Pada tahun 1961, seorang dokter gigi Swedia bernama Sten Forshufvud, yang bekerja sama dengan Dr. Hamilton Smith dari Glasgow dan Anders Wassen dari Swedia, menjadi terkenal karena dimuat pada berita utama internasional.
Ia menulis sebuah artikel yang diterbitkan di majalah Nature. Dengan menerapkan teknologi terkini untuk menganalisis sejumput rambut kaisar—diperkirakan diambil segera setelah kematiannya—menduga dan mengumumkan bahwa Napoleon mungkin telah tewas karena keracunan arsenik.
Forshufvud dan tim riset awalnya melaporkan bahwa tidak mungkin untuk mengetahui dari hasil sampel saja "apakah arsenik terdistribusi secara merata (seperti yang diharapkan dalam paparan berkelanjutan) atau terletak di satu titik (seperti yang akan terjadi dalam paparan tunggal yang besar)."
Makalah kedua yang dilaporkan oleh Forshufvud dan timnya, menganalisis sampel rambut yang berbeda yang seharusnya ditarik dari kepala Napoleon.
Sekali lagi, mereka menemukan kadar arsenik yang tinggi dan menyarankan bahwa ia terpapar racun secara berkala, mungkin, selama empat bulan sebelum kematiannya. Dan, pada sampel rambut berikutnya, menunjukkan temuan serupa.
Puluhan tahun kemudian, seorang ahli kimia, J. Thomas Hindmarch dan John Savory menulis bantahan terhadap klaim keracunan arsenik!
Penting untuk dicatat, mereka mengingatkan para pembacanya, bahwa pada masa-masa sulit pengobatan—ketika pendarahan dan bekam masih menjadi metode pengobatan utama—arsenik merupakan obat yang umum, meskipun tidak dianjurkan.
Sering kali arsenik dikemas dalam bentuk tonik yang dikenal sebagai larutan Fowler. Arsenik juga banyak digunakan dalam rodentisida, insektisida, pewarna pakaian, dan bahkan bungkus permen.
Kebanyakan bangsawan Prancis, termasuk Napoleon, kala itu terbiasa mengenakan bedak wajah dan rambut yang mengandung arsenik. Mungkin juga terkandung arsenik dalam persediaan air, kertas dinding yang menutupi kamar tidur Napoleon.
Atau juga dalam asap batu bara yang memanaskan kamarnya, dan paparan pasca-mortem karena kandungan tanah arsenik yang menutupi peti matinya, ketika ia masih dimakamkan di St. Helena sebelum dibawa kembali ke Paris.
Baca Juga: Mengapa Napoleon Begitu Terkenal dan Membuat Banyak Orang Terobsesi?