Druze, Minoritas Penghuni Dataran Tinggi Golan yang Antikawin Campur

By Ade S, Kamis, 12 Desember 2024 | 10:03 WIB
Seorang wanita Druze dengan pakaian tradisional sedang memanggang pitta, roti pipih khas daerah tersebut. (Israel_photo_gallery)

Pembatasan akses terhadap air ini tidak hanya berdampak pada kehidupan sehari-hari komunitas Druze, tetapi juga mengancam keberlanjutan pertanian mereka yang telah menjadi mata pencaharian utama selama bergenerasi.

Di Golan Anti-Israelisasi, di Israel jadi petinggi militer

Secara historis, komunitas Druze di Golan telah menunjukkan penolakan terhadap upaya-upaya "Israelisasi" wilayah tersebut. Mereka seringkali memprotes kebijakan-kebijakan Israel yang dianggap diskriminatif dan mengancam identitas serta hak-hak mereka.

Salah satu momen paling signifikan adalah penolakan massal terhadap Undang-Undang Dasar Negara Bangsa Yahudi pada tahun 2018. Undang-undang kontroversial ini, yang secara eksplisit menyatakan Israel sebagai negara-bangsa Yahudi, memicu kekhawatiran mendalam di kalangan komunitas Druze.

Mereka khawatir bahwa undang-undang tersebut akan semakin menguatkan diskriminasi terhadap minoritas dan mengikis hak-hak mereka sebagai warga negara.

Para pemimpin Druze berargumen bahwa undang-undang tersebut menciptakan hierarki kewarganegaraan yang menempatkan mereka pada posisi yang tidak setara dengan warga negara Yahudi.

Ketiadaan klausa yang menjamin kesetaraan dan hak-hak minoritas dalam undang-undang tersebut semakin memperkuat perasaan termarjinalisasi di kalangan komunitas Druze.

Sebab, meskipun mayoritas komunitas Druze di Golan secara identitas merasa lebih dekat dengan Suriah, namun realitas politik telah memaksa mereka untuk berinteraksi dengan sistem pemerintahan Israel.

Data terbaru menunjukkan adanya peningkatan jumlah warga Druze Golan yang memilih untuk mengajukan permohonan kewarganegaraan Israel. Namun, jumlahnya tetap relatif kecil, yakni hanya 239 orang pada tahun 2021 dibandingkan dengan 75 orang pada tahun 2017.

Fenomena ini menunjukkan adanya perdebatan internal di dalam komunitas mengenai status kewarganegaraan dan implikasinya terhadap identitas serta hak-hak mereka.

Di luar Dataran Tinggi Golan, sekitar 130.000 warga Druze Israel tinggal di wilayah Carmel dan Galilea. Berbeda dengan banyak kelompok minoritas lainnya di Israel, komunitas Druze di wilayah ini secara umum menunjukkan tingkat patriotisme yang tinggi.

Wajib militer bagi pria Druze berusia di atas 18 tahun telah menjadi tradisi sejak tahun 1957, dan banyak di antara mereka yang mencapai posisi tinggi dalam militer Israel. Selain itu, banyak anggota komunitas Druze juga berkarier di kepolisian dan pasukan keamanan.