Nationalgeographic.co.id—Ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 5 November 2021, pendiri Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU), Usmar Ismail pernah mendapat amanah sebagai Ketua I Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 1964-1970.
Putra bungsu dari seorang bangsawan asal Sumatera Barat, yakni Datuk Tumenggung Ismail dan Siti Fatimah ini juga dikenal sebagai pelopor drama modern di Indonesia, dan juga Bapak Film Indonesia.
Usmar Ismail lahir pada 20 Maret 1921 dan tumbuh mendapatkan pendidikan formal yang baik. Ia mengawalinya dengan berstudi di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) tingkat dasar di Batu Sangkar, lalu melanjutkannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Simpang Haru, Padang, dan Algemeene Middelbare School (AMS) di Yogyakarta.
Setelah itu, ia menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat, tepatnya di Universitas California, Los Angeles. Di Negeri Paman Sam itu, Usmar mengambil studi sinematografi.
Hal tersebut membuatnya semakin kaya dengan pengetahuan dan pengalaman mengenai perfilman. Bahkan, satu dekade setelah pendirian Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini), karyanya merambah dunia internasional.
Filmnya yang berjudul Perjuangan mendapat anugerah sebagai film terbaik dalam Festival Film Moskow 1961.
Kelahiran LESBUMI
Pada tahun 1950-an, terjadi polarisasi aliran utama dalam kalangan seniman dan budayawan yaitu aliran universalisme atau humanisme universal oleh seniman Gelanggang dan aliran realisme kreatif atau realisme sosial.
Dalam Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia: Perannya Dalam Pengembangan Budaya Islam di Indonesia Era 1962-1967 yang terbit di jurnal Sejarah dan Peradaban Islam, disebutkan bahwa dalam dua aliran ini memiliki pandangan masing-masing terhadap aliran lain.
"Di antara kedua aliran ini muncullah aliran alternatif yang menjadi penengah keduanya yaitu aliran humanisme religius yang diusung oleh Lesbumi," ungkap Wahyu Amni, Nor Huda, dan Fitriah UIN Raden Fatah Palembang.
Dalam kata lain, Lesbumi yang mengusung nasionalisme religius hadir sebagai jalan tengah di antara perseteruan Manifesto Politik yang diusung Lekra dan Manifes Kebudayaan yang digawangi Goenawan Mohamad dan kawan-kawan.
Baca Juga: Thersites, 'Jack Sparrow' dari Perang Troya dalam Mitologi Yunani