Nationalgeographic.co.id—Mitologi Yunani kuno mengenal Erebus sebagai dewa awal kegelapan, ia menggambarkan kekosong total dan 'hidup' berada di antara Surga dan Bumi
Erebus yang tergolong dalam dewa awal tidak memiliki bentuk fisik, seperti Zeus atau Hera, tetapi ada sebagai bagian dari seluruh alam semesta.
Thomas Gregory dalam Erebus: The Primordial Greek God of Darkness yang dimuat pada laman History Cooperative, mengungkap bahwa Erebus diliputi kekuatan dan amarah.
"Ia bukan sekedar personifikasi dari kegelapan, melainkan kegelapan itu sendiri," ungkap Gregory. Dengan cara ini, Erebus sering digambarkan sebagai suatu tempat, bukan makhluk, dan tidak bersifat.
"Erebus adalah dewa kegelapan awal, saat tidak ada cahaya sama sekali. Erebus tidak boleh disamakan dengan Nyx, dewi malam, atau Tartarus, jurang kehampaan."
"Akan tetapi, banyak penulis Yunani menggunakan Tartarus dan Erebus secara bergantian, seperti yang terdapat dalam Himne Homer untuk Demeter," paparnya.
Seperti halnya semua dewa purba dalam mitologi Yunani, Erebus tidak baik maupun jahat. Kegelapan yang mereka wakili juga tidak jahat atau menghukum.
Meskipun demikian, mudah untuk percaya bahwa ada sesuatu yang jahat dalam dirinya, karena nama tersebut sering digunakan sebagai pengganti Tartarus, atau dunia bawah.
Kata 'Erebus' sediri artinya 'kegelapan,' meskipun contoh pertama yang tercatat mengacu pada 'pembentukan jalan dari Bumi ke Hades.'
Dengan cara tersebut, 'Erebus' tampaknya tidak merujuk pada 'ketiadaan cahaya' tetapi pada kehampaan yang ada di dalam alam semesta. Kata tersebut berasal dari Proto-Indo-Eropa dan kemungkinan mejadi akar kata Norse 'Rokkr' dan Gotik 'Riqis.'
Keluarga Erebus
Baca Juga: Thersites, 'Jack Sparrow' dari Perang Troya dalam Mitologi Yunani
Erebus adalah anak dari Chaos, puncak tertinggi dari jajaran dewa Yunani awal. Tidak seperti dewa-dewi Yunani selanjutnya, Olympus, para dewa awal tidak memiliki gender dan tidak bersifat layaknya manusia.
Erebus memiliki satu saudara, yakni Nyx (Malam). Chaos adalah dewa udara, atau, lebih ringkasnya, celah antara Surga dan Bumi. Chaos muncul pada saat yang sama dengan Gaia (Bumi), Tartarus (Lubang), dan Eros (Cinta primordial). Sementara Erebus adalah anak Chaos, Uranus adalah anak Gaia.
Meski begitu, terdapat satu sumber yang membantah cerita ini. Sebuah Fragmen Orphic, mungkin dari sebuah karya Hieronymus dari Rhodes, yang menggambarkan Chaos, Erebus, dan Aether sebagai tiga bersaudara yang lahir dari ular Chronos.
'Chaos, Darkness, dan Light akan membentuk dunia yang lahir dari Father Time.' Fragmen ini adalah satu-satunya yang menceritakan kisah tentang ketiganya sebagai metafora yang jelas untuk menggambarkan sifat alam semesta secara ilmiah.
Tidak sepenuhnya jelas dewa awal mana yang merupakan anak atau saudara Erebus. Namun, dua dewa awal setidaknya pernah disebut berasal dari dewa kegelapan.
Aether, dewa awal langit biru dan dewa cahaya, terkadang disebut lahir dari kegelapan dan karenanya merupakan anak dari Erebus dan Nyx.
Aristophanes menyebut Erebus sebagai ayah Aether, dan Hesiod juga menyatakan hal yang sama. Namun, sumber lain dalam mitologi Yunani menyatakan bahwa Aether adalah anak Chronos atau Chaos.
Literatur tentang Erebus
Seperti banyak dewa awal lainnya, sangat sedikit yang ditulis tentang Erebus, dan sebagian besar isinya saling bertentangan.
Theogony karya Hesiod adalah satu teks yang paling banyak merujuk kepada dewa Yunani dan merupakan sebuah karya yang mengupayakan untuk menciptakan pohon keluarga lengkap dari semua dewa Yunani.
Karena alasan tersebut, Theogony menjadi semacam kitab suci silsilah mitologis yang teksnya harus dirujuk jika ada perbedaan kisah.
Baca Juga: 4 Karya Seni Terkenal yang Gambarkan Adegan Mitologi Yunani dari Iliad
Penyair Yunani kuno yang berasal dari Sparta, Alcman, mungkin adalah penulis kedua yang paling banyak dirujuk tentang Erebus. Sayangnya, para sarjana modern hanya memiliki fragmen-fragmen dari karya aslinya. Fragmen-fragmen ini berasal dari puisi paduan suara yang lebih besar yang dirancang untuk dinyanyikan.
Fragmen-fragmen ini berisi puisi cinta, lagu penyembahan dewa, atau deskripsi lisan yang dinyanyikan saat melakukan ritual keagamaan. Di antara fragmen-fragmen ini, kita mengetahui bahwa Erebus ada sebelum adanya konsep cahaya.
Menurut penulis Romawi Cicero dan sejarawan Yunani Pseudo-Hyginus , Erebus dan Nyx adalah orang tua dari 'setan' atau "daimones." Makhluk-makhluk dari dunia lain ini mewakili aspek baik dan buruk dari pengalaman manusia dan merupakan cikal bakal pemahaman kita yang lebih modern tentang 'setan.'
Di antara banyak 'daimones' yang disebutkan oleh kedua penulis tersebut adalah Eros (cinta), Moros (nasib), Geras (usia tua), Thanatos (kematian), Oneirois (mimpi), Moirai (nasib), dan Hesperides.
Tentu saja, beberapa di antaranya disebutkan dalam tulisan-tulisan lain, misalnya saja Hesperides yang sering kali ditulis dalam mitologi Yunani sebagai anak-anak dewa Titan, Atlas.
Kebingungan antara Hades dan Erebus
Hades dan Erebus jelas bukan dewa yang sama. Hades, saudara Zeus, diberi peran sebagai dewa dunia bawah setelah peristiwa perang Titanomachy. Namun, sebelum peristiwa tersebut, dunia bawah sudah ada.
"Kebingungan ini muncul dengan banyak orang yang sering membandingkan dunia bawah Hades dengan Tartarus, jurang terdalam," ungkap Gregory.
"Meskipun keduanya adalah tempat yang sangat berbeda, keduanya memengaruhi terciptanya 'Neraka' Yahudi-Kristen, sehingga antara keduanya ini terkadang memang membingungkan."
Sementara itu, mitos Yunani sering kali menyamakan dunia bawah dengan Tartarus. Bagaimanapun, jurang itu gelap, dan Erebus adalah kegelapan.
Baca Juga: Bagaimana Kejatuhan Icarus Lahirkan Ungkapan Tersohor tentang Kesombongan?
Puisi-puisi karya Homer memberikan contoh-contoh kebingungan ini, misalnya ia menyatakan bahwa Persephone berasal dari Erebus dan bukan dari dunia bawah tempat ia menjadi ratu.
Mungkin juga ada beberapa kebingungan karena dalam beberapa contoh, Erebus disembah seolah-olah ia dewa yang mempunyai fisik layaknya manusia. Contoh paling terkenal adalah dalam Metamorphoses karya Ovid, di mana sang penyihir, Circe, berdoa kepada Erebus dan Nyx, "dan para dewa malam."
Seperti banyak tokoh lain dari mitos Yunani, nama Erebus diadaptasi juga di zaman modern. Khususnya, gunung berapi paling selatan yang masih aktif di dunia bernama Gunung Erebus.
Terletak di Antartika, gunung berapi ini ditemukan oleh penjelajah kutub Inggris James Clark Ross, yang memimpin eksplorasi Angkatan Laut Kerajaan di Antartika pada tahun 1839–43.
Ekspedisi Ross terdiri dari dua kapal, HMS Terror dan HMS Erebus , yang menjadi asal nama Gunung Erebus. Kedua kapal tersebut kemudian tenggelam setelah terperangkap dalam es selama ekspedisi yang gagal untuk menemukan Lintasan Barat Laut.