Investasi karbon dalam memasak
Seiring maraknya investasi dalam proyek karbon yang menjanjikan keuntungan finansial, penting bagi kita untuk menguji klaim mereka secara mendalam. Apakah proyek-proyek ini benar-benar membawa perubahan signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, atau hanya sebatas janji belaka?
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Down To Earth dan CSE di India telah mengungkap sejumlah masalah serius dalam desain dan pelaksanaan proyek karbon untuk memasak ramah lingkungan.
Studi ini menggarisbawahi kelemahan mendasar dalam perhitungan pengurangan emisi gas rumah kaca yang dilakukan oleh proyek-proyek tersebut.
Salah satu masalah utama adalah asumsi yang terlalu sederhana mengenai kebiasaan memasak masyarakat. Banyak proyek berasumsi bahwa masyarakat yang menjadi target hanya bergantung pada bahan bakar tradisional yang tidak ramah lingkungan, seperti kayu bakar, tanpa mempertimbangkan kemungkinan mereka sudah menggunakan metode memasak yang lebih bersih.
Selain itu, proyek-proyek ini seringkali mengasumsikan bahwa masyarakat akan secara eksklusif menggunakan kompor baru yang diberikan, padahal dalam kenyataannya, sebagian besar rumah tangga menggunakan berbagai jenis bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Akibatnya, perkiraan pengurangan emisi karbon yang dihasilkan oleh proyek-proyek ini cenderung terlalu optimistis.
Masalah transparansi juga menjadi sorotan dalam studi ini. Banyak masyarakat desa menyerahkan hak mereka atas kredit karbon tanpa memahami implikasinya, bahkan ada yang harus membayar untuk mendapatkan kompor baru yang sebenarnya memberikan keuntungan lebih besar bagi pengembang proyek.
Sayangnya, sistem pemantauan yang ada tidak cukup efektif untuk memastikan bahwa manfaat proyek benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Para validator independen pun terkesan abai terhadap sejumlah kesalahan dalam pelaksanaan proyek.
Dari sisi manfaat bagi masyarakat, hasil yang diperoleh pun beragam. Beberapa studi menunjukkan bahwa kompor baru yang diberikan tidak selalu nyaman digunakan dan seringkali ditinggalkan begitu saja.
Akibatnya, pengurangan emisi karbon yang diharapkan tidak tercapai secara optimal. Sementara itu, keuntungan finansial yang dihasilkan dari proyek-proyek ini lebih banyak dinikmati oleh pengembang daripada masyarakat setempat.
Baca Juga: Krill, Makhluk Mini yang Sanggup Simpan Karbon Sebanyak Lamun dan Mangrove