Dalam penelitiannya, tim tersebut menggunakan penanggalan karbon-14, yaitu sebuah metode ilmiah yang dapat secara akurat menentukan usia bahan organik setua 60.000 tahun. Laju peluruhan karbon-14, suatu isotop karbon, bersifat konstan dan mudah diukur.
“Sehingga ideal untuk memberikan perkiraan usia untuk apa pun yang berusia lebih dari 300 tahun,” ujar Schwartz. Teknik ini mengonfirmasi usia makam, artefak, dan tulisan, yang mendahului aksara alfabet lainnya setengah abad.
Di dalam salah satu makam yang paling terawat, para peneliti menemukan enam kerangka beserta serangkaian benda. Benda-benda itu termasuk perhiasan emas dan perak, peralatan dapur, mata tombak, dan bejana keramik dalam kondisi sempurna. Tepat di samping bejana-bejana, mereka menemukan empat silinder tanah liat.
Yang membuat silinder-silinder ini sangat menarik adalah prasasti yang terdapat di dalamnya, yang tampaknya bersifat alfabetis. Schwartz berspekulasi bahwa silinder-silinder berlubang ini mungkin telah dilekatkan pada benda-benda lain dengan tali. Sehingga, silinder tersebut mungkin berfungsi sebagai label yang menunjukkan isi, asal, atau pemilik bejana-bejana tersebut.
Sampai saat ini, para sarjana di bidang tersebut percaya bahwa alfabet telah ditemukan di Mesir sekitar tahun 1900 SM, mungkin sebagai awal mula sederhana dari sistem hieroglif yang kompleks.
Namun, usia silinder-silinder ini menunjukkan bahwa alfabet mungkin berasal dari wilayah yang sama sekali berbeda. Serta jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Mungkinkah alfabet muncul di Suriah atau wilayah lain di Timur Dekat. Serta memengaruhi budaya masyarakat tetangga?
Saat ini belum ada cara untuk menguraikan simbol-simbol pada silinder. Tapi teknik penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa prasasti pada artefak ini lebih tua daripada sistem alfabetis lain yang diketahui.
Schwartz menyoroti pentingnya penemuan ini, karena hal ini mencerminkan era ketika masyarakat mulai mengembangkan teknologi komunikasi yang dapat diakses oleh lebih banyak orang.
Tulisan alfabetis, tidak seperti sistem piktografik atau hieroglif, mewakili perubahan signifikan dalam cara informasi dapat dibagikan. Hanya dengan beberapa huruf, dimungkinkan untuk menyusun kata dan frasa secara fleksibel dan cepat, kemampuan revolusioner pada masa itu.
“Tanpa sarana untuk menerjemahkan tulisan tersebut, kita hanya bisa berspekulasi,” Schwartz menambahkan.
Baca Juga: Pengurbanan 42 Anak, Upaya Putus Asa Atasi Kekeringan di Meksiko