel pada acara pembukaan Science Film Festival, di Plaza Insan Berprestasi, Kemendikbudristek Jakarta pada Selasa, 15 Oktober 2024.

Michel menyebut Science Film Festival akan menghadirkan beragam karya film internasional yang menyoroti pentingnya konsep nol bersih dan ekonomi sirkular dalam menghadapi tantangan krisis iklim.

Terdapat 15 film dokumenter dari delapan negara, yaitu Jerman, Australia, Italia, Thailand, Chile, Brazil, Belanda, dan Kolombia, yang semuanya mengusung tema-tema tersebut.

Menginspirasi dan memicu kreativitas

Melalui film-film ini, Michel berharap Science Film Festival dapat memicu kreativitas dan rasa ingin tahu anak-anak serta remaja di Indonesia, serta di negara-negara ASEAN, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika.

"Kami percaya, sains bisa menjadi sesuatu yang seru dan menyenangkan," ujar Michel yang juga menegaskan bahwa Science Film Festival juga berupaya untuk bisa menggunakan energi ramah lingkungan setiap kali mereka menayangkan film.

Baca Juga: Science Film Festival 2023, Mendekatkan Isu Lingkungan ke Anak Sekolah

Apalagi, jika merujuk pada beberapa penelitian terbaru, diketahui bahwa upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca saja tidak cukup untuk mengatasi perubahan iklim. 

Seperti yang dikemukakan oleh Bicky Bhangu, Presiden Rolls-Royce untuk Asia Tenggara, Pasifik, dan Korea Selatan. "Dengan cara-cara yang dilakukan sekarang, target Sustainable Development Goals (SDGS) pada tahun 2030 nanti mungkin hanya akan mencapai 15 persen saja," tutur Bhangu dalam kesempatan yang sama.

Untuk itulah, kita perlu melakukan transisi yang lebih cepat menuju emisi nol bersih. Konsep ekonomi sirkular, yang pemanfaatan sumber daya secara maksimal melalui proses penggunaan ulang, perbaikan, dan daur ulang, hadir sebagai salah satu solusi yang dapat mendukung pencapaian tujuan tersebut.

Kehadiran Bhangu dalam acara pembukaan tidak terlepas dari peran Rolls Royce yang menjadi salah satu pendukung acara Science Film Festival 2024 bersama dengan Goethe-Institut. Selain keduanya, ada pula Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, Universitas Paramadina, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Kristen Satya Wacana yang turut mendukung Science Film Festival 2024.

Bicky Bhangu, Presiden Rolls-Royce untuk Asia Tenggara, Pasifik, dan Korea Selatan dalam pembukaan Science Film Festival, di Plaza Insan Berprestasi, Kemendikbudristek Jakarta pada Selasa, 15 Oktober 2024. (National Geographic Indonesia/Ade Sulaeman)

Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Ina Lepel, menyoroti relevansi tema Science Film Festival tahun ini, yaitu "Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular", dengan tantangan global yang kita hadapi saat ini. Selain itu, beliau juga menyoroti peran Indonesia dan Jerman terkait praktik-praktik berkelanjutan.

"Baik Indonesia di ASEAN maupun Jerman di Uni Eropa, kedua negara menjadi pemimpin dalam upaya tersebut," ungkap Lepel. "Melalui kerja sama yang setara, Indonesia dan Jerman dapat memadukan upayanya dan berkontribusi mewujudkan emisi nol bersih dan ekonomi sirkular yang lebih kuat."

Bukan sekadar nonton film

Pembukaan Science Film Festival 2024 di Plaza Insan Berprestasi, Kemendikbudristek Jakarta, Selasa (15/10/2024), berhasil menyedot perhatian lebih dari 100 siswa-siswi yang antusias. Mereka diajak untuk menyelami dunia sains melalui tiga film menarik dari berbagai negara.

Perjalanan pertama dimulai dengan film asal Jerman berjudul Nine-and-a-half Hydrogen - The Green Energy of the Future?. Film ini mengajak penonton untuk menjelajahi "desa hidrogen" bernama Bosbull di Schleswig Holstein, Jerman. Para siswa diajak membayangkan masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Setelah itu, para peserta diajak berpetualang ke Chile bersama film Raffi. Film ini mengisahkan Ema, seorang anak kecil yang belajar tentang pentingnya keberlanjutan melalui pengalaman sehari-hari di rumah pertanian keluarganya. Kisah sederhana namun inspiratif ini berhasil menyadarkan para siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan sejak dini.

Perjalanan visual diakhiri dengan dokumenter Jerman berjudul How Bicycle Tires and Inner Tubes are Made. The Path of Schwalbe Tyre. Film ini membawa penonton menyusuri proses produksi ban sepeda di Indonesia, Vietnam, dan Jerman.

Baca Juga: Science Film Festival Ajak Anak Sadar Masalah Energi

Melalui film ini, para siswa dapat melihat secara langsung bagaimana produk sehari-hari yang mereka gunakan dihasilkan dan bagaimana proses produksi tersebut berdampak pada lingkungan.

Selain menikmati film-film menarik, seperti Science Film Festival edisi-edisi sebelumnya, para siswa juga berkesempatan untuk terlibat langsung dalam eksperimen sains yang dipandu langsung oleh Ragil Dimas Pamungkas atau lebih dikenal sebagai Kang Guru Ipa.

Melalui eksperimen "Sentripetal dalam Gelas", Ragil menantang para peserta untuk memindahkan bola pingpong dari atas meja ke dalam botol tanpa menyentuhnya. Eksperimen ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep gaya sentripetal.

Melalui eksperimen ini, para siswa belajar bahwa gaya sentripetal adalah gaya yang menyebabkan suatu benda bergerak melingkar, seperti perputaran Bumi yang menghasilkan musim, iklim, dan cuaca.

"Melalui eksperimen ini juga kita bisa menunjukkan bahwa eksperimen itu tidak perlu menggunakan alat yang mahal, malah justru bisa menggunakan alat-alat di sekitar," ungkap Ragil.

Fenomena global yang menginspirasi jutaan pemuda

Sejak pertama kali digelar di Thailand pada tahun 2005, Science Film Festival telah menjelma menjadi sebuah fenomena global yang menginspirasi jutaan pemuda di seluruh dunia.

Dengan misi mulia untuk mempromosikan literasi sains melalui cara yang menyenangkan dan menghibur, festival ini telah berhasil menjangkau berbagai penjuru dunia, termasuk Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah.

Indonesia sendiri turut menjadi bagian penting dari perjalanan panjang Science Film Festival. Sejak diperkenalkan pada tahun 2010, festival ini telah berhasil memikat hati ratusan ribu penonton di Tanah Air. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya, membuktikan bahwa minat masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, terhadap sains semakin besar.

Pada tahun 2023 lalu, Science Film Festival berhasil mencatatkan rekor jumlah penonton yang luar biasa, yakni sekitar 860.000 orang di 21 negara. Di Indonesia saja, lebih dari 122.000 penonton telah ikut serta dalam acara ini. Angka-angka ini menunjukkan betapa besar pengaruh Science Film Festival dalam mendorong minat generasi muda terhadap sains dan teknologi.

Tahun ini, Science Film Festival kembali hadir dengan lebih banyak kejutan. Diselenggarakan secara internasional di 23 negara sejak 1 Oktober hingga 20 Desember 2024, festival ini menghadirkan beragam film dokumenter menarik yang mengangkat tema-tema terkini dalam dunia sains.

Melalui film-film ini, penonton, khususnya generasi muda, diajak untuk menjelajahi berbagai fenomena alam, memahami teknologi terbaru, mengintip masa depan yang penuh dengan inovasi, serta tentu saja lebih peduli terhadap lingkungan.

Sebab, seperti dituturkan oleh Fatchiah E. Kertamuda, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Paramadina, saat pembukaan Science Film Festival 2024, "Generasi muda adalah kepanjangan tangan untuk menjaga lingkungan di masa mendatang."