Misalnya, beberapa simbol menggambarkan seorang prajurit dengan fitur yang mengingatkan pada Suku Laut. Suku Laut juga digambarkan dalam ikonografi Mesir kuno.
Di cakram itu juga ada gambar kepala berbulu, anak panah, pelindung kepala, dan perisai bundar. Ada juga gambar yang tampak seperti penggambaran tokoh Sumeria kuno: kepala budak bertato dan seorang wanita telanjang.
Tanda-tanda lainnya menggambarkan hewan dan tumbuhan dari dunia pertanian. “Ada burung merpati, kucing, kambing, lebah dan sarang lebah, bunga aster, tanaman merambat, dan pohon zaitun,” tambah del Rio.
Tanda-tanda tersebut dikelompokkan ke dalam 61 kotak yang masing-masing menggambarkan dua hingga lima gambar. Ada 30 kotak di satu sisi cakram dan 31 di sisi sebaliknya. Diperkirakan tulisan tersebut mengikuti arah jarum jam. Lalu berlanjut dalam bentuk spiral yang dimulai dari tepi cakram dan bergerak ke tengah.
Para peneliti yakin bahwa 45 tanda berbeda pada cakram merupakan bagian dari sistem penulisan suku kata gaya Aegea. Peneliti juga meyakini bahwa kelompok dua hingga lima gambar yang terdapat di setiap kotak menyampaikan kata-kata.
Tanda-tanda tersebut sedikit mirip dengan apa yang disebut hieroglif Kreta dan sistem penulisan Linear A yang berkembang darinya. Namun, teks pada Cakram Phaistos menunjukkan evolusi dari keduanya.
Namun Cakram Phaistos berukuran kecil. Jadi mungkin saja sistem penulisan lengkapnya mencakup lebih banyak tanda daripada 45 yang digunakan pada cakram tersebut. Mungkin sekitar 55 atau 60 tanda yang berbeda.
Hal ini tentu saja mengasumsikan bahwa inskripsi tersebut ditulis dalam bahasa yang tidak dikenal. Masih belum sepenuhnya pasti bahasa apa yang digunakan orang Kreta selama Zaman Perunggu.
Peneliti juga menganalisa tentang setiap kata di dalam kotak. Jika diasumsikan bahwa setiap kotak memang berisi satu kata, jelas bahwa pada kedua sisi cakram, inskripsi tersebut diakhiri dengan serangkaian kata yang mirip.
Banyak frasa di sisi A dimulai dengan tanda yang sama dan beberapa di sisi B diakhiri dengan tanda yang mirip. Hal ini menunjukkan bahwa ada frasa yang diulang di satu sisi dan frasa yang berirama di sisi lainnya. Oleh karena itu, beberapa peneliti mengajukan teori bahwa cakram tersebut berisi puisi, himne, atau rumus keagamaan atau magis.
Aksara Kreta asli
Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya tentatif untuk menguraikan teks tersebut. Filolog dan arkeolog Gareth Owens berpendapat bahwa bahasa pada cakram adalah bahasa Indo-Eropa dan terkait dengan bahasa Minoa Linear A.
Owens percaya bahwa cakram tersebut didedikasikan untuk seorang ibu ilahi dan mengidentifikasi kata-kata tertentu seperti iqa (wanita agung) dan akka (wanita hamil).
Pada tahun 2008, Gia Kvashilava, seorang peneliti linguistik historis, berteori bahwa teks tersebut adalah bahasa Proto-Georgia (pelopor bahasa modern Georgia di Kaukasus).
Menurut Kvashilava, prasasti tersebut didedikasikan untuk Nana, dewi kesuburan dari wilayah kuno Colchis, di ujung timur Laut Hitam. Tak satu pun dari penjelasan ini diterima secara final. Pasalnya Linear A saat ini belum dapat diuraikan.
Peneliti masih berusaha menguraikan Cakram Phaistos. Hingga kini, makna dari inskripsi spiral pada cakram tersebut akan tetap menjadi misteri.