Nyaris Tewas, Apa Jadinya Bila Alfred Russel Wallace Kapok Menjelajah?

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 18 November 2024 | 10:00 WIB
Ketika berusia 25 tahun, Alfred Russel Wallace nekat menjelajahi rimba belantara Amazon. Bersama Henry Walter Bates, ia mengumpulkan spesimen fauna. Kelak, temuannya di hutan Amazon telah menginspirasinya untuk menjelajahi pedalaman Nusantara. (National Geographic Indonesia)

"Semuanya melampaui apa yang dapat digambarkan, membangkitkan perasaan takjub dan hormat pada orang yang mengamatinya," tulis Wallace. "Di sini juga terdapat burung-burung paling langka, serangga-serangga terindah, serta mamalia dan reptil paling menarik. Di sini tersembunyi jaguar dan ular boa, dan di sini, di antara keteduhan paling lebat, burung lonceng membunyikan seruannya."

Singkat kata, Amazon memiliki pesona dunia lain nan langka bagi Wallace dan Bates, yang baru menjelajahi belantara hutan tropis sesungguhnya. Selama di Amazon, mereka mengirimkan spesimen-spesimen hasil buruannya ke seorang perantara di Bloomsburry, Inggris. Dari penjualan koleksi itulah mereka mendapatkan dana untuk penelitian dan perjalanannya. Peminatnya, orang-orang kaya dan museum. 

Amazon selalu menarik, baik ditinjau dari masa silam maupun masa sekarang. Pun ketika berbincang perihal keanekaragaman hayati, kita kerap mengikutsertakan Brasil, si empunya Amazon.

Negara yang letaknya dengan kita terpaut hampir separuh keliling Bumi itu memiliki hutan yang jauh lebih luas dibandingkan hutan kepulauan kita. Andai Brasil memindahkan hamparan hutan hujan Amazon ke Indonesia, seluruh kawasan hutan kita tak mampu menampungnya.

Tulisan tangan Alfred Russel Wallace dalam surat pada akhir 1852, yang berkisah tentang kesialannya saat berlayar dari Brasil ke Inggris. (Natural History Museum)

Brasil dan Indonesia merupakan dua dari tujuh belas negara yang ditetapkan oleh UNEP atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai negara megadiversitas.

Negara megadiversitas merupakan negara yang ditakdirkan memiliki kekayaan keanekaragaman hayati. Masing-masing memiliki jumlah spesies yang beragam, sekaligus rumah bagi sebagian besar puspa dan satwa dunia.

Bahkan, mereka memiliki banyak spesies yang tidak ditemukan di belahan dunia lainnya. Indonesia menyandang peringkat kedua dalam negara megadiversitas. Peringkat pertamanya tentu si empunya Amazon, Brasil. 

Nyaris tewas dalam dua bencana: kebakaran kapal dan badai Atlantik

Wallace pulang lebih awal daripada sahabatnya, Bates. Setelah empat tahun di rimba Amazon, ia pulang ke Inggris menggunakan kapal Helen pada 1852. Apesnya, ketika melayari Samudra Atlantik, kapal itu dirundung bencana kebakaran. 

Ketika api mulai membesar, ia sedang membaca usai sarapan di kabin. Kisah malang dan menegangkan itu ditulisnya dalam buku yang terbit pada 1853. Judulnya, A Narrative of Travels on The Amazon And Rio Negro: With An Account of the Native Tribes, And Observations on The Climate, Geology and Natural History of The Amazon Valley.

Baca Juga: Lebah Terbesar Sedunia Temuan Wallace di Maluku, Terancam Punah