Nationalgeographic.co.id—The Picture of Dorian Gray adalah salah satu buku paling populer dan paling menarik di zaman modern. Buku karya Oscar Wilde itu berakar dari kisah mitologi Yunani kuno dan khususnya kisah Narcissus.
Namun demikian, ternyata bukan kisah Narcissus yang mengingatkan kita pada The Picture of Dorian Gray. Tokoh mitologi Yunani lain yang bernama Adonis-lah yang ternyata menjadi sumber inspirasi bagi Oscar Wilde.
Siapakah Adonis?
Adonis adalah tokoh mitologi Yunani yang sering dianggap sebagai simbol keindahan luar biasa dan cinta yang mendalam.
Mitos tentang Adonis adalah kisah cinta legendaris dalam mitologi Yunani yang menggabungkan unsur tragedi dan kematian dengan sukacita kebangkitan kembali. Kisah tentang Adonis yang tampan luar biasa dan kekasihnya, dewi Aphrodite telah menjadi sumber inspirasi para seniman.
Cerita ini populer di kalangan bangsa Kanaan, dikenal baik oleh masyarakat Mesopotamia dan Mesir, meskipun nama dan detailnya berbeda di setiap peradaban.
Legenda ini mengisahkan dewa kecantikan yang menemui kematian di usia muda tetapi bangkit kembali demi cinta Aphrodite.
Menurut sumber-sumber Yunani, seperti Bion dari Smyrna, dan referensi Romawi dalam Metamorphoses karya Ovidius, kisah Adonis dan Aphrodite dapat dirangkum sebagai berikut:
Seorang raja besar bernama Cinyras (dalam beberapa sumber disebut Theias, raja Asyur) memiliki seorang putri bernama Myrrha, yang dikenal karena kecantikannya. Cinyras sering menyombongkan bahwa Myrrha lebih cantik daripada Aphrodite, dewi cinta dan kecantikan.
Ketika Aphrodite mendengar hal ini, ia merasa dihina dan memutuskan untuk membalas dendam. Ia meminta putranya, Eros, dewa hasrat dan daya tarik, untuk membuat Myrrha jatuh cinta pada ayahnya sendiri. Myrrha, yang terperdaya, terjebak dalam hubungan terlarang dengan ayahnya.
Ketika Cinyras menyadari tipu daya tersebut, ia sangat marah dan bersumpah untuk membunuh Myrrha. Menyadari dosa dan kesalahannya, Myrrha melarikan diri. Dalam pelariannya, Myrrha memohon kepada para dewa untuk melindunginya. Para dewa mendengar doanya dan mengubahnya menjadi pohon mur.
Baca Juga: Aphrodite dan Adonis, Kisah Cinta Berakhir Tragis di Mitologi Yunani
Sembilan bulan kemudian, pohon mur itu terbelah, dan Adonis lahir. Bayi itu mewarisi kecantikan luar biasa dari ibunya.
Ketika Aphrodite melihat Adonis, ia begitu terpesona oleh kecantikannya sehingga memutuskan untuk menyembunyikannya dari para dewi lainnya. Ia mempercayakan Adonis kepada Persephone, dewi dunia bawah, untuk dirawat.
Namun, ketika Adonis tumbuh dewasa dan menjadi semakin tampan, Persephone jatuh cinta kepadanya dan menolak mengembalikan Adonis kepada Aphrodite.
Konflik pun terjadi antara kedua dewi tersebut, hingga Zeus turun tangan untuk menyelesaikannya. Zeus memutuskan bahwa Adonis harus menghabiskan empat bulan dalam setahun bersama Persephone di dunia bawah, empat bulan bersama Aphrodite, dan empat bulan sisanya sesuai keinginannya.
Karena cintanya kepada Aphrodite, Adonis memilih menghabiskan waktu bebasnya bersama sang dewi.
Adonis dikenal sebagai pemburu yang handal. Namun, dalam salah satu perjalanannya berburu di Hutan Afqa (dekat Byblos), ia diserang oleh babi hutan dan terluka parah.
Aphrodite, yang menemukan Adonis terluka, mencoba menyelamatkannya dengan menuangkan nektar magisnya pada luka Adonis.
Meskipun usahanya sia-sia dan Adonis meninggal, darahnya bercampur dengan nektar tersebut, mengalir ke tanah dan melahirkan bunga anemone, yang harum dan berwarna merah seperti darah Adonis. Darahnya juga mengalir ke sungai, mewarnai airnya menjadi merah. Sungai ini kemudian dikenal sebagai "Sungai Adonis" (kini disebut Nahr Ibrahim atau Sungai Abraham), yang terletak di desa Afqa, Lebanon.
Representasi Adonis di The Picture of Dorian Gray
Dalam The Picture of Dorian Gray, karakter Adonis menjadi arketipe yang mungkin memengaruhi tokoh utama, yaitu Dorian Gray.
Kisah Adonis tidak hanya berpusat pada keindahan fisiknya, tetapi juga pada isu-isu seperti cinta dan kompleksitas jiwa manusia.
Lord Henry secara langsung menghubungkan Dorian dengan Adonis di bab pembuka novel, menyebut Dorian sebagai “Adonis muda ini, yang terlihat seperti terbuat dari gading dan kelopak mawar.”
Hubungan ini menunjukkan bahwa kecantikan Dorian adalah sesuatu yang luar biasa dan unik, bahkan menjadi pertanda akan nasib tragisnya di masa depan.
Dalam bagian lain novel, Basil Hallward, pelukis potret Dorian, juga menyinggung keterkaitan tersebut.
Basil menggambarkan Dorian sebagai “ideal Helenik”-nya, yang secara langsung merujuk pada estetika klasik Yunani kuno dan konsep kecantikan dalam mitologi.
Mitos Adonis sendiri menjadi kerangka penting bagi beberapa tema utama dalam The Picture of Dorian Gray. Sama seperti Adonis yang memikat hati Aphrodite dan Persephone, Dorian juga menjadi pusat perhatian dan obsesi bagi Basil Hallward serta Lord Henry.
Persaingan antara Basil dan Lord Henry untuk memengaruhi Dorian mencerminkan konflik dalam mitos Adonis, yaitu perjuangan antara dua dewi.
Hal ini menyoroti tema besar dalam novel, seperti tarik-menarik antara estetika, moralitas, dan kekuasaan atas jiwa seseorang.
Obsesi Dorian Gray terhadap masa muda dan kecantikannya sangat mirip dengan mitos Adonis. Sama seperti halnya mitos Narcissus, yang juga terobsesi dengan keindahan dan kehidupan muda yang abadi.
Dorian sendiri menerima perbandingan ini, bercita-cita menjadi “seperti dewa-dewa Yunani, kuat dan penuh kegembiraan.”
Signifikansi Hubungan Antara Dorian Gray dan Mitologi Yunani
Kesamaan antara Adonis dan kisah Dorian Gray membantu pembaca memahami lebih dalam kejiwaan karakter Dorian. Nasib tragis Adonis menjadi gambaran tentang takdir Dorian Gray dan memberikan petunjuk atas kehancurannya di masa depan.
Hal ini menyoroti bahwa keindahan luar biasa sering kali membawa konsekuensi yang berat bagi mereka yang memilikinya, menjadikannya berkah sekaligus kutukan.
Oscar Wilde, melalui referensi klasik, menempatkan novelnya dalam tradisi sastra yang lebih luas.
Dengan menghubungkan estetisisme era Victoria dengan cita-cita Yunani kuno, ia mencerminkan bagaimana nilai-nilai Yunani kuno dihidupkan kembali pada abad ke-19, baik di Inggris maupun di dunia Barat.
Perbandingan antara Dorian Gray, Adonis, dan Narcissus memberikan wawasan lebih mendalam tentang karakter Dorian Gray.
Keindahan luar biasanya menjadi sumber konflik utama dalam cerita, sekaligus menjelaskan bagaimana kecantikan itu mendefinisikan hidupnya, baik sebagai berkah maupun kutukan.
Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa potret Dorian adalah interpretasi modern dari mitos Yunani kuno tentang Adonis.
Namun, perbandingan ini lebih relevan dengan kisah Narcissus, mengingat siklus kematian dan kelahiran kembali Adonis berbeda secara mendasar dari nasib Dorian Gray.
Meski begitu, Wilde menggambarkan konsep siklus antara keindahan dan kehancuran yang mendefinisikan kehidupan setiap individu.
Dorian mencapai bentuk keabadian yang berbeda melalui potretnya, yang mencerminkan jejak waktu dan dosa, sementara ia sendiri tetap mempertahankan penampilan mudanya.