Setelah melalui proses ekstraksi dan pengeringan, struktur polimer ini kemudian diubah menjadi bahan plastik yang memiliki sifat fisik yang mengagumkan. Plastik hasil inovasi ini tidak hanya transparan dan tidak berwarna, tetapi juga memiliki kepadatan yang tinggi.
Yang lebih menarik lagi, tim peneliti menemukan bahwa dengan memodifikasi salah satu jenis monomer dalam campuran awal, mereka dapat mengatur dan menyesuaikan berbagai sifat mekanik dari plastik tersebut, seperti ketahanan terhadap panas, tingkat kekerasan, serta kekuatan tariknya.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa plastik hasil inovasi ini memiliki kinerja yang setara, bahkan dalam beberapa aspek melampaui, plastik konvensional yang banyak digunakan saat ini.
Namun, yang membedakan plastik ramah lingkungan ini adalah kemampuannya untuk terurai secara alami dan cepat. Ketika dicelupkan ke dalam air asin, plastik ini akan terdegradasi menjadi monomer-monomer penyusunnya dalam hitungan jam saja.
Keunggulan lain dari plastik inovatif ini adalah ketersediaan bahan bakunya yang melimpah dan harganya yang relatif terjangkau. Kedua jenis monomer yang digunakan dalam proses sintesis dapat diperoleh dengan biaya yang rendah, sehingga berpotensi untuk diproduksi secara massal.
"Material baru ini cukup kuat, sehingga berbagai aplikasi dianggap mungkin," kata Aida, seperti dilansir The Japan Times.
Polusi plastik: Ancaman mematikan
Ancaman hantu telah membayangi lautan kita. Bukan monster mitos, melainkan musuh nyata yang tak kasat mata: plastik. Bahan serbaguna yang kita gunakan sehari-hari ini, justru menjadi ancaman mematikan bagi jutaan makhluk hidup yang menghuni lautan.
Bayangkan saja, makhluk sebesar paus hingga sekecil plankton, semuanya rentan terhadap bahaya plastik. Penyu laut, misalnya, sering salah mengira kantong plastik sebagai ubur-ubur, makanan kesukaannya.
Akibatnya, seperti dilansir di laman oceana.ord, perut mereka tersumbat plastik dan mereka pun mati perlahan-lahan karena kelaparan.
Paus juga tak luput dari ancaman ini. Mereka sering terjerat dalam jaring-jaring ikan atau menelan potongan-potongan besar plastik yang mengapung di permukaan laut.
Baca Juga: Get The Fest 2024, Festival Musik Berbahan Bakar Olahan Sampah Plastik