Siapa Sebenarnya Dewa Siwa? Bagaimana Dia Diejawantahkan dalam Seni?

By Ade S, Senin, 10 Februari 2025 | 18:03 WIB
Ini adalah gambar murti (patung) dewa Hindu Siwa yang dibuat oleh pematung Kashinath. Patung ini memiliki tinggi 65 kaki (20 meter), terbuat dari beton dan terletak di Kuil Siwa Shivoham, India.
Ini adalah gambar murti (patung) dewa Hindu Siwa yang dibuat oleh pematung Kashinath. Patung ini memiliki tinggi 65 kaki (20 meter), terbuat dari beton dan terletak di Kuil Siwa Shivoham, India. (Indianhilbilly via Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Dalam kepercayaan Hindu yang kaya akan simbolisme dan makna mendalam, Dewa Siwa muncul sebagai salah satu figur yang paling sentral dan signifikan. Ia adalah bagian dari tritunggal suci Trimurti, bersama dengan Brahma sebagai pencipta dan Wisnu sebagai pemelihara.

Namun, peran Siwa jauh melampaui sekadar menjadi bagian dari tritunggal. Ia adalah representasi kekuatan yang kompleks dan beragam, mencakup aspek-aspek yang tampaknya saling bertentangan dalam satu kesatuan yang utuh.

Siwa sering dipandang sebagai personifikasi dari kebaikan dan kemurahan hati, sebuah dewa yang memberikan berkat dan perlindungan kepada para pengikutnya. Namun, di sisi lain, ia juga dikenal sebagai dewa yang terkait erat dengan konsep Waktu.

Dalam kapasitas ini, Siwa mengambil peran yang lebih menakutkan, yaitu sebagai penghancur segala sesuatu yang ada. Namun, kehancuran ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari siklus kosmik yang tak terhindarkan.

Dalam kepercayaan Hindu, alam semesta tidaklah abadi, melainkan mengalami serangkaian siklus penciptaan, pemeliharaan, dan kehancuran yang berulang. Setiap siklus ini berlangsung selama 2.160.000.000 tahun.

Pada akhir setiap siklus, Dewa Siwa-lah yang berperan sebagai kekuatan yang menghancurkan alam semesta yang telah mencapai akhir masanya. Namun, kehancuran ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan persiapan untuk penciptaan baru, sebuah awal yang baru bagi alam semesta untuk beregenerasi dan melanjutkan siklusnya.

Selain perannya sebagai penghancur, Siwa juga dikenal sebagai seorang pertapa agung. Ia menjauhi segala bentuk kesenangan duniawi dan kenikmatan materi, memilih untuk berkonsentrasi pada meditasi sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna dan abadi. Dalam keadaan meditasinya yang mendalam, Siwa mencapai tingkat kesadaran yang tinggi, melampaui batasan-batasan duniawi dan menyatu dengan kesadaran kosmik.

Namun, Siwa juga memiliki sisi gelap yang tidak dapat diabaikan. Ia adalah pemimpin dari roh-roh jahat, hantu-hantu yang berkeliaran, dan penguasa atas para pencuri, penjahat, dan pengemis. Aspek gelap ini menunjukkan bahwa Siwa tidak hanya mewakili kebaikan dan keharmonisan, tetapi juga mengakui adanya sisi negatif dan kekacauan dalam alam semesta.

"Bagi sekte Saivisme, Siwa adalah dewa Hindu yang paling penting, pelindung para Yogi dan Brahmana, dan juga pelindung Veda, kitab suci," papar Mark Cartwright di laman World History.

Dewa Siwa dengan anak dan istrinya

Istri Siwa, Parwati, sering kali menjelma dalam wujud Kali dan Durga, dua dewi yang merepresentasikan aspek kekuatan dan keadilan. Pada dasarnya, Parwati adalah reinkarnasi dari Sati, atau yang juga dikenal sebagai Dakshayani, putri dari Dewa Daksha.

Baca Juga: Siapakah Krishna dalam Agama Hindu dan Mengapa Tubuhnya Berwarna Biru?