Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?

By Ade S, Selasa, 26 November 2024 | 12:03 WIB
Siapa sangka negara-negara terbelakang justru jadi pionir dalam mengatasi limbah elektronik? Simak kisah lengkapnya di sini. (freepik)

Nationalgeographic.co.id—Laporan Ekonomi Digital 2024 UNCTAD menyoroti dilema menarik yang dihadapi dunia, khususnya negara-negara terbelakang (LDCs).

Sebab, di satu sisi, digitalisasi menawarkan peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial. Namun, di sisi lain, jika tidak dikelola dengan baik, transformasi digital dapat menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.

Ironisnya, saat LDCs tengah berupaya mengejar ketertinggalan dalam adopsi teknologi digital, mereka juga harus menghadapi tantangan serius terkait dampak lingkungan dari proses digitalisasi ini.

Sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang menjadi tulang punggung ekonomi digital, ternyata memiliki jejak karbon yang cukup besar.

Studi terbaru memperkirakan emisi gas rumah kaca dari sektor TIK mencapai 0,69 hingga 1,6 gigaton CO₂ pada tahun 2020, setara dengan 1,5% hingga 3,2% dari total emisi global. Angka ini sebanding dengan emisi dari seluruh industri perkapalan.

Dampak lingkungan yang signifikan lainnya adalah timbulnya limbah elektronik (e-waste). Dengan pertumbuhan pesat perangkat digital, volume limbah elektronik semakin meningkat.

Negara-negara maju, yang rata-rata menghasilkan 3,25 kg limbah elektronik per kapita setiap tahunnya, jauh di atas rata-rata LDCs yang hanya 0,21 kg. Namun, LDCs, terutama di kawasan Asia Tenggara dan Afrika, semakin menjadi tujuan pembuangan limbah elektronik dari negara-negara maju.

Limbah elektronik mengandung berbagai bahan berbahaya yang dapat mencemari tanah dan air, serta membahayakan kesehatan manusia jika tidak dikelola dengan benar. Hal ini menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan masyarakat di LDCs, yang sering kali memiliki kapasitas terbatas dalam pengelolaan limbah.

Meskipun kontribusi LDCs terhadap permasalahan limbah elektronik global masih relatif kecil, penting untuk diingat bahwa negara-negara ini memiliki potensi untuk menjadi produsen limbah elektronik yang signifikan di masa depan seiring dengan peningkatan penggunaan perangkat digital.

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana LDCs dapat memanfaatkan manfaat dari digitalisasi sambil meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan?

Laporan UNCTAD menyarankan bahwa kebijakan yang tepat, investasi dalam keterampilan digital, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, serta mobilisasi sumber daya yang memadai merupakan kunci untuk mencapai tujuan tersebut.

Baca Juga: Ilmuwan Ciptakan Chip Komputer dari Pohon