Nationalgeographic.co.id—Listrik telah mengubah kehidupan banyak orang di dunia. Listrik yang dihasilkan dari energi panas bumi di Ulumbu, misalnya, telah membawa berkah bagi pengrajin peti jenazah di Desa Wewo, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Yohanes Golden Membot, seorang pengrajin peti mati di Wewo, memanfaatkan listrik untuk memajukan usaha mebelnya. Dahulu ia membuat peti mati menggunakan perkakas manual, kini ia memakai peranti mesin berbasis listrik.
“Dulu sebelum ada listrik itu, satu peti jenazah baru selesai dalam tiga hari. Setelah ada listrik, satu hari bisa selesai satu unit peti jenazah,” tutur Yohanes saat ditemui di rumahnya akhir September lalu. “Sebelum ada listrik, pekerjaan saya ya sepertiga dari hasil kerja saya sekarang.”
Penggunaan alat-alat berdaya listrik tersebut sangat mempermudah dan mempercepat pekerjaan Yohanes. Ia tak perlu lagi mengeluarkan terlalu banyak tenaga setiap harinya.
“Selama ada listrik ini, kerja saya agak mudah. Dulu sebelum ada listrik, lebih-lebih listrik PLTP Ulumbu ini belum ada, kerja saya cukup setengah mati.”
Aliran listrik dari PLTP Ulumbu, yang beroperasi sejak 2012, memungkinkan Yohanes untuk menggunakan berbagai perkakas yang lebih canggih, seperti gergaji listrik, mesin press, mesin sekap, mesin profil, mesin amplas, hingga mesin cat.
“Kalau pakai alat manual itu yang paling sangat tidak bagusnya, yang pertama, energi kita kerjanya sangat butuh tenaga. Kadang kita cepat capek. Kalau ada listrik kan, artinya walaupun capek, tidak seperti yang manual gitu,” kata Yohanes.
Selain mempermudah dan mempercepat pekerjaan Yohanes, penggunaan peralatan mesin berbasis listrik juga membuat hasil pekerjaannya lebih maksimal. Lebih “rapi” dan “memuaskan”, ujarnya.
“Kalau soal kerapiannya, tentu lebih rapi pakai listrik karena semuanya pakai mesin semua. Misalnya amplas itu. Bedakan amplas tangan dengan amplas mesin. Kalau amplas tangan kan lebih rumit dan capek. Jadi kalau capek, sudah, ya lepas. Akhirnya hasilnya juga seperti itu, tidak rapi. Tapi kalau pakai mesin, kan tidak terlalu capek, hasilnya rapi dan cepat.”
Kini, dalam sebulan, Yohanes mampu memproduksi hingga 30 peti mati. Sebelum adanya listrik, jumlah maksimal peti mati buatannya hanya 10 per bulan.
Baca Juga: Mengapa Energi Panas Bumi di Flores Ramah Lingkungan dan Perlu Dimanfaatkan?
Pijar Mata Siswa yang Menyala: Dampak Energi Listrik bagi Pendidikan di Desa Wewo
Selain berdampak pada perekonomian warga, keberadaan listrik juga memberi efek baik bagi sektor pendidikan di Wewo. Kepala Sekolah di SDK Wewo, Katarina Mulia, mengatakan ada banyak perubahan baik dalam proses belajar-mengajar di sekolah dasar yang ia pimpin berkat masuknya aliran listrik stabil dari energi panas bumi.
“Kalau dulu kami tidak bisa menggunakan komputer, tapi setelah adanya PLTP Ulumbu, jadi terbantu, sehingga penggunaan alat-alat elektronik di sekolah ini bisa terjangkau.”
Kini para guru di sana sudah bisa dan terbiasa mengajar di kelas dengan menggunakan laptop, proyektor, pelantang suara, dan layar LCD. “Dengan adanya proyektor itu terbantu sekali, anak-anak bisa melihat gambar,” kata Katarina. “Kemudian bisa melakukan gerak-gerakan melalui proyektor, kemudian menyanyi juga menggunakan proyektor.”
Katarina menceritakan betapa gembiranya murid-murid sekolah dasar di sana saat melihat gambar warna-warni berisi materi pelajar yang dipancarkan proyektor. Mereka juga bisa menonton video pembelajaran interaktif.
Semua mata murid-murid tersebut menyala-nyala melihat hal baru bagi mereka. “Mereka sangat antusias untuk mengikuti pembelajaran,” ujar Katarina.
“Begitu juga di ruangan ini, di ruangan administrasi,” imbuhnya. “Kalau dulu kami sebelum ada listrik itu menggunakan manual, tetapi dengan adanya listrik itu sangat terbantu sehingga kami menggunakan computer, kami bisa print itu semua dokumen. Dengan adanya listrik di desa kami ini kami sangat terbantu.”
Dahulu, murid-murid SDK Wewo harus pergi sekolah lain untuk mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) karena keterbatasan laptop dan sinyal internet di sana yang semuanya berkait juga dengan listrik.
“Sekarang kami ANBK, kami sudah tidak ke tempat lain karena sekarang ada listrik di sini sehingga ANBK-nya di sekolah ini saja, tidak keluar.”
Listrik telah mengubah kehidupan warga Desa Wewo. Baik bagi orang-orang dewasa yang bekerja, maupun anak-anak yang bersekolah.